6. Perubahan

405 40 1
                                    

I would highly recommend playing
Sometimes by Honne
while reading this chapter. 🎶

—————

"Gue order-in Blue Bird sekarang ya, Jeff."

Yang barusan terlontar dari bibir Mia adalah pernyataan, bukan pertanyaan. Pernyataan yang membuat Jeffrey yakin bahwa apapun yang terlontar dari bibirnya tidak akan mempengaruhi keputusan Mia untuk mengusirnya.
Ucapannya tidaklah berarti.

Sakit.

Rasanya ada sesuatu dalam diri Jeffrey yang retak. Sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Terlalu lama sampai ia kira bagian tersebut sudah mengeras layaknya batu.

Batu yang sekarang bisa hancur dalam hitungan jari, jika retaknya tidak segera tambal. Dan untuk menambalnya, Jeffrey harus menurunkan gengsinya.

Untuk pertama kali, Jeffrey menunjukan kesedihannya. "Mau ada cowok lain yang ke sini ya, Mi?"

Mia terkekeh. Ia mendapati pertanyaan Jeffrey sebagai sebuah lelucon, meski ia bisa dengar sejurus kesedihan di sana. Lelucon yang begitu lucu sampai membuatnya tidak jadi menemukan tombol order pada aplikasi MyBlueBird (aplikasi untuk memesan taksi online).

"Jangan samain gue sama lo, Jeff. Gue gak punya rutinitas touring kayak lo." tepis Mia atas lelucon yang sebenarnya lebih cocok dikatakan sebagai tuduhan tak berdasar.

Touring yang Mia maksud adalah kebiasaan Jeffrey untuk sleeping-around. Kebiasaan yang sebenarnya sudah mulai Jeffrey kurangi sejak enam bulan lalu—tepat saat ia bertemu dengan Mia.

Kurangi, ya, bukan tinggalkan. Sebab jujur, saat Mia tidak ada dan dirinya butuh, Jeffrey sesekali bermain dengan yang lain. Hanya bermain saja secara fisik, tanpa batin, seperti yang ia lakukan dulu.

Perubahan kebiasaan ini belum Jeffrey beritahu pada siapapun, termasuk kepada sang perubah. Tentu saja, alasannya karena ia takut Mia mengetahui alasan dibalik perubahannya dan meminta untuk berpisah.

Perubahan ini juga yang membuat Jeffrey mengajak geng Zona Hijau Kantek untuk bertemu malam ini. Ia memilih melepas penat dengan bertemu teman-teman lelakinya dibandingkan harus bertemu dengan para perempuan yang sehari-hari memadati aplikasi pesan dalam gawainya.

Jangan tanya kenapa Jefffrey tidak mengajak Mia bertemu. Ini sudah sangat jelas. Apalagi jika bukan bentuk kontrol atas perasannya?

Tapi, yang namanya perasaan, susah sekali dikontrol. Buktinya, ia langsung lepas kontrol begitu mendapat pesan seputar hujan dari Mia tadi.

Lalu, mengenai kepadatan dalam gawainya, Jeffrey juga sudah berubah. He has stopped replying to them, even blocked some, tetapi yang menyerah bisa dihitunh jari.

Meski heran dengan semangat maju tak gentar para perempuan itu, Jeffrey tidak mau ambil pusing. Ada yang lebih penting untuk ia pusingkan, seperti bagaimana cara menyetop Mia untuk mengusirnya.

Daritadi, Jeffrey terus memikirkan skenario terbaik agar Mia mengurungkan niat untuk mengusirnya. Akan tetapi, dalam sistuasi kalut begini, skenario itu tidak kunjung ia temukan.

Buntu.

Otak Jeffrey sudah kehabisan siasat dan lelah terus-terusan harus berpura-pura tak ada rasa begini. Selelah itu sampai ia mulai mempertimbangan opsi untuk membiarkan si hati mengambil alih kendali.

Errr—tapi, opsi itu sangat riskan bagi hubungan mereka. Begitu riskan sampai membuat Jeffrey dilema dan menjambak rambutnya sendiri.

Sekeras apapun Jeffrey menjambak rambutnya, ia tidak dapat menemukan opsi lain. Ia seperti benar-bentar tidak punya pilihan, selain membiarkan sang hati mengambil alih kendali.
Maka, tindakan yang diambil Jeffrey setelah ini merupakan buah karya sang hati. Sang hati yang akhirnya mendominasi karena begitu takut jika ia berhasil terusir malam ini, maka tiada malam-malam lain yang dapat ia lalui bersama Mia.

Dengan aba-aba yang diberikan sang hati, Jeffrey memberanikan diri berjalan mendekat. Ia akan melakukan sesuatu yang mungkin membuat perempuannya protes.

Jeffrey melingkarkan tangannya dipinggang Mia. Memeluk Mia dari belakang. Ia lalu menjatuhkan dagunya di pundak Mia. Kenyamanan yang tadi sempat hilang kini kembali mengisi relung Jeffrey.

"Jadwal touring-nya sama lo hari ini." bisik Jeffrey dengan suara rendahnya, tepat di telinga kanan Mia. Ia juga memberikan sebuah kecupan pada pipi Mia sebagai pelengkap dari deklarasinya.

THE FIRST ONE | Jung Jaehyun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang