Epilog

1.9K 133 82
                                    

Tepat tujuh belas bulan setelah Jimin membaca surat pengunduran diri Taehyung. Kepergian tiba-tiba yang menumbuhkan jutaan tanya di rongga kepala Jimin. Tanpa salam perpisahan, kecuali rangkaian terima kasih yang tersurat di kertas.

Tepat tujuh belas bulan setelah Jimin kembali dari bekas apartemen Yoongi dengan kotak berwarna coklat di tangan. Kehilangan mendadak yang membuat separuh dirinya lenyap seketika. Ditelan heningnya suasana kamar Yoongi yang kosong. Dikoyak memori malam sebelumnya saat Jimin gegabah dan menembus hujan karena salah paham.

Tepat tujuh bulan setelah Namjoon memercayakan salah satu cabang swalayannya untuk dikelola Jimin. Tetap dengan Jungkook bersamanya. Serta Hoseok, matahari di tengah kelam dirinya yang sesekali mampir.

Jimin juga masih datang ke panti asuhan. Tidak ada yang berubah. Kecuali Yeri yang semakin bertumbuh, dan semakin pandai membaca situasi hati Jimin meski tidak ada kata terucap. Raut wajahnya tidak bisa berbohong. Meskipun selebar apapun Jimin menghias wajahnya dengan senyum, Yeri seperti bisa mencium bau kesedihan dari Jimin.

Jika sudah seperti itu, Yeri akan mengajaknya menikmati taman di panti. Bersebelahan di sepasang ayunan yang catnya sudah diperbarui. Membiarkan Jimin berbicara dengan dirinya sendiri dalam diam. Yeri seolah mengerti, di saat seperti ini, yang Jimin butuhkan hanya seseorang untuk menemani. Tanpa perlu repot menjelaskan alasannya.

Sampai, "Jiminie!"

Pemilik nama itu menoleh ke arah sumber suara. Shin Hye Noona sedang berjalan ke tempatnya.

"Untukmu," tangan Shin Hye menyerahkan sebuah amplop. Jimin menerima dengan sedikit ragu. Mencari identitas pengirim yang anehnya tidak dia temukan. Pertanyaan lainnya adalah, jika untuk Jimin, mengapa repot-repot dikirim ke panti, bukan ke apartemennya?

"Aku juga tidak tahu," kata Shin Hye saat Jimin coba memastikan informasi si pengirim. Sekali lagi Jimin periksa, benar, di situ tertulis jelas namanya, Park Jimin. Kecuali ada sedikit tulisan kecil di antara 'Park' dan 'Jimin', disitu tertera kata 'small'.

Park (small) Jimin.

Jimin tersenyum haru. Hampir dia meremat benda di genggamannya jika bukan karena Yeri yang tiba-tiba berada di hadapannya. Alih-alih segera mengetahui isi amplop tersebut, Jimin malah memeluk Yeri. Tidak bisa disembunyikan perasaannya yang campur aduk. Senang, karena sebuah kabar yang lama dia tunggu, sampai dia tidak tahu lagi apakah masih ada harapan atau tidak, akhirnya sampai. Sedih, karena memori tentang kepergian yang begitu cepat seolah membanjiri ingatannya kini. Marah, karena Jimin merasa begitu ditinggalkan tanpa sebuah perpisahan yang layak.

Setelah memberitahu Noona dan adik-adik lainnya di panti, Jimin kembali ke apartemennya. Di perjalanan jemarinya berkirim pesan pada Jungkook, membatalkan pertemuan mereka tentang strategi promosi baru yang akan mereka lakoni akhir bulan. Tidak bisa dipungkiri betapa Jimin menahan keinginan segera merobek label dari amplop di tangannya sekarang juga. Tapi dia tidak bisa membiarkan seluruh emosinya tumpah di depan orang lain. Tidak, sangat bukan Jimin.

Dan ketika dirinya sudah bersih dan nyaman setelah mandi air hangat, dengan coklat panas di samping, dan selimut bulu yang memeluk, Jimin menata hati untuk segera menemukan apa yang tersembunyi dibalik kertas coklat itu.

Park Small Jimin

Pertama, maksud  yang aku ingin sampaikan dalam surat ini, perihal meminta maaf. Aku minta maaf. Karena pergi begitu saja. Dengan tidak sopannya dan tidak adanya aba-aba sama sekali pada seluruh teman di swalayan, terutama padamu. Tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan menambahkan 'small' lagi di sela-sela namamu jika kau memaafkanku, bagaimana? Sepakat?

Jimin tersenyum sambil mengutuk lelaki yang mengirim surat tersebut. Sungguh, kadar menyebalkannya tetap tinggi, tidak berubah, bahkan setelah setahun lebih berlalu. Dari kalimat-kalimat yang tanpa suara itu saja, Jimin bisa membayangkan sosok aslinya tengah tersenyum jail saat menulisnya, lebih-lebih, muncul memori kala sosok itu menyebutkan nama Park Small Jimin dari mulutnya sendiri. Dengan wajah tengil yang membuat Jimin tidak bisa menahan tangannya agar tidak menjitak manusia yang lebih muda itu.

INSIDE • yoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang