Nella dan Roy sudah berada di parkiran mansion megah milik pengusaha Royland Shakheel.
Selama perjalanan tadi, tak ada satu katapun yang keluar dari kedua insan ini. Keduanya saat ini sangat sibuk dengan pikiran mereka masing-masing."Turun" Pinta Roy.
Nella hanya menurut, tanpa banyak bicara ia langsung turun dari mobil Roy seraya membawa jas Edward juga. Roy yang melihat itu merasa kesal, ia mencengkram kuat stir mobil itu sambil berguman tidak jelas.
Sedangkan Nella saat ini sudah berada di kamar Roy, ia menutup pintu itu dan menyadarkan tubuhnya di sana. Ia menyentuh perut datarnya dan terisak dengan sangat memilukan, perlahan ia merosot ke bawah lalu memeluk erat lututnya di sana, ia menutup mata Meratapi nasibnya yang memilukan ini.
Nella benar-benar tak menyangka bahwa ia hamil saat ini... Benar-benar hal yang tak terduga! Ia agak merasa senang ada seorang bayi di rahimnya, tapi sayang ayah dari bayi ini tidak menginginkan keberadaannya, sehingga ia akan di aborsi esok hari.
"Aku harus gimana? Maafin mama sayang, mama gak bisa buat apa-apa sama kamu..." Ujar Nella sambil mengelus pelan perut datarnya.
"Maaf... Maafin mama" Ucapnya berulang kali.
Nella menangis di sana, ia benar-benar tak rela akan mengaborsi bayinya, tapi dia bisa apa? Semua kuasa dirinya di pegang penuh oleh Royland, termasuk bayi ini juga.
Nella akhirnya menangis cukup lama di sana, tubuhnya yang kian semakin kurus itu masih terduduk di depan pintu dengan kepala yang ia letakkan di lututnya, sebelum akhirnya wanita itu tidur setelah cukup lama menangis.
***
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Royland yang baru saja pulang lantas langsung pergi ke meja makan untuk makan malam.
Ia mengerutkan keningnya ketika tak mendapati Nella di meja makan. "Nella kemana? Sudah makan?" Tanya Roy kepada kepala pelayan di sana.
"Nona Nella belum ada turun sedari ia datang, setibanya nona tadi di sini nona langsung pergi ke kamar tuan, dan setelah itu tak turun-turun. Kami juga sudah mengetuk pintu dan mengajak nona makan, tapi tak ada jawaban sama sekali." Jelas pelayan itu.
Roy yang mendengar itu langsung berdiri dari duduknya, ia berjalan cepat menuju kamarnya yang berada di atas. Ingatan Nella yang hendak bunuh diri semalam terlintas di kepalanya tiba-tiba.
Ia membuka pintu kamar itu, tapi agak berat seperti ada yang mengganjal pintu ini dari dalam. Roy mendorong sedikit pintu itu guna memasukkan kepalanya, bisa ia lihat Nella tertidur di sana dengan memeluk erat lututnya.
Royland akhirnya bisa bernafas lega kala dirinya melihat Nella tertidur di depan pintu. Se-pelan mungkin ia membuka pintu, dengan celah yang sempit Roy masuk ke dalam dan menutup pintu itu kembali, lelaki 34 tahun ini berjongkok di depan Nella yang sedang tertidur.
Ia mengelus surai rambut Nella dengan lembut, lalu setelah itu ia menggendong tubuh Nella yang semakin ringan itu menuju kasur. Dan membaringkannya di sana dengan hati-hati.
"Bagaimana bisa aku sangat teledor begini" ucap Roy saat menatap perut wanitanya.
....
Siang ini Nella akan pergi bersama Roy untuk mengaborsi bayi yang tak bersalah ini, Nella amat merasa sedih, mungkin ini yang namanya hati seorang ibu.
Nella terduduk di kasur sambil mengelus perut datarnya.
"Apa ini keputusan yang tepat? Kasihan sekali nasib kita ya... Kau masih kecil sudah harus di bunuh tanpa sempat melihat siapa ibumu... Dan aku, aku harus tetap bertahan menjadi jalang pria itu" lirih Nella
"Sebenarnya orang macam apa Royland itu? Kenapa dia begitu kejam? Kenapa kita harus merasakan sakit ini? Aku tidak mengerti semuanya " Nella tampak sangat lemah dan pasrah akan hari ini, hari dimana janin di perutnya akan di bunuh.
Selang beberapa menit pintu terbuka, Nella berpikir kalau itu adalah Roy jadi ia menghapus air matanya dan bersiap untuk pergi.
"Kamu setuju ingin membunuh bayi tak bersalah itu??" Ucap orang tersebut sontak membuat Nella kaget dan melihat siapa orang yang tengah berdiri di depan pintu kamar.
"Si-siapa?" Tanya Nella kaget dan ia langsung memasang sikap waspada.
Wanita itu jalan mendekati Nella dan menggenggam kedua tangan Nella. "Saya tau kamu tidak ingin membunuhnya, tapi kenapa kamu tidak melawan?"
Mata Nella berkaca-kaca. "Saya tidak bisa apa-apa nyonya"
"Kalau aku membantu mu, apa kamu mau memperjuangkan janin ini?" Ucap wanita asing itu, lekat menatap wanita muda di depannya ini.
Nella tampak bimbang sekarang apa dia harus memilih menyelamatkan bayi ini apa tidak?
Di satu sisi Roy yang saat ini sedang berada di kantor tampaknya dia terlihat sangat sibuk, beberapa tumpukan berkas-berkas tersusun rapi di dekat mejanya. Dirinya pun sampai merasa pusing kenapa kerjaannya begitu menumpuk?
Roy lantas melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 13.12 yang artinya ia harus pergi ke rumah sakit bersama Nella.
Lelaki itu langsung berdiri dan meninggalkan pekerjaannya. Ia berjalan keluar dari ruangannya namun harus terhenti karena sekretarisnya.
"Anda ingin kemana?" Tanya Steven
"Aku mau pergi sebentar, tugas yang tadi akan aku lanjutkan nanti" ucap Roy dan hendak berjalan kembali namun harus terhenti lagi
"Maaf pak tapi hari ini jadwal anda sangat padat, kita juga harus menemui klien siang ini" jelas Steven.
"Batalkan semua"
"Tidak bisa langsung di batalkan tuan Royland, karena ini sangat pe—"
"Aku menggaji mu bukan untuk mengatur ku! Berhenti mengatur ku jika aku bilang batalkan maka kau harus membatalkannya! Paham?"
Roy kembali berjalan dan memasuki lift, sedangkan Steven tidak bisa berkata kata lagi, dia gagal menahan Roy.
Saat tiba di parkiran Roy sangat terkejut melihat kondisi ban mobilnya, tampak keempat ban tersebut kempes total.
"Siapa yang melakukan ini?" Ucapnya penuh amarah Roy menendang ban mobilnya dengan kesal. Dia kemudian menelpon orang suruhannya.
Namun bukannya mendapatkan bantuan dia malah mendapatkan berita buruk, bahwa Nella kabur dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalang kecil
Romance21+++ HARAP BIJAK! JIKA KALIAN MASIH DI BAWAH UMUR HARAP JANGAN MEMBACA INI! KALO KALIAN TETAP BACA, TOLONG JANGAN DI REPORT! INI ADALAH KAWASAN DEWASA! ____________ Nella adalah seorang gadis yang hidup sederhana dengan berbagai konflik keluarga, T...