Tujuh

27 2 1
                                    

Clara bergumam dalam tidurnya, ia terusik oleh kicauan burung yang terdengar samar.

Tangan Clara merogoh ke segala arah, mencari handphone miliknya. Mengapa alarmnya tidak menyala? pikirnya.

Yaudah lah, ngantuk.

Clara kembali mendekap dirinya dan masuk ke alam bawah sadarnya lagi.

"Udah bangun? Clar?" tanya Alex.

Bak kesambar petir, tulang punggung Clara berdiri tegak sempurna. Tidak lupa matanya membelo kaget.

Clara menatap Alex yang duduk tepat di sampingnya. Sedetik kemudian mata Clara menatap tangannya sendiri yang melingkar di lengan Alex.

"Astaga!" pekik Clara kencang. Ia terlonjak dan melepaskan tangannya dari lengan Alex.

Alex tertawa terbahak-bahak. 

"Aduh, lengan gue yang pegel nahan kepala lu. Kenapa lu yang teriak ga terima gitu?" ejek Alex dengan nada sebal.

Clara mengerjapkan matanya, jarinya menunjuk kepala miliknya dan lengan Alex secara bergantian. "Kepala gue bersandar ke pundak lu? Bohong."

Alex menatap Clara datar. "Udah baik ga gue bangunin walau pegel, masih dikatain bohong."

Clara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung ingin menjawab apa.

"Udah ada yang bukain pintu belum ya?" tanya Clara seraya berdiri.

"Gatau," jawab Alex singkat. Ia memijit pelan bahunya, sepertinya kepala Clara lumayan berat untuk bersandar di pundak Alex semalaman.

Clara terdiam melihat perilaku Alex, hatinya sedikit terenyuh. Clara terharu.

"Kenapa?" Alex menatap Clara yang tengah memperhatikannya sedari tadi.

Clara berdeham. "Gapapa."

Kaki Clara dengan cepat menjauh dari Alex, tangannya mencoba untuk membuka pintu ruangan musik itu. Nihil, pintu itu masih terkunci rapat.

Clara menghela nafas, semua ini karena teman-temannya. Ia merogoh saku miliknya, mencari handphone miliknya. 

Setelah menemukan handphonenya, Clara kembali menghela nafas lelahnya.

"Kenapa sih? Baru juga bangun udah hela nafas terus-terusan. Pendek nafas lu nanti," canda Alex.

Clara menatap Alex datar, sedangkan Alex hanya terkekeh melihat muka datar Clara.

"Handphone gue mati," jawab Clara. Kakinya berjalan mendekati Alex, ia duduk di tempatnya semula.

Alex hanya mengangguk, tanda mengerti. "Nanti juga ada yang bukain, kalau ga petugas ya temen-temen lu."

Clara sebal mendengar jawaban Alex. Sudah jelas nada Alex menunjukkan bahwa laki-laki itu sedang mengejeknya. 

"Iya, maaf ya kita jadi semaleman di sini karena temen-temen gue," jelas Clara malas.

Alex mengernyitkan dahinya. "Gue sih santai aja," gumam Alex pelan.

Hening. Ruang musik terlalu besar bagi Alex dan Clara yang sedang diam, ruangan itu benar-benar terasa sepi dan kosong.

Clara berdeham. "Lu punya kakak atau adik?"

Alex terkekeh gemas melihat Clara. "Basa basi banget."

Clara memutar bola matanya malas. Sudah baik ia ingin menghancurkan keheningan di antara mereka.

"Ga punya," jawab Alex. 

Clara hanya mengangguk mendengar jawaban Alex yang singkat.

"Gue juga ga punya orang tua," tambah Alex.

Half Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang