Lova sudah tiba di Cloud Lounge. Rooftop restaurant yang ada di Jakarta Pusat. Gadis itu duduk di meja yang sudah Kale pesan. Sementara laki-laki yang membuat janji dengannya malah belum datang. Katanya, masih ada urusan. Entahlah, Lova tidak begitu paham dengan dunia hiburan.
"Sorry, lo nunggu lama?" Setelah hampir lima belas menit menunggu, Lova dikejutkan dengan suara bariton milik Kale. Laki-laki dengan balutan jas formal itu datang bersama Bobi. Namun, sang manajer memisahkan diri. Tak mau satu meja dengan pasangan yang baru saja resmi.
"Nggak lama, baru lima belas menit," jawab Lova. Kale duduk di depannya kemudian memanggil pelayan. Lova hanya mengikuti. Jarang sekali pembicaraan yang keluar dari bibir mereka. Bukan canggung, hanya saja— bingung. Bingung harus membahas apa. Bingung harus bersikap seperti apa. Huft.
Kale memutuskan untuk sibuk dengan ponselnya selagi menunggu pesanan mereka siap. Sementara Lova sibuk memotret view yang menurutnya terlalu sayang jika dilewatkan. Bobi yang melihat mereka sibuk dengan urusannya masing-masing dari meja seberang pun hanya menggelengkan kepala.
"Hedeh, beneran nggak ada effort buat ngomong duluan kayaknya tuh anak," komentar Bobi. Laki-laki yang lebih tua dua tahun dari Kale itu sebenarnya malas sekali kalau harus memantau makan malam membosankan Kale dan Lova. Tapi dia dipaksa, kata Kale, kalau Bobi tidak memantau mereka bisa melakukan hal sembrono. Bobi tidak mau ambil risiko. Dan lagi, tujuan Bobi ikut untuk membujuk Kale mendatangani kontrak.
"Lova?"
Suara itu. Suara yang sangat familiar di telinga Lova. Air muka Lova yang tadinya penuh kagum, berubah menjadi marah, kecewa, dan sedikit— sedih. Kale mengerutkan dahi sembari melirik ekspresi keduanya bergantian.
"Aku kangen banget sama kamu," ujar laki-laki yang kini sudah lancang duduk di samping Lova. Sementara gadis itu meremas dress merahnya begitu kuat. Tatapannya lurus ke depan, tampak enggan untuk sekadar melirik.
Awalnya, Kale ingin membiarkan laki-laki yang entah siapa namanya ini berbicara dengan Lova. Mungkin, mereka memang punya hubungan spesial sebelumnya. Namun, melihat Lova tampak tak nyaman dia bersuara.
"Sorry, bisa jaga jarak sama cewek gue?" tanya Kale sembari memasukan ponselnya ke dalam saku. Menatap laki-laki berkemeja di depannya dengan tatapan tajam dan beku.
Lova langsung menatap Kale. Tatapan matanya seperti meminta bantuan. "Lo Kale kan? Gila, kamu beneran pacaran sama dia Lov?" tanya Aland sembari bergantian menatap Kale dan Lova tak percaya. Iya Aland. Mantan kekasih Lova yang paling bajingan.
"Jangan panggil gue Lov, gue nggak suka. Panggil Va aja. Yang boleh panggil Lov cuma orang yang deket sama gue. Sedangkan lo, enggak," peringat Lova. Gadis itu beranjak. Duduk di samping Kale, kemudian memeluk lengan laki-laki itu dengan sedikit manja.
Kale sedikit tersentak dengan sikap tiba-tiba Lova. Apalagi saat jemari lentik gadis itu dengan lancangnya mendarat di rahangnya, menariknya pelan agar pandangan mereka bisa bertemu. "Sayang, ayo marahin dia."
Laki-laki itu membeku tiga detik, kemudian berdehem dan menatap Aland. Dia tidak pandai memarahi orang. Apalagi Kale tidak tahu permasalahan yang Aland dan Lova punya. Jadi, dia hanya mengatakan : "Gue nggak jago marah-marah, tapi gue jago berantem. Pintu keluar sebelah sana kalau lo paham maksud gue."
Aland mendecih. Jujur, dia masih menyukai Lova. Namun, dia harus realistis. Jadi dia selingkuh dengan aktris yang— memang belum cukup populer namun setidaknya bisa dimanfaatkan. Melihat kondisi Lova yang malah semakin baik, dia benar-benar iri. Lova, mantannya berkencan dengan aktor populer. Pasti uangnya banyak.
"Semudah itu kamu lupain aku Lov?" tanya Aland dengan mimik sedih. Cih, benar-benar laki-laki manipulatif.
"Iya," jawab Lova tanpa perlu pikir panjang. "kenapa harus lama-lama stuck sama lo? Ada Kale yang seribu persen jauh lebih baik dari sisi mana pun," sambungnya.
"Tapi kita udah pacaran bertahun-tahun—"
"Lo beneran pengen liat tangan gue nyapa muka lo atau gimana?" tanya Kale sembari mengangkat alis. Aland masih tetap pada pendiriannya untuk mengganggu Lova.
"Lo public figure. Kalau lo nonjok gue, nama lo bakal jelek, Kale," ujar Aland santai. Sementara Kale terkekeh. Laki-laki itu melepaskan tangan Lova dari lengannya, kemudian berdiri dan mendekatkan diri ke Aland.
"Nama gue nggak akan jelek gara-gara nonjok bajingan yang nggak tau diri kayak lo." Tanpa aba-aba, satu pukulan mendarat di pipi kiri Aland. Mata Lova dan Bobi langsung membola.
"Fuck!" umpat Aland. Laki-laki itu hendak membalas, namun pundaknya langsung di tarik oleh petugas keamanan. Meronta-ronta minta dilepaskan, dengan dering ponsel menyala kencang. Ada yang menelpon laki-laki itu. "lepas, anjing. Gue mau angkat telepon!"
Akhirnya, laki-laki itu dilepas begitu jarak dia dan Kale sudah lumayan jauh. Tertera nama Celline di sana. Kekasihnya, memberi kabar kalau dia tidak bisa datang makan malam. Iya, niat Aland ke sini untuk makan malam bersama Celline. Aland mendengus, kemudian berjalan keluar dari restoran.
"Kal, lo kenapa nonjok dia? Kalau nanti muncul gosip yang nggak-nggak gimana?" tanya Lova khawatir. Dia tidak mau sandiwara ini semakin rumit. Bobi juga sama. Dia tengah kelimpungan menyuruh semua orang pura-pura tidak lihat dengan kejadian tadi.
Kale dengan acuh tak acuh mengangkat bahu. "Nggak tau. Nggak suka aja." Jawaban itu membuat dahi Lova berkerut. Namun, lanjutan dari bibir Kale membuat pikiran Lova kembali penuh. "gue nggak suka cara dia ngomong sama lo. Gue nggak suka karena dia bikin lo nggak nyaman."
Sama halnya dengan Lova, Bobi juga kaget mendengar pernyataan Kale. Bisik-bisik dari bibir oengunjung dan pelayan mulai mengudara. Kale yang merasa tak nyaman, lantas kembali bersuara. "Ayo pulang."
Lova hendak membalas : "Kita kan belum makan!" namun Bobi menghentikan niatnya. Laki-laki itu menggeleng dan menarik Lova, menyusul Kale yang sudah pergi duluan.
•••
"Hedeh. Perasaan gue mau makan sama Kale di restoran nggak pernah jadi," monolog Lova selepas membersihkan diri. Gadis itu turun untuk memasak mie. Namun, saat dia melewati ruang kerja Kale, dia tak sengaja mendengar keluhan Bobi. Karena penasaran, Lova memutuskan untuk menguping sebentar.
"Kal, lo nggak kasihan apa sama gue? Kalau lo nggak kasihan sama gue, setidaknya kasihan sama diri lo sendiri kek, anjing." Bobi benar-benar terlihat sudah lelah.
"Kal, tanda tangan Kal," lanjut Bobi sembari terus menyodorkan kontrak. Sementara Kale masih tetap pada pendiriannya. Menolak. "bayarannya gede Kal. Sayang Kal, asli dah. Lagian ciumannya di scene akhir doang, Kal."
"Nggak. Gue tetep nggak mau," Kale melempar asal kontrak yang menurutnya sangat mengganggu pemandangan. Dari dulu, dia memang tidak suka jika berada di dalam film romansa yang banyak skinship-nya. Terlalu risih. Apalagi ini sampai berciuman. Gila saja. Kale tidak mau!
Mendengar percakapan yang terlihat semakin seru, Lova kian mendekatkan telinga. Dari dalam, Kale tentu saja menyadari keberadaan Lova. Dia menatap siluet gadis itu dengan senyum tipis, mengabaikan celotehan Bobi."Kal, lo dengerin gue nggak sih, monyet?" Sungguh. Bobi rasanya ingin resign. Tapi di mana lagi dia bisa mendapat gaji yang besar hanya dengan hanya memarahi orang?
"Bob, gue udah punya pacar kalau lo lupa. Lo bisa pake alasan : Lova— cewek gue, nggak suka kalau liat gue ciuman sama cewek lain. Gampang kan?" ujar Kale dengan begitu enteng.
"APAAN ANJING, KOK GUE?" Lova langsung membuka lebar-lebar pintu ruangan sembari mengumpat. Kemudian, gadis itu mendekat ke arah Kale yang tengah duduk di sofa dengan nyaman.
"Lo denger ya Kal, mau lo ciuman, make out, having sex, atau apaan kek, gue nggak peduli!" ujar Lova sedikit marah. Kale diam-diam bersorak. Membuat Lova marah ternyata menyenangkan. Lagian, memangnya cuman gadis ini yang bisa menggodanya? Dia juga bisa.
"Gue juga nggak minta lo peduli, Lova. Tapi, di mata publik, lo pacar gue. Pacarnya Kaleandru. Punya Kale. Paham?"
•••
WKWKWKWKWKWK,
GIMANA PART KALI INI?
Anw, ini emang suka mention
hal-hal sensitif. Tapi ini masih
aman kok rate age-nya! 15+ lah ya.
Jadi mohon bijak ya guys!

KAMU SEDANG MEMBACA
RUMORS
RomantikYIBO X LISA / discontinued Kale dan Lova adalah musuh abadi sejak SMA. Takdir kembali mempertemukan mereka saat Lova sedang berada di belakang garis sengsara, sementara Kale menjadi aktor ibu kota yang bergelimang harta. Kala itu, rumor di langit...