When We Go to the Movies

47 4 65
                                    

4 September 2021

.

.

Halo!

Udah September aja nih, tapi gue masih ada ospek cuy, nggak bisa ini, nggak bisa!

Dengan berat hati, setelah ini saya izin ngilang lagi.

Tertanda,

Alin🤚😌

🏃‍♀️/KABOOOR/

.

.

.

Raffa-Sasa (ratu film hororr)

Raffa hanya bisa memasang tampang datar, saat kembali merasakan momen ini. Momen di saat Sasa memaksanya untuk menonton film horor.

Padahal pacarnya itu tahu kalau dia sangat takut hantu dan anti film bertema horor-thriller. Apalagi yang sejenis The Conjuring atau Insidious.

"Sa, lain kali nggak usah ajak aku," keluh Raffa enggan menatap layar lebar yang sedang menampilkan opening film.

"Berisik. Udah mulai," bisik Sasa tanpa dosa menyumpal mulut Raffa dengan pop corn.

Ini sudah ketiga kalinya Raffa tertipu. Sasa memang bilang ingin mengajaknya nonton film, tapi tidak pernah bilang kalau itu adalah film hantu.

Tahu-tahu gadis itu sudah memegang tiket dan menariknya ke theater tujuan tanpa banyak bicara.

Huh! Benar-benar!

"Sa." Entah panggilan keberapa sudah, tapi Sasa sama sekali tak menghiraukannya.

Cowok itu mengusap pelipisnya, jujur ia sedari tadi menutup mata. Tapi telinganya kan berfungsi. Suara-suara khas film beradegan menakutkan membuat dirinya berimajinasi sendiri.

"HUAAA!!" Teriakan Raffa terdengar menyatu dengan teriakan penonton yang lain.

"Huh! Sumpah Sa. Aku nggak kuat," gumam Raffa menghadap penuh ke arah Sasa yang masih menatap serius ke depan.

"Bentar lagi. Sayang uangnya," ujar Sasa mengusap dahi Raffa yang berkeringat.

"Lebih sayang uang dari pada pacar."

"Iyalah. Dikira uang dapetnya tinggal metik?" balas Sasa memutar bola matanya.

Akhirnya Raffa memilih diam, sebut saja dia pengecut atau apapun itu.

Terserah.

Karena menurut Raffa semua orang punya keberanian dan ketakutannya masing-masing.

Sasa jadi merasa bersalah saat melihat Raffa bersandar lemas pada kursi. Tangan cowok itu menggengam tangannya kuat, jangan lupakan mata Raffa yang memilih tertutup.

"Raffa, are you okay?" tanya Sasa menepuk pipi cowok itu.

"Hm."

Sasa tersenyum, "Bersandar pada bahu Raffa, dan kembali fokus pada film.

"Sorry kalau aku sepenakut ini," bisik Raffa yang tiba-tiba menciptakan suasana baru. Setidaknya aura mencekam sedikit terminimalisir.

"Kamu bertahan mau nemenin aku gini aja. Sudah nunjukin kalau kamu nggak pengecut," balas Sasa enteng.

When We had BoyfriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang