🍑 07 🌹

5K 608 42
                                    

Haiii! Jangan lupa votement yaaaa!



















Untunglah hari ini Jeffry libur, karena istrinya sejak tadi terus menempel padanya. Saat ini keduanya sedang nonton televisi di ruang tamu dengan Tiya yang duduk dipangkuan Jeffry sambil memeluknya.

"Sayang... enggak pegel gini terus?" tanya Jeffry sambil mengusap-usap punggung istrinya.

Tiya malah mengeratkan pelukannya. "Enggak."

Jeffry senang dengan sikap manja Tiya, tapi juga aneh. Biasanya sang istri sangat segan menyentuhnya duluan, sekarang tidak lagi, malah lebih dulu minta dipeluk.

"Mas... aku kepingin rujak," pinta Tiya tiba-tiba.

Jeffry menunduk menatap istrinya. "Sekarang?"

Tiya mengangguk sambil tersenyum, Jeffry lantas mengecup sekilas bibir istrinya. "Ayo."

Saat hendak keluar, bel rumah mereka berbunyi. Tiya segera membuka pintu dan terkejut melihat siapa yang datang. "Yuta?!" pekiknya.

"Assalamualaikum, apa kabar, Kak?" ucap Yuta.

"Waalaikumsalam, alhamdulilah baik."

"Siapa yang datang?" tanya Jeffry yang menyusul dari dalam.

"Yuta, adik aku."

"Oh, apa kabar?" tanya Jeffry pada Yuta.

"I'm good."

"Ayo masuk!" ajak Tiya.

Beberapa saat kemudian, bel rumah berbunyi lagi, Tiya kembali bergegas membukakan pintu utama.

"Assalamualaikum, Mbak Tiya," ucap seorang gadis muda yang tidak lain adalah tetangga yang waktu itu menolong Tiya saat pingsan, Windy.

"Waalaikumsalam, Windy," balas Tiya.

Windy menyerahkan wadah tertutup pada Tiya. "Ini buat Mbak... tadi mama bikin rujak banyak."

Dengan senang hati Tiya menerima rujak buah tersebut. "Wah, kebetulan banget lagi pengin rujak."

"Sama-sama, Mbak."

"Masuk dulu, yuk." Tiya, Windy mengangguk menuruti ajakan Tiya masuk ke dalam rumahnya.

Di ruang tamu ada Jeffry dan Yuta yang entah membicarakan apa.

"Mas, kita enggak jadi cari rujak, udah dianterin sama Windy," ujar Tiya sumringah.

Alis Jeffry mengerut, baru pertama kali bertemu Windy. "Dia siapa, Sayang?"

"Anak tetangga kita. Win, kenalin ini Jeffry suami saya, kalau yang ini adik saya, Yuta."

"Hallo... Om," sapa Windy sambil tersenyum kikuk, dua pria itu terlihat sangat dingin sebelum akhirnya balas tersenyum.

"Kenapa manggil Om? Kelihatan tua banget ya?" tanya Yuta, agak tidak terima dirinya dipanggil om-om.

"Kamu emang tua, Yuta," sahut Tiya.

"Wajar kali manggil Om, dianya aja masih bocah SMP," kata Jeffry.

Windy meralat, "Saya udah SMA, Om."

Jeffry memasang ekspresi bengong. "Lah? Saya kira masih SMP."

"Kelas berapa?"  Ini Yuta yang bertanya.

"Kelas dua belas," jawab Windy.

"Lulus sekolah nikah sama saya yuk! Nanti kuliahnya biar saya biayain." Tiba-tiba Yuta bicara demikian.

From Bet to Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang