🍑 03 🌹

5.5K 697 117
                                    

Jangan lupa votement!!


Hubungan Tiya dan Jeffry mulai membaik semenjak hari itu. Namun perjanjian taruhan tetap berlaku, Tiya masih harus tinggal di apartemen Jeffry selama tiga minggu ke depan.

Saat sedang menyusun buku-bukunya, Jeffry menemukan buku yang diberikan oleh pria paruh baya beberapa waktu lalu, ia mengambil buku tersebut dan mulai membacanya. Mulai dari tata cara berwudhu, sholat, serta bacaan-bacaannya. Hingga suara ketukan pintu mengalihkan fokusnya, Jeffry beranjak membuka pintu.

"Di luar ada perempuan nyari kamu," ujar Tiya.

Jeffry mengernyit. "Ciri-cirinya?"

"Cantik, rambutnya panjang, tinggi--"

"Jangan dibiarin masuk!" sela Jeffry.

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan bukain pintu!"

Tiya menatap curiga. "Jangan-jangan... dia datang karena mau minta tanggungjawab."

Jeffry mendengus kesal, bisa-bisanya Tiya memikirkan itu. "Sembarangan! Emang gua apain dia sampai harus tanggung jawab?"

"Kalau enggak ada apa-apa, kenapa dia enggak diizinin masuk?"

"Dia anak temen mama, mau dijodohin ke gua."

Tiya merasa aneh setelah mendengar penuturan Jeffry barusan, sedih? Tidak suka? Entahlah, tapi hatinya merasa tercubit.

"Enggak usah dipikirin, mending lo ajarin gua ini." Jeffry menyodorkan buku panduan sholat pada Tiya.

Alis Tiya mengerut. "Mau belajar sholat?"

"Hm, ayo!" Jeffry melirik ke kamarnya.

Tiya mundur. "Di kamar... kamu?" tanyanya ragu.

Jeffry tahu apa yang ada dalam pikiran wanita itu. "Gua minta diajarin, enggak bakal macem-macem, sumpah. Di sini berisik bunyi bell tuh."

Tiya mendengus pelan, akhirnya ia masuk dan Jeffry langsung menutup pintu, muak mendengar suara bel yang terus-menerus berbunyi. Tiya sempat bergidik saat Jeffry menutup pintunya, namun ia berusaha berpikir positif.

Tiya duduk di sofa kamar tersebut. "Mau di ajarin dari mana?" tanyanya.

"Wudhu," jawab Jeffry langsung.

"Hafal niatnya?" tanya Tiya lagi.

Jeffry menggeleng, entah kapan terakhir kali dia mengingatnya. Tiya menyodorkan bukunya. "Saya kasih waktu lima menit, hafalin dulu."

"Sepuluh menit lah." Jeffry malah menawar.

Tiya memutar bola matanya malas. "Itu pendek bacaannya, lima menit cukup."

Jeffry mendengus, ia pun mulai membaca niat wudhu dengan terbata-bata dan menghafalnya di kepala.

"Nawaitulwudhu'a... liraf'il... hadatsil asghari... fardhu lillaahita'ala...." Jeffry terus mengulang kalimat itu sambil menempelkan buku di wajahnya, seperti anak SD yang menghafal surah.

Tiya melirik jam dinding. "Udah lima menit."

"Nawaitulwudhu'a liraf'il hadatsil asghari fardhu lillaahita'ala," ucap Jeffry lancar.

"Hebat... anak pintar." Tiya menggerakkan tangannya seperti sedang mengusak rambut Jeffry, namun tidak sampai menyentuh.

Jeffry sempat terpaku sebentar, lalu tersenyum. "Pegang aja enggak apa-apa."

From Bet to Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang