Lara kembali menemukan dirinya menikmati bunga mawar merah yang kuncupnya sudah mulai terlihat. Lagi dan lagi, senandung kecil keluar dari mulut kecil Lara. Tak lupa, tangannya dengan telaten menyiram mawar merah itu.
"Cepat tumbuh," bisik Lara seraya mengelus kuncupnya dengan lembut.
"Cinta dan kekaguman, bukannya itu arti dari mawar merah?"
Lara sontak menoleh dan mendapati pemuda itu—atau mungkin, sebut saja dia Renjana. Iya, Renjana. Pemuda kemarin malam itu, kini tengah berdiri di seberangnya dengan kedua tangan yang melipat di depan dada.
"Hei, aku berbicara denganmu, Nona. Namaku Jana—Renjana, mau berkenalan denganku?"
"Tidak," tukas Lara ketus.
"Kalau aku lebih menyukai mawar biru," ujar Jana secara tiba-tiba, dan tentu saja hal itu langsung menarik atensi Lara.
Pemuda penuh omong kosong.
"Tidak ada mawar biru."
"Aku tau, hanya saja aku menyukai makna yang terselip di dalamnya. Pengharapan dari terwujudnya sesuatu yang tidak mungkin. Cantik bukan?"
Lara terdiam sejenak, ia mengakui mawar biru itu memiliki makna yang sangat cantik. Tapi sayang, kecantikannya adalah hal yang semu, tidak bisa dimiliki dan dirawat seperti mawar merah miliknya.
"Besok aku akan memberimu mawar biru, mau?"
Apa pemuda ini berkhayal?
"Jangan bicara denganku dan cepat kembali ke tempatmu, Tuan." Begitu Lara selesai dengan kalimatnya, ia segera melenggang masuk. Namun sepertinya, atensi Lara lagi-lagi harus ditarik paksa.
"Aku bisa memberikanmu mawar biru. Teknik osmosis dapat membuat mawar putih menjadi biru. Aku bisa membeli satu buket untukmu."
"Osmosis?" tanya Lara yang rupanya sudah penasaran.
Jana lantas tersenyum. "Iya, osmosis, perpindahan molekul pelarut melalui selaput semipermiabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat atau dari bagian yang konsentrasi pelarut rendah ke konsentrasi pelarut tinggi."
"Kamu pasti akan menyukai bunga mawar biru," sambung Jana dengan nada yang terdengar bangga di ujung kalimatnya.
Terbayang sangat cantik.
Lara lantas berjalan mendekati Jana yang masih setia di posisinya itu. "Berjanjilah untuk membawakan bunga mawar biru untukku, Jana."
Mungkin saat ini Jana terlihat bahagia, karena sebutan Tuan telah berganti menjadi namanya. Hal itu bisa terlihat dari deretan gigi yang rapi menyambut kedua netra Lara, Jana tersenyum begitu hangat—sahangat mentari pagi itu. Sampai-sampai lesung pipinya terlihat begitu kentara terpatri di kedua pipinya. "Aku janji. Besok, ya? Tapi sebelum itu, beri tau aku namamu."
"Lara. Aku Lara."
"Artinya..." Jana tak lagi melanjutkan kalimatnya, hingga membuat Lara bertanya-tanya.
Ada apa dengannya?
"Kenapa dengan namaku?"
Jana menggeleng pelan. "Tidak ada. Namamu cantik."
Pemuda yang aneh.
***
Halooo, maaf yaaa aku baru bisa update:")
Kalian sehat-sehat yaa!💙 Buat yang nunggu epilog darrel-kanaya (tentang kita) ditungguu~
KAMU SEDANG MEMBACA
broken kaleidoscope ✔ | jaehyun x wendy
Fanfiction[n] aneka peristiwa yang telah terjadi yang disajikan secara singkat. Cerita ini tentang Lara yang terjebak di salah satu memori yang semesta suratkan, hingga kedudukan Renjana yang terperosok jatuh. ⚠️This story contains blood and family violence.