CW // mention gay, seme, uke
•••
"Kalian udah paham kan sama rencananya?" tanya Bobi untuk memastikan. Mereka berdua kompak mengangguk kepala pelan.
Rasa lesu terlukis jelas di wajah Lova. Sementara Kale hanya menatap datar Bobi dan Sukma. Mereka berdua tampak sangat senang menjalankan sandiwara murahan ini. Berbeda dengan Kale dan Lova, mereka tokoh utamanya, tapi mereka tidak bersemangat sama sekali.
"Aduh, wajahnya jangan pada ditekuk gitu dong." Sukma menempatkan jempolnya di kedua sudut bibir Lova, lalu menariknya ke atas dengan pelan supaya membentuk senyuman.
"Nah, gini kan cantik." Kemudian, pandangan Sukma beralih ke arah Kale. "Kale, senyum!" Kale membuang napas, lalu tersenyum lebar namun paksa. Bobi yang melihatnya lantas tertawa.
Rencana mereka kali ini adalah ; mereka harus terciduk tengah makan siang bersama. Kalau kata Bobi, supaya terlihat lebih natural, harus dilihat orang lain tanpa sengaja. Biarkan publik yang menilai dan yang menyelesaikan. Bukan semata-mata menulis pernyataan di sosial media ; "Artis kami bukan gay! Dia sudah punya pacar" dengan menyertakan foto keduanya. Tidak. Itu terlalu settingan.
"Oke, sebelum berangkat. Gue jelasin lagi detailnya ya," ujar Bobi yang membuat Kale dan Lova sebal. Sudah hampir sepuluh kali mulut laki-laki menyuarakan rencana. Hey, bukannya mereka bilang mereka sudah paham, hah?
Sebelum Bobi angkat bicara, Lova sudah terlebih dahulu mengulang apa yang dia dengar. "Gue sama Kale pergi ke Bistecca. Kale upload story instagram sama gue tapi tiga puluh detik setelah diposting harus dihapus. Di sini konteksnya biar orang-orang ngiranya Kale nggak sengaja. Terus, dia posting ulang story instagram yang nggak ada guenya, tapi tangan gue harus masuk frame biar orang-orang makin heboh. Abis brunch, kita harus ke tempat yang agak rame biar dinotice publik. Kale harus keliatan mencolok tapi nggak mencolok. Udah kan?"
Bobi tersenyum lebar lalu mengangguk. Selepas dirasa semua sudah siap, tepatnya pukul 12.20 mereka berangkat ke Bistecca. Kale menyetir dan Lova duduk di kursi samping kemudi. Selama perjalanan, mereka hanya beradu napas. Seolah ini adalah hari yang paling berat yang pernah mereka lalui.
Merasa bosan dengan keheningan, Lova mencoba mengajak laki-laki itu bicara. "Kal, lo beneran gay ya?"
Pertanyaan dari Lova membuat Kale menengok ke samping. Dia melempar tatap begitu tajam, namun Lova tidak tak takut. Dia sudah biasa melihat tatapan itu ketika SMA. Meskipun demikian, Lova tetap merasa tidak enak. Maka dari itu dia unjuk gigi lalu berkata, "Abisnya gue liat lo nggak pernah tuh deket sama cewek. Malah cuek banget. Apalagi gue denger-denger lo nggak pernah mau nerima tawaran film romantis. Maunya yang nggak ada love line-nya. Ya jelas pada mikir gitu."
Lova melirik ke samping sekilas, tidak ada tanggapan. Jadi, Lova menambahkan. "Kalo lo beneran gay, gue ada loh temen yang gay juga. Cakep bray. Lo mau gue kenalin nggak?" pembicaraan Lova terdengar semakin serius, gadis itu bahkan sampai mendekat ke kursi kemudi agar Kale dapat mendengar jelas.
Sementara Kale sedang dongkol. Pemuda itu sudah mengeraskan rahang, menahan emosi agar tidak meledak sekarang.
"Btw, lo seme apa uke? Tapi kalau dilihat dari penampilan lo, kayaknya lo seme deh." Masih. Lova masih melanjutkan. "kebetulan, temen gue uke. Lo mau nomor- AAAAAKH!"
Kale membanting stir mobil ke tepi jalan. Emosinya sudah tak dapat lagi ditahan. Sedangkan Lova shock bukan main. Tangan gadus itu sampai gemeteran. Memori kecelakaan yang menewaskan Ibunda masih meninggalkan trauma. Lova benci kecepatan di atas rata-rata dan hal yang tiba-tiba kala tengah berada di hiruk pikuk jalan raya.
Kale belum sadar keadaan Lova, dia mengusap wajahnya kasar kemudian mengumpat. "The fuck. I'm not a gay. I'm straight. Bahkan gue bisa cium lo sekarang kalau gue mau. Bangsat."
"Lo tuh-" ucapan Kale terhenti saat melihat tubuh Lova yang gemeteran. Emosi yang tadi mengepung dirinya perlahan surut. Napasnya yang tadi memburu mulai tenang.
"Lova, lo .... kenapa?" Kale mendekatkan tubuhnya ke arah Lova guna melihat keadaan gadis itu lebih jelas. Ternyata dia menangis. Kale bingung, kenapa tiba-tiba?
"L-lo .... lo kenapa b-banting stir?" Lova mengangkat wajahnya, lalu menatap Kale. Laki-laki itu dapat melihat rasa takut yang begitu besar di dalam mata gadis itu. Dan benar saja, selanjutnya, kata yang keluar dari bibir Lova adalah ; "Gue takut, Kal."
Tiba-tiba, Kale melepas sabuk pengamannya, kemudiam rengkuh Lova. Membiarkan gadis itu menenangkan diri di pelukannya. Entahlah, Kale hanya merasa, Lova butuh ini. Lova butuh pelukannya.
•••
Lova menatap laki-laki di sampingnya yang baru saja duduk setelah membeli beberapa snack di minimarket. Dia merasa sedikit tidak enak karena sudah memancing pembicaraan yang tidak ingin Kale dengar, membuatnya marah hingga nyaris membahayakan nyawa mereka berdua.
Dan yang paling penting, dia juga sudah menggagalkan rencara dari Bobi.
"Kal, gue minta maaf ya."
Kale hanya diam. Dia menatap jalanan cukup lama. Sebenarnya dibandingkan permintaan maaf, Kale lebih ingin mendengar alasan gadis itu menangis. Namun sepertinya, itu terlalu pribadi untuk dia ketahui.
"Mending sekarang kita ke Bistecca aja Kal. Gue nggak enak sama Tante Sukma kalau nggak jadi ngejalanin rencana Bobi."
Senyap. Namun tak lama ponsel Kale berdering. Tertera nomor Bobi. Kale membuang napas, pasti manager-nya itu akan marah-marah. Jadi dia menekan tombil hijau dan speaker, lalu meletakkan ponselnya di dashboard mobil. Fungsinya agar Lova juga mendengar, jadi yang dimarahi bukan hanya dia.
"Kal, gue nggak tau apa yang ada di dalam pikiran lo sama Lova. Lo berdua nggak sesuai rencana anjir."
Kale dan Lova saling tatap. Lova yang masih merasa bersalah berusaha berbicara. "Bob, tadi-"
"TAPI GUE NGGAK PEDULI ANJING, WKWKWK. FOTO LO BERDUA PELUKAN DI MOBIL LAGI RAME DI SELURUH MEDIA SOSIAL. CONGRATS, YOU BOTH ALREADY MADE A RUMOR."
"HAH?"
•••
Komentarnya dong bray.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMORS
RomanceYIBO X LISA - AU Kale dan Lova adalah musuh abadi sejak SMA. Takdir kembali mempertemukan mereka saat Lova sedang berada di belakang garis sengsara, sementara Kale menjadi aktor ibu kota yang bergelimang harta. Kala itu, rumor di langit Jakarta men...