✨Name✨

269 52 2
                                    

#Day2
#Flamboyan

*flam·bo·yan. tumbuhan pelindung, berdaun rindang, bunganya indah berwarna merah; Poinciana regia.
.

.

.

AK menatap lekat-lekat obsidian hitam milik pemuda yang ada di hadapannya. Ada sedikit rasa kesal di hatinya, entah mengapa pemuda yang sedang ia tatapi itu tetap teguh dan tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun.

Di program studi akting di akademi ini, mereka tidak hanya mengajarkan untuk menjadi aktor ataupun artis, namun mereka juga mengajari semua yang harus diperhatikan untuk jadi seorang idol mulai dari akting, dance, menyanyi bahkan penampilan. Namun kali ini mereka hanya disuruh untuk memberi contoh oleh Wang Yibo, guru bagian akting. Dan sialnya yang dimintain untuk mencontohkan ialah Linmo dengan AK. Tentu saja jiwa fanboy Linmo mulai menggila namun sekali lagi ia harus menenangkan diri.

"Apa kau mengikuti kelas akting diluar kampus?" AK sudah pasti kebingungan, pasalnya siapapun pasti akan mengalihkan pandangannya dari AK bahkan saat pada latihan menatap di studio agensinya.

Linmo menggeleng pelan memang dia tidak pernah berpikir untuk serius mendalami bidang ini. Ia hanya tertarik setelah mengagumi seorang rapper bermarga Liu itu.

Linmo meneguk ludahnya kasar, rasanya ia ingin berteriak setiap kali merasa hembusan napas AK yang ada di hadapannya.

"Tenang, Momo. Anggap saja kau sedang melihatnya dari layar handphonemu, Mo." ucap Linmo dalam hati untuk mengalihkan pikiran fanboy miliknya.

"Yap, contoh yang sangat bagus. AK, Linmo silahkan kembali ke tempat duduk kalian."

Sebenarnya kaki Linmo bergetar hebat, namun ia masih bisa berjalan seperti biasa dan menyembunyikannya. Aneh saja mengapa hari ini keadaan benar-benar tidak berpihak kepadanya. Saat kelas pertama ia disuruh untuk menirukan dance girl group dan baru saja tadi ia menjadi contoh untuk seisi ruangan. Benar-benar sungguh memalukan.

Linmo kembali ke kursinya namun tetap saja ia tidak bisa menenangkan diri barang sebentar saja. Yuheng terus-terusan menyenggol kaki kursinya dengan kaki kirinya yang mana memang Yuheng duduk tepat di sebelah kanan Linmo.

"Psst... Psst, Momo!" panggil Yuheng berbisik.

Linmo benar-benar jenuh melihat temannya yang satu ini namun ia terkadang juga suka melihat tingkah anehnya Yuheng hingga terkadang Linmo selalu mengingat perkataan Sichao yang memanggil Yuheng dengan julukan 'brainless'.

"Kenapa?" tanya Linmo untuk menghentikan Yuheng memanggilnya terus-menerus.

"Bagaimana rasanya? Deg-degan?"

"Kau mau mati, hah?"

Yuheng bergidik ketakutan "Tidak, tolong ampuni aku, Tuan." ucapnya dengan nada sedikit dibuat-buat. Dia sedikit ngeri dengan sisi kejam Linmo namun ia suka bercanda dengannya juga.

.

.

.

Sinar matahari yang menyengat terlihat tepat di atas kepala. Linmo menyeka keringatnya yang bercucuran dibalik poni yang jatuh di dahinya. Linmo berjalan seorang diri di taman kampus berusaha mencari sosok Yuheng yang seenaknya melesat pergi dari hadapannya sesaat yang lalu.

Linmo membuka handphonenya dan mencoba untuk menghubungi Yuheng namun sama sekali tidak diangkat.

"Sepertinya Yuheng benar-benar minta di cincang, ya." gumam Linmo kesal.

"Hei, bukankah itu Linmo?" Terdengar suara dari seseorang yang sedang duduk di salah satu bangku taman di dekat situ.

"Linmo yang itu? Aku follow Douyin dan Weibo nya loh!"

Fanboy || AKZMO FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang