R U M O R S : O6

929 232 37
                                    

"Tapi, di mata publik, lo pacar gue. Pacarnya Kaleandru. Punya Kale. Paham?"

Rona merah merambat dengan cepat. Lova langsung melotot begitu melihat bayangan dirinya di cermin. Apa-apaan? Kenapa pikirannya penuh dengan perkataan Kale satu yang jam lalu?

"IH ANJIR, MASA GUE SALTING? JELEK BANGET. NGGAK! GUE NGGAK SALTING!" Lova balik badan. Menetralkan perasaan-perasaan aneh yang singgah di hatinya. Namun tiba-tiba, ponselnya berbunyi.

+628xxxxxxxx2
|Lova, ini aku. Aland.
|Syukur deh nomor kamu belum ganti.
|Besok ada waktu? Aku mau ketemu.

•••

Suara pisau yang beradu dengan wortel-wortel menggema di sudut dapur. Pagi ini, Lova membantu Sukma membuat sarapan. Ketika jam dinding menunjuk pukul tujuh, semua makanan pada akhirnya siap dihidangkan. Gadis itu celingukan, mencari seseorang yang tak kunjung dia temukan.

"Tante, Kale nggak sarapan?" tanya Lova. Hanya ada mereka berdua di meja makan. Lova jadi berpikir, kalau dia tak ada, pasti Sukma akan sangat kesepian saat sarapan, makan siang, maupun makan malam.

Sukma tersenyum. "Kale udah berangkat tadi jam lima pagi. Dia ada jadwal shooting lagi."

Lova mengangguk mengerti. Mungkin, setelah banyak pertimbangan laki-laki itu mendatangani kontrak yang diberikan Bobi. Tapi .... dia jadi penasaran, apa yang membuat Kale berubah pikiran? Dan-- apa mereka benar-benar akan melakukan adegan berciuman? Aish.

Bertepatan dengan suapan terakhir, ponsel Lova berbunyi nyaring. Di sana, tertera nama 'Ayah'. Sudah lama sekali. Sudah lama nama beliau tidak pernah singgah di ponsel Lova. Kini, apa yang membuat pria paruh baya itu menghubunginya?

Terlalu banyak tebakan-tebakan dalam kepala Lova, sampai-sampai nada dering dari ponsel itu mereda. Sukma mengerutkan dahi. "Lova, kok nggak diangkat?"

"Eh? I-iya, tante. Ini .... Lova mau cuci piring dulu, nanti Lova telepon balik aja." Lova bergegas membereskan piring. Mencucinya dengan bersih, kemudian dia mencoba menghubungi Ayahnya kembali.

Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi.

Lova menghela napas. Dia sudah menduga ini akan terjadi. Ayahnya terlalu gengsi untuk sekadar menanyakan : bagaimana kabar hari ini? Lova yakin, tadi Ayahnya tengah melihat berita pagi. Lalu terkejut karena melihat putrinya ada di dalam televisi.

"Ayah, Ayah. Kalau kangen sama khawatir nggak usah gengsi bisa nggak sih?" gumam gadis itu sembari menekan tombol kembali.

•••

Lova sudah bersiap menemui Aland. Benar, dia mengiyakan ajakkan laki-laki itu semalam. Bukan tanpa alasan. Dia setuju karena ingin cepat-cepat menyelesaikan semua. Bila perlu, Lova ingin menagih semua uang yang pernah dibawa lari oleh pacar brengseknya itu.

Tidak ada rasa cinta yang tersisa. Tapi, tidak ada yang tau jika nanti tiba-tiba Lova jatuh untuk kali kedua. Karena, bagaimanapun Aland adalah laki-laki yang pandai bermain kata. Kita doakan saja semoga Lova tidak termakan tipu dayanya.

Selesai memoles bibir dengan liptint, gadis itu membuka ponsel, tujuannya untuk memesan ojek online. Namun, jari-jarinya malah lebih tertarik mengeklik suatu artikel mengenai dirinya dan Kale.

"Pacar Kaleandru berkata kasar di Twitter. Putus belum satu bulan, sudah kembali berpacaran dengan artis? Bukti hubungan Kale dan Lova settingan." Lova menghela napas. Beruntung dia sempat mencopot pemasangan aplikasi burung biru. Kalau belum, pasti ponselnya akan sekarat karena sangkin banyaknya orang yang akan beradu argumen di akun Twitternya.

Sekarang, semuanya benar-benar berubah. Kehidupan Lova bisa dipastikan tidak akan bisa lagi sebebas dulu. Buktinya, media-media mulai memberitakan cuitan kasar Lily saat dirinya putus dengan Aland. Padahal menurutnya, emosi saat patah hati itu wajar. Namun dia seolah melakukan kesalahan fatal.

"Mental gue bakal kuat nggak ya?" ceplos gadis itu lesu. Dia tidak menyangka orang-orang sebegitu antusiasnya dengan Kale. Itu artinya, dia akan terseret lebih banyak.

"Lova."

Lova tersentak mendapati suara bariton yang amat dia kenali. Lantas, tanpa perlu dipanggil dua kali, dia berbalik badan. Kan, benar. Laki-laki yang melibatkannya dalam masalah sudah pulang.

"Loh? Lo bukannya lagi shooting? Udah selesai? Kok cepet banget?" tanya Lova sembari mendekat.

Laki-laki itu tampak melipat tangan, dengan posisi bersandar di tembok. "Gimana gue bisa shooting kalau lawan mainnya aja masih sibuk nyantai sambil bacain berita nggak berguna?"

"Hah?"

Bukannya menanggapi atau memberi kejelasan, Kale malah menatap Lova dari atas hingga bawah. Kemudian, laki-laki itu menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk sebuah senyuman tipis. "Kok udah siap? Kan gue belum nyuruh lo siap-siap."

Kerutan di dahi Lova semakin banyak, semakin tebal. "Lah ngapain nungguin lo nyuruh? Gue kan mau ketemu Aland."

Raut wajah Kale kembali datar. Kalau dia tak salah ingat, Aland adalah orang yang kemarin membuat kekacauan. "Ngapain? Kalau gini mah percuma kemarin malem gue nonjok dia."

Lova memutar bola matanya malas. "Nggak ada yang nyuruh lo buat nonjok dia ya, Kaleandru. Lo-nya aja yang sok jadi pahlawan. Gara-gara lo juga nih, artikel artikel yang beritain hubungan gue sama Aland bermunculan."

"Berisik. Ayo ikut." Tanpa aba-aba, Kale menarik Lova keluar. Gadis itu meronta-ronta minta dilepaskan, Kale mengabulkannya saat mereka sudah di depan pintu mobil mewah.

"Ish, mau ke mana sih?"

"Kerja. Biar lo nggak jadi pengangguran," cibir Kale sembari membuka pintu mobil.

"Dih sembarangan. Pekerjaan gue kan jadi pacar pura-pura lo, Kal. Menguras pikiran dan tenaga asal lo tau."

"Masuk, Lova."

Entah kenapa, perasaan Lova tidak enak. Dia mendekat ke pintu mobil dan berkata. "Serius deh Kal, gue takut. Ini lo nggak berniat buat ngejual gue ke om om gendut kan?"

"Ngaco."

"Ya terus?"

"Naik. Gue jelasin pas di jalan."

"Tapi gue mau ketemu Aland."

"Ck, batalin aja kenapa sih? Emang nggak bisa ketemu lain kali?"

"Nggak bisa. Udah terlanjur gue iyain."

Kale menutup mata kemudian memijat pelipisnya. Berbicara dengan Lova benar-benar menguras tenaga. "Lo pilih gue atau Aland?" Mendengar pertanyaan Kale, Lova hanya menerjapkan mata, terlihat belum paham. Maka dari itu, Kale melanjutkan. "kalau lo pilih Aland, lo bisa pergi dari rumah gue dan jadi gelandangan. Tapi kalau lo pilih gue, gue jamin kebutuhan lo satu tahun ke depan bakal aman."

Sontak, Lova langsung duduk manis di samping Kale sembari tersenyum. Orang gila mana yang akan pergi menemui Aland dan mengorbankan diri menjadi gelandangan? Tidak ada.

"Ayo jalan sekarang, Kal!"

•••

SIAPA YANG KANGEN CUNG?
BTW SORRY BANGET SETELAH
MENGHILANG ENTAH BERAPA
HARI GUE JADI KAKU NULIS 😢
I hope you guys enjoyed ya!
Jangan lupa vommentnya.

RUMORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang