Bagian lima - Until When?

383 66 17
                                    

Jiyeon memasuki rumahnya dengan tak bersemangat, gadis itu hanya bergumam saat menjawab sapaan dari beberapa maid yang menyambut kepulangannya.

"Jiyeon, kau sudah pulang, nak?" Sapa Taehee dari arah dapur.

Sejenak Jiyeon menoleh, gadis itu berjalan kearah sang ibu dan memberikan sebuah pelukan seperti biasanya.

"Jika Jungkook datang kemari, jangan biarkan dia masuk ke kamarku, bu" Ujar Jiyeon setelah melepaskan pelukannya.

Dahi Taehee seketika mengernyit mendengar ucapan sang puteri, "Memangnya kenapa? Kau sedang ada masalah dengan Jungkook?"

"Bukan masalah besar, bu. Hanya saja jangan biarkan Jungkook menemuiku sementara ini" Balas Jiyeon yang enggan menjelaskan masalah yang sesungguhnya kepada Taehee.

"Jangan seperti itu, Ji. Kalian sudah dewasa, sebaiknya kalian bicarakan baik-baik dari pada menghindar darinya." Taehee mencoba memberikan nasehat untuk sang anak, "Lagipula Jungkook itu baik sekali jadi seharusnya kau tidak—"

"Ibu tidak bisa membela Jungkook seperti itu jika tidak tahu masalah yang sebenarnya!" Seru Jiyeon yang mulai merasa lelah dengan sikap ibunya yang selalu membela Jungkook.

"Ji?" Taehee terkejut. Ini adalah pertama kalinya Jiyeon membentaknya selama ini.

Jiyeon menghela nafas, mencoba mengatur emosi yang mulai merasuki seluruh tubuhnya. "Maafkan aku, bu. Tapi biarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri. Aku pergi ke kamarku dulu"

Setelah mengatakan itu, Jiyeon segera menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua, meninggalkan Taehee yang masih dalam kondisi tertegun.

Jiyeon membuka pintu kamarnya dengan lemas, menutup kembali pintunya dan tak lupa menguncinya—jaga-jaga jika sewaktu-waktu Jungkook datang menemuinya.

Bruk.

Gadis itu menjatuhkan tubuh rampungnya ke atas kasur empuknya. Sepasang matanya menatap kosong ke langit-langit kamarnya. Rasanya—entahlah, Jiyeon tidak bisa merasakan apapun setelah pertengkarannya dengan Jungkook tadi. Memang sakit melihat Jungkook kembali berlaku seperti itu dengan gadis lain, tetapi agaknya Jiyeon tidak bisa menangis lagi. Sudah terlampau lelah dengan semua janji yang Jungkook katakan namun pada akhirnya terus di khianati oleh pria itu sendiri. Jiyeon seperti mati rasa, seolah apa yang akan Jungkook lakukan kedepannya tidak akan berdampak apapun lagi terhadapnya. Jiyeon benar-benar lelah dengan sikap sang pria yang tak pernah bisa menepati janjinya sendiri.

Drrtt... Drrttt... Drrttt...

Lamunan Jiyeon terpecah saat merasakan ponsel yang berada di tasnya bergetar. Dengan malas gadis itu bergerak untuk mengambil ponselnya.

Jeon Bastard🤎 is calling...

Jiyeon melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Kembali merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Mengabaikan ponselnya yang terus berdering karena Jungkook terus mencoba menghubunginya.

"Aku ingin menghilang saja" Gumam Jiyeon lalu menutup wajahnya dengan sebelah lengannya.



***



Jungkook menghela nafas kasar saat sudah puluhan kali mencoba menghubungi sang pujaan namun tak diangkat sama sekali.

"Kau kenapa, Jeon?" Seorang pria bersurai silver bertanya kepada Jungkook. Pasalnya, raut wajah pria bermarga Jeon itu terlihat sangat kacau. "Bertengkar dengan Jiyeon?" Tanyanya lagi.

"Diamlah, Jim. Aku pusing sekali" Balas Jungkook pada pria bernama lengkap Park Jimin itu.

"Sungguh kau bertengkar dengan Jiyeon?" Kaget Jimin. "Aku rasa sudah lama sekali sejak kalian bertengkar hingga wajahmu terlihat sangat kacau seperti ini, bukan?" Tanyanya lagi.

Film OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang