65

915 145 0
                                    

"Aku dan Edgar udah jadian."

Adrian hampir tersedak ludahnya sendiri karena mendengar perkataan Alana. Untung saja pelayan sudah menyediakan air mineral selagi mereka menunggu pesanan. Setelah minum Adrian berdehem untuk menormalkan pernapasannya.

"Oh, yang benar?"

"Iya, baru aja, sih." Alana segera memakan pesanannya ketika pelayan telah menghidangkannya.

"Nggak mau ngasih selamat?" Alana tersenyum miring ke arah Adrian.

"Selamat." Adrian mengucapkan dengan singkat dan penuh dengan nada keterpaksaan.

"Makasih. Habis makan aku langsung pulang, ya. Udah nggak ada yang perlu dibicarakan lagi 'kan?"

Alana mempercepat kegiatan makannya. Sedang Adrian belum menyentuh sama sekali makanannya. Ia sibuk memperhatikan Alana yang makan dengan tergesa-gesa, seolah tak mau membuang waktu lebih lama bersamanya.

"Pulangnya aku antar."

"Oh, nggak usah. Nanti pacar aku yang jemput." Alana sengaja menekankan kata pacar.

"Oh, gitu." Adrian hanya mengangguk lemah menanggapi penolakan Alana.

"Makasih buat makan malamnya, aku balik duluan, ya. Sebenarnya tadi aku ada janji dengan pacarku." Alana segera memakai tas selempangnya dan membersihkan bibirnya dengan tisu. Ia beranjak berdiri.

"Lain kali ketemuan lagi, bisa?"

Alana mengangkat alisnya, untuk apa lagi Adrian mengajaknya bertemu. Bukannya ia sudah memberi sinyal kalau mereka tak mungkin balikan lagi.

"Buat apa?"

"Ngobrol-ngobrol aja, ngajak pacar kamu juga nggak papa." Adrian ikut menekan kata pacar, sengaja untuk meledek Alana.

"Nanti aku tanya dia dulu. Soalnya akhir-akhir ini dia sibuk."

***

Alana menunggu Edgar di depan restoran, sejak setengah jam yang lalu ia meminta dijemput. Hingga sekarang tak nampak juga batang hidungnya.

Alana menatap resah ke arah jalanan dan juga ponselnya berulang kali. Adrian yang berdiri di sampingnya hanya mengamati dan tersenyum miring.

"Udah jam segini. Kayaknya pacar kamu nggak bakal dateng."

"Mungkin di jalan macet. Kalau kamu buru-buru pulang aja, nggak usah nungguin aku." Alana resah kerena Edgar belum membuka pesan darinya, kalau ia naik ojol maka Adrian akan memaksa mengantarnya.

"Aku antar aja, gimana?"

"Paling bentar lagi juga datang."

"Sama aku aja." Adrian menggandeng Alana menuju ke arah parkiran.

Alana terpaksa diantarkan Adrian, selama dalam perjalanan mereka lebih banyak diam. Adrian tidak berinisiatif memutar lagu atau sebagainya untuk meramaikan suasana.

"Nggak usah pura-pura jadian sama Edgar buat nunjukin sama aku kalau kamu udah move on. Itu kekanakan."

"Siapa, yang ...."

"Kadang bagi sebagian orang, move on membutuhkan waktu yang lama."

"Aku udah dari dulu." Alana mengelak.

"Oh, ya?"

"Mas nggak usah kepedean karena aku sempat nyusulin ke Aussie. Dulu itu aku cuma ABG labil yang terjebak dalam cinta yang dangkal. Sekarang aku sadar, hidup bukan melulu soal cinta-cintaan. Aku masih punya cita-cita yang harus aku gapai. Oh, ya aku berencana mengajukan beasiswa ke Jerman. Mas doain aku berhasil, ya?" pamer Alana.

"Apa? Kamu mau sekolah ke Jerman."

"Iya, bagus 'kan kalau aku mikirin cita-cita aku, daripada galau melulu karena mikirin kisah cinta yang nggak penting."

"Nggak penting, ya?" Adrian menipiskan bibir, kesal dengan ucapan Alana barusan.

"Iya, lagian udah berlalu juga."

"Baiklah, sepertinya kamu memang harus melupakan kisah cinta yang NGGAK PENTING itu."

Teman Tapi Mupeng (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang