Late

1.2K 118 3
                                    

Harapan kadang memang tidak sejalan dengan kenyataan. Bisa jadi apa yang sudah diidamkan, direncanakan, bubar di tengah jalan tanpa aba-aba.

Pagi yang kembali cerah setelah hujan lebat semalam seperti tidak ada artinya. Swalayan tempatnya bekerja terasa begitu mendung karena satu hal. Satu hal yang membuat Namjoon akhirnya datang. Satu hal yang membuat senyum menawan Hoseok terlihat hambar. Satu hal yang membuat Jungkook menatap jajaran rak dengan mata kosong.

Surat pengunduran diri,
Kim Taehyung.

Jimin berulang kali membaca isinya. Berharap menemukan alasan yang jelas akan kepergian Taehyung secara mendadak itu. Bukan sebatas kalimat tentang permohonan maaf dan permintaan untuk menerima suratnya dengan sepenuh hati. Bukan sebaris terima kasih dan salam perpisahan.

Yang semakin membuat nyeri dada Jimin adalah tidak pernah sekalipun Taehyung membicarakan soal resign-nya kepada Jimin, atau minimal siapapun di sini jauh sebelum surat itu dilayangkan. Tidak ada pesan singkat dan panggilan suara yang diangkat. Taehyung seperti pergi dengan keinginan untuk tidak dicari.

"Dia bahkan tampak seperti biasanya saat kemarin menghabiskan shift denganku," kata Hoseok.

Tangannya tanpa sadar menekan tombol loker uang di kasir secara berulang. Membuat selorokannya keluar, kemudian didorongnya kembali, sebelum tombol itu disentuhnya lagi. Berusaha mempertahankan suasana agar tidak terlanjur hening.

Hoseok berharap surat itu hanya sebatas guyonan. Karena Taehyung tidak menampakkam gelagat aneh sedikitpun. Tidak terlihat seperti seseorang yang tengah menutupi sesuatu. Hoseok berharap, sebentar lagi Taehyung datang dan mereka ramai-ramai bisa mencubitnya karena sungguh bercandanya kelewatan.

Sayangnya, harapan tetaplah harapan. Di surat itu jelas tertera nama dan tanda tangan Taehyung. Ditinggalkan di depan pintu apartemen Namjoon. Sedang manusia-nya entah kemana.

"Baiklah, sementara kita mencari anak baru, aku yang akan menemani Hobi nanti."

Namjoon memutuskan untuk bergabung di balik meja kasir dengan Hoseok menggantikan Taehyung. Juga berjanji pada yang lain untuk menemukan pegawai paruh waktu yang baru.

Setelah mengucapkan selamat bekerja pada Jimin dan Jungkook, Namjoon dan Hoseok pergi. Jimin segera memeriksa hasil rekap terakhir produk di swalayan. Sedangkan Jungkook segera merapikan area makan pelanggan dan menggosoknya sampai bersih mengkilat.

Tidak ada yang berbicara di antara keduanya. Larut pada pekerjaan yang mereka lakoni masing-masing. Satu persatu pelanggan datang. Jimin dan Jungkook bergantian melayani pembayaran. Sesekali Jungkook akan mengantar pembeli ke rak tempat produk yang dicari. Saat sepi, mereka mengecek ulang label harga yang tertera dan mengganti nominal sesuai rencana diskon harian yang sudah disusun.

Jimin lupa tentang Yoongi karena Taehyung. Tapi, saat tiba-tiba di luar hujan dengan langit yang cerah, Jimin mulai merasakan sesuatu. Bau jalanan yang basah masuk ke dalam swalayan. Mengingatkan perjalanan yang ditempuhnya semalam bersama guyuran hujan dari apartemen Yoongi. Masih tersisa suara derap langkahnya sendiri yang menggema di sepanjang lorong apartemen Yoongi. Suara rintikan air yang menabrak apapun di hadapannya menjadi musik sedih yang memicu genangan di mata Jimin.

"Hyung?"

Jimin mengusap air matanya yang tertahan. Mengumbar senyum sambil menatap Jungkook yang nampak khawatir. Tanpa perlu memberikan pertanyaan, Jimin segera meyakinkan laki-laki yang lebih muda itu, "aku baik, tenang saja Jungkookie."

Jungkook hanya menghembuskan nafas. Kemudian mengusuk rambut Jimin.

"Ramen?"

Jimin mengangguk.

INSIDE • yoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang