Satu

51 9 16
                                    

Clara berjalan menelusuri koridor sekolahnya yang dingin, SMA Bintang Kejora. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Badannya yang tinggi dan rambut panjangnya bergerak selaras ke kiri dan kanan. Ia berjalan dari gedung sekolah menuju asramanya.

Sekolah yang ditempati Clara memiliki asrama untuk siswa dan juga siswi. Para murid dibebaskan memilih untuk tinggal di asrama atau pulang ke rumah.

Langkah Clara berhenti di lorong penyambung antara sekolah dan asrama. Semilir angin membuat suara dari daun pohon mangga di sampingnya terdengar.

Aura dingin itu lagi.

Clara membalikkan badannya, menatap lorong panjang sekolahnya. Nihil, tidak ada apapun atau siapapun di sana.

Ia menghembuskan nafas resah, kembali berjalan ke arah asramanya.

"Udah balik? Tumben ga sampe malem," ejek teman satu kamarnya di asrama yang bernama Shinta.

"Hmm." Clara lagi malas untuk berdebat, ia lebih memilih untuk tidur.

Shinta mengerutkan keningnya, heran dengan tingkah teman sekamarnya itu.

Sudah tiga jam Clara menutup mata, tetapi selama itu juga Clara masih terjaga.

Clara membuka matanya. Dirinya tidak bisa tenang semenjak tadi siang, semenjak aura dingin itu menghampirinya.

Clara perlahan membuka pintu kamar. Suara engsel pintu terdengar pelan membuat Clara menatap teman sekamarnya. Shinta hanya menggeliat pelan dan melanjutkan tidurnya. Clara menghembuskan nafas lega dan melanjutkan langkahnya untuk berjalan keluar dari kamar asrama.

Salah jika kalian berpikir malaikat tidak memiliki rasa takut. Malaikat memiliki perasaan takut, tetapi mereka tahu kapan perasaan itu benar-benar perlu untuk didengarkan. Mungkin lebih tepat jika mengartikan perasaan takut itu dengan kata peringatan atau siaga.

Clara sedikit berbeda dengan malaikat lain. Ia memang masih memiliki perasaan takut, tetapi dirinya tidak peduli dengan perasaan itu. Lagi pula semuanya akan balik ke surga, seperti itulah katanya.

Clara pergi ke markas di mana ia dan teman-temannya sering menghabiskan waktu bersama.

Benar saja tebakannya, di sana terdapat tiga perempuan yang dikenalnya sedang mengobrol dan sesekali tertawa bersama. Trista, Sora, dan Mila.

"Oi, tumben lu telat," sapa Sora setelah melihat Clara mendekat.

"Kejebak macet di toilet, ketemu Bu Nida," jawab Clara asal. Teman-temannya terkekeh mendengar jawaban Clara. Sudah rahasia umum di sekolah bahwa Bu Nida selaku guru sejarah di SMA Bintang Kejora dibenci karena sifatnya yang rumit dan cerewet.

"Bisa aja, cinta banget lu sama Bu Nida," celetuk Sora.

Sudah berjam-jam mereka menghabiskan waktu di markas, sekarang jam menunjukkan pukul 4 subuh.

"Udah ya gue balik dulu. Tidur bentar lumayan dapet 2 jam, bisa sial gue kalo ketawan tidur di kelas lagi," ucap Trista seraya berdiri.

"Gue juga. Bisa kelar hidup gue kalo tidur di jam sejarah, bakal kena kutuk Bu Nida," tambah Sora.

Mila tidak berkata apapun, ia hanya berdiri mengikuti teman-temannya dan berjalan ke asrama.

Clara mengangguk paham, ia berjalan berbeda arah dari teman-temannya. Hal seperti ini sudah biasa terjadi, Clara selalu memilih pergi ke sekolah dibandingkan ke asrama untuk tidur. Tujuan Clara ke sekolah yaitu melepas penat. Setiap malaikat memiliki caranya masing-masing, sama seperti manusia. Namun, sayap malaikat akan tampak keluar dari punggungnya saat malaikat itu dalam keadaan tenang dan stabil.

Half Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang