Lova menyeret kopernya dengan wajah penuh peluh. Kesialan bertubi-tubi datang dalam minggu ini. Mulai dari ditinggal pergi kekasihnya, kehilangan pekerjaan, dan sekarang dia harus merelakan rumahnya akibat hutang milik Aland.
"Duh, gue mau ke mana? Masa iya ke rumah Ayah? Nggak, inget Lova, dia udah ngusir lo."
Gadis dengan rambut sebahu itu menghela napas kasar. Kini perutnya terasa lapar. Teringat hanya terdapat selembar uang berwarna biru dalam dompetnya, gadis itu merengut.
"ALAND BRENGSEK! UDAH PUAS MOROTIN GUE, SEKARANG MALAH GUE DITINGGAL!"
Lova benar-benar menyesal tidak mendengarkan perkataan sang Ayah satu tahun lalu. Namun, menyesal pun tidak akan membantu. Berjalan tanpa arah masih dia lakukan. Sesekali dia menjadi pusat perhatian karena tertangkap berbicara sendirian.
Tak jauh dari tempat Lova berjalan, seorang wanita paruh baya tampak berteriak kesetanan. "COPET!"
Melihat seorang Ibu perlu bantuan, dibarengi dengan emosi Lova yang memuncak, dia melempar koper merah muda miliknya ke arah pria yang memakai pakaian serba hitam.
BRUK!
Tepat sasaran. Lova spontan bertepuk tangan. Bangga dengan dirinya yang mampu melumpuhkan copet jalanan. Tak lama, warga berdatangan. Membantu membawa pelaku ke kantor polisi terdekat untuk diberi hukuman.
"Anjir, koper gue!" gadis itu menjatuhkan rahang melihat koper merah mudanya memuntahkan setengah isinya. Pakaian dalamnya bahkan turut berserakan. Niatnya jadi pahlawan, malah berakhir memalukan.
Di belakangnya, wanita paruh baya tadi tampak memunculkan wajah lega. Kemudian menghampiri Lova yang sibuk memungut pakaiannya.
"Cantik, makasih ya udah nolongin Tante," ujarnya tulus. Tangannya terulur untuk membantu merapihkan pakaian milik Lova.
"Sama-sama, Tante. Biar saya aja tante yang beresin, nggak papa."
Sukma menatapnya sebentar. Entah mengapa, kala berpapasan dengan wajah Lova, dirinya merasa tak asing. Dia mencoba menemukan memori mengenai gadis ini. Tetapi, tak kunjung dia jumpai.
"Nama kamu siapa, cantik?"
Lova menghentikan acara memungutnya. "Lova, Tante."
Tiba-tiba, dua pria berbadan besar keluar dari mobil, membungkuk sopan kepada Sukma yang masih dikelilingi rasa penasaran.
"Nyonya, tidak papa?" tanya salah satu pria itu dengan cemas. Membuat Sukma menggeleng sekilas.
"Lova, kamu tinggal di mana? Ayo Tante anter pulang."
Gotcha! Ini adalah pertanyaan yang Lova tunggu. Meski acara tolong menolong tadi adalah murni dari hati, di situasi yang cukup sulit, mana bisa Lova melewatkan kesempatan emas seperti ini. Ya, Lova akan membuat Sukma menaruh simpati.
"Anu, nggak usah Tante. Lova juga nggak tau mau ke mana," ujarnya dibumbui dengan kesedihan.
Senyum yang terpasang di wajah wanita itu memudar saat menangkap wajah nanar yang Lova tunjukkan. "Lova cantik, maaf tapi— kamu nggak punya rumah?"
"Rumah saya disita Tante. Saya ditipu sama mantan pacar saya."
Sukma merasa iba. Semesta, gadis secantik Lova, mengapa harus merasakan keberengsekan seorang pria? "Ya ampun, cewek sebaik sama secantik kamu kok bisa dapet cowok berengsek begitu?"
Lova meringis mendengar perkataan beliau. Setelah selesai mengemas pakaiannya yang kotor akan debu, Lova dituntun untuk masuk ke dalam mobil. Walaupun ini tipu muslihat yang dia harapkan, rasa tidak enak tetap saja timbul di pikiran. Tapi gadis itu berusaha terlihat nyaman, daripada dia menjadi gelandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMORS
RomanceYIBO X LISA - AU Kale dan Lova adalah musuh abadi sejak SMA. Takdir kembali mempertemukan mereka saat Lova sedang berada di belakang garis sengsara, sementara Kale menjadi aktor ibu kota yang bergelimang harta. Kala itu, rumor di langit Jakarta men...