Sudah terhitung dua puluh menit Lova menggigit jari telunjuk, ponsel miliknya tergeletak menyala di nakas. Rumor perihal dia dan Kale berpelukan di dalam mobil sudah dikonfirmasi menjadi berita paling panas. Hal itu benar-benar membuat Lova was-was.
Sudah terhitung sepuluh artikel yang memberitakan dirinya hari ini. Entah bagaimana bisa, mereka bisa mengetahui identitas Lova dalam kurun waktu beberapa jam. Wajahnya dan namanya tengah trending di media sosial. Belum lagi kalau dia menyalakan televisi. Tidak, dia belum siap menjadi buronan dan sumber hujatan para netizen!
Suara ketukan pintu menyelusup ke telinga, Lova segera beranjak membukanya. "Kal?"
Yang pertama kali Kale lakukan adalah membuang napas. Laki-laki itu terlihat seperti sedang memikul puluh kilogram beras. Berat, terlihat begitu berat sorot matanya. Lova tak heran, karena memang itu konsekuensi dikenal banyak orang.
"Lo kenapa belum tidur?" tanya Kale dengan intonasi rendah.
Lova bingung. Untuk apa Kale melontarkan pertanyaan basa-basi seperti itu? Namun, ketimbang mengutarakan kebingungannya, Lova lebih memilih menyenderkan tubuhnya di kusen pintu sembari melipat tangan. "Mikirin lo," goda Lova.
Kale terlalu lelah untuk sekadar memutar bola matanya, dia hanya terdiam. Ada jeda yang lumayan panjang di antara mereka. Sehingga Lova benar-benar bisa mendengar jarum jam dan beberapa suara serangga malam dengan jelas. "Eum— Kal, lo nyamperin gue pasti ada tujuannya kan? Atau lo—"
"Nggak usah mikir yang macem-macem," potong Kale cepat. Lova tertawa. Dari dulu, menggoda dan memancing emosi Kale itu kegiatan favoritnya. "gue sama lo— ekhm, maksudnya kita harus ngehadirin press conference, besok. Jam sebelas."
Lanjutan perkataan yang keluar dari bibir Kale membuat Lova dengan cepat merubah ekspresinya. Senyumnya langsung hilang. Alasannya karena, ribuan kemungkinan buruk mulai menyerbu kepala Lova. Aneh. Lova tidak pernah memikirkan tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi kali ini, dia merasa kepalanya penuh. Penuh akan hal-hal yang tidak seharusnya dia pikirkan.
"Kal, kalau boleh jujur, gue .... gue takut." Gadis itu menundukkan kepala. Sedikit memalukan mengaku takut pada Kale, namun dia harus. Siapa tau laki-laki itu punya jalan keluar.
"Lova. Udah telanjur. Lo nggak bisa berhenti gitu aja. Gue nggak mau karir yang udah gue bangun hancur gara-gara rumor gay kemarin."
Mendengar penuturan Kale, Lova mengangkat kepala, kemudian memanyunkan bibir. Kale membuang pandangan, kemudian berujar. "Satu tahun, kita pura-pura pacaran. Terus lo bisa bebas."
Kale menjulurkan tangan. Mengajaknya terikat dalam kesepakatan. Tetapi dahi Lova berkerut menandakan dia tidak setuju dengan apa yang Kale ucapkan. "Satu tahun? Terus kalau kita putus, alesannya mau apa?"
Lova tidak mau jika Kale menyiapkan skenario; mereka putus karena Lova selingkuh. Tidak! Bisa jelek namanya di mata publik. Mau dibayar berapa pun, Lova tetap tidak mau!
"Ada banyak alasan yang bisa kita gunain biar nggak ngejatuhin nama lo, maupun nama gue. Kalau lo mau tau alasannya, dicoba dulu. Baru kita bisa nemuin alasan yang cocok kenapa kita harus putus," Kale menatap lekat gadis di hadapannya. Sementara dalam hati melanjutkan, "atau mungkin enggak harus putus."
Lova mengedipkan matanya beberapa kali. "Dicoba? Maksudnya?" Kale berdecak mendengar respon gadis itu. Dia yakin seratus persen jika Lova paham benar dengan apa yang dia ucapkan.
"Besok, jam sebelas. Berangkat sama gue. Paham kan?" Setelah berkata demikian Kale beranjak pergi ke kamarnya.
"HEH, KALE!" Lova langsung membungkam dirinya sendiri. Kemudian menatap sekeliling. Ini sudah malam, pasti Sukma sudah terlelap. Dia tidak mau membangunkan Sukma hanya karena kekesalannya terhadap Kale.
"Sial, gue beneran belum siap jadi seleb!" Lova mengacak rambutnya kasar. Namun, saat dia ingin masuk ke dalam kamar, matanya menangkap botol yogurt di samping pintu. Begitu menarik karena da sticky note yang tertempel di sana.
Karena penasaran, gadis itu memungutnya, untuk sekadar tau isi dari tulisan yang tertempel.
Katanya ini bisa ngebuat tidur jadi lebih nyenyak. Diminum. —K
"Hah? Dari Kale? Buat gue?"
•••
Sepertinya, Lova menyesal memikirkan hal-hal yang tidak perlu dia pikirkan. Mendapat kesempatan menjadi kekasih pura-pura Kale ternyata tidak seburuk perkiraannya. Dia malah senang. Senang karena bisa melihat tatapan iri orang-orang. Lucu memang. Tapi entah kenapa selepas press conference, dia merasa menang.
Dia benar-benar bisa menjawab pertanyaan dari wartawan dengan baik. Tentunya berkat briefing dari Bobi sebelum berangkat. Dan laki-laki itu— Kale, juga punya peran yang cukup penting dalam menyelamatkan kegugupan Lova tadi siang. Well, laki-laki itu terus memegang tangan Lova dan mengusapnya lembut saat melewati barisan wartawan, guna memberikan ketenangan. Dan itu berhasil. Lova jadi lebih tenang.
"Lebay," cibir Lova saat melihat trending nomor satu di aplikasi Twitter adalah #PatahHatiNasional, dengan Kale sebagai tokoh utama.
Terdapat pro dan kontra di sana. Meskipun mereka mengaku patah hati, banyak yang mendukung dan mulai melupakan rumor kemarin, ada juga yang masih meyakini Kale seorang gay. Lova tidak terlalu ambil pusing soal itu sih. Dia sibuk mencari komentar netizen mengenai dirinya. Dan ternyata, banyak yang bilang serasi. Tanpa sadar sudut bibir gadis itu terangkat.
"Lova."
Lova langsung mendongak, dia mendapati Kale dengan wajah super datarnya. "Kenapa Kal?"
"Nanti malem temuin gue di Cloud Lounge. Jam tujuh, jangan telat," ujar Kale dengan cepat.
Pikiran Lova masih mencerna. "Mau apa? Bukannya kita serumah? Bareng aja," ujarnya polos.
Laki-laki itu menghela napas. Terlihat sangat enggan untuk membalas. Sebenarnya, dia hanya ingin mengucapkan terima kasih pada Lova karena mau menolongnya dari rumor sampah kemarin. Namun, Kale gengsi! "Dateng aja."
Kale langsung undur diri. Meninggalkan Lova yang masih mencari alasan logis Kale mengajaknya pergi. Ya Tuhan, apa ada sandiwara yang harus dia mainkan lagi?
•••
Absen yang nungguin Kale-Lova.
![](https://img.wattpad.com/cover/274653362-288-k185827.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMORS
RomanceYIBO X LISA / discontinued Kale dan Lova adalah musuh abadi sejak SMA. Takdir kembali mempertemukan mereka saat Lova sedang berada di belakang garis sengsara, sementara Kale menjadi aktor ibu kota yang bergelimang harta. Kala itu, rumor di langit...