Empat

23 5 5
                                    

Sepatu Clara berdecit nyaring. Kakinya terus berlari mengelilingi lapangan sekolah. Peluhnya sudah membasahi wajahnya sedari tadi.

Kaki Clara berhenti berlari, ia duduk di pinggir lapangan seraya mengambil botol minumnya. Menghela nafas sebentar, kemudian meminum air mineral itu sebanyak mungkin.

Sial, lupa bawa handuk.

Akhir-akhir ini Clara memang sulit untuk tidur. Salah satu cara yang dapat Clara lakukan adalah berolahraga sehingga tubuhnya lelah dan dapat tidur dengan nyenyak nanti malam.

Lapangan itu sepi, hanya Clara sendiri yang berada di sana. Lagi pula ini hari libur, murid mana yang ingin menghabiskan tenaganya untuk berolahraga di pagi hari, kecuali Clara.

Clara menengadah ke atas menatap langit biru. Awan putih yang terlihat seperti kapas tersebar abstrak. Sesuatu di antara awan itu menarik perhatian Clara. Anak malaikat.

Senyum Clara merekah melihat malaikat kecil itu terbang bebas melawan angin dan sayapnya membelah awan putih. Clara teringat pengalaman yang ia miliki ketika kecil. Ia pernah terbang tinggi dan menyentuh awan itu dengan bebas. Namun, Clara tidak dapat terbang sampai kepada awan-awan ketika umurnya mulai menginjak fase remaja. Clara juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya setelah fase remaja. Mungkin itu adalah hal yang wajar terjadi pada malaikat, pikirnya.

Tangan Clara mengambil kembali botol miliknya. Ia meneguk habis air yang masih tersisa di dalam botol tersebut.

"Mikirin apa?" Suara itu membuat Clara mengalihkan pandangannya dari langit.

Clara mendengus sebal. Ia berusaha untuk berdiri dari pinggir lapangan itu.

"Sini gue bantu." Ethan menjulurkan tangannya ke depan Clara. Clara tidak menyambut uluran tangan Ethan, ia memilih untuk berdiri sendiri.

"Mau ngapain ke sini?" tanya Clara datar.

Ethan mengedikkan bahunya acuh tak acuh. "Gatau, iseng."

Clara menaikkan alis kanannya, heran dengan jawaban Ethan. Ia berjalan melewati Ethan.

"Mau balapan ga?" tanya Ethan tiba-tiba.

Clara menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya. "Balapan apa?"

"Siapa duluan terbang ke langit," ujar Ethan dengan senyum miringnya.

Clara memutarkan bola matanya. Jelas mana mungkin ia berhasil, Clara sendiri tidak pernah menyentuh awan lagi semenjak ia masuk SMA.

"Takut?" ejek Ethan.

Clara sebal. "Ayo," jawab Clara. Masa bodo, pikirnya.

Ethan mengepakkan sayap putihnya keluar. Sayapnya mirip seperti Clara, tetapi lebih besar dan lebih lebar.

Clara tersenyum miring dan mengepakkan sayapnya. Ia mengambil start duluan. Clara terbang dengan lincah menuju langit.

Ethan terkekeh melihat tingkah Clara yang curang. Ia ikut mengepakkan sayapnya kuat, menembus angin.

Benar saja perkiraan Clara. Ia tidak bisa melewati awan-awan. Angin di atas sana cukup kuat dan dapat membuat Clara terhempas.

Clara menatap Ethan yang mendahuluinya dengan cepat. Ya, Ethan melewati batas itu. Laki-laki itu menyentuh awan dengan bebas.

Berarti bukan semua malaikat. Cuma gue yang kayak gini.

Clara tidak terima. Ia mengepakkan sayapnya lebih kuat, berusaha menembus angin yang menggoyahkannya. Beberapa detik kemudian tubuh Clara berhasil melewati batas itu. Clara menyentuh awan lagi.

Half Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang