strangers in this scenario

436 69 10
                                    

“Yeonjun!” seru Hyunsuk sembari memasuki ruang praktik Yeonjun.

“Astaga, berisik banget, Hyunsuk!” ujar Yeonjun yang masih memeriksa beberapa patient report yang ia tangani.

Hyunsuk hanya cengengesan lalu tersenyum manis kepada Yeonjun padahal Yeonjun sudah mengabaikannya. “Udah waktunya makan siang tahu. Lo jangan nyeriusin laporan mulu sesekali cari doi gitu biar bisa lo seriusin,” katanya. “Anyway, gue kangen lo! Lo tuh sekarang ya dikit-dikit main cuti mana kalo cuti bakal ngilang tanpa jejak. Wah, parah lo!”

“Mulai deh cerewet,” sahut Yeonjun yang tangannya menutup map itu kemudian meletakkan map itu di rak sebelahnya. “Laper ya? Ya udah ayok.”

Hyunsuk bersorak riang lalu mengapit lengan Yeonjun kemudian keduanya berjalan untuk mencapai lift. Keduanya juga mengobrol berbagai hal random. Sungguh persahabatan yang menyenangkan.

“Jun, kita makan sup abalon yuk! Gue mau ngajak lo ke sana soalnya tempatnya baru buka lima harian gitu.”

“Tapi ini kenapa cuman kita berdua? Yeri Hangyul mana?”

Client clinicnya Yeri itu pada ke sini semua jadi dia riweuh gitu kalo Hangyul lagi working on the road. Dia lagi dapet tugas di luar dan dia jaga jadi dokter di bus donor darah keliling,” jawab Hyunsuk.

“Pantes gue hubungin nggak ada yang respon,” sesal Yeonjun mengetahui jika formasi empat sekawannya tidak lengkap.

“Ya udah kali masih ada gue,” ujar Hyunsuk yang harus berjinjit jika ingin merangkul Yeonjun lalu keduanya tertawa sembari mereka terus berjalan ke kedai yang dimaksud Hyunsuk.

Setiba di sana kedai, Yeonjun dan Hyunsuk memilih bangku yang berada di dekat jendela yang menyuguhkan pemandangan jalan utama kota Seoul yang di mana laju kendaraan berada. Kedua anak Adam itu larut dalam obrolan hingga seseorang menghampiri meja keduanya.

“Eh, ada Dokter Choi sama Dokter Kim. Gabung di sini aja yuk, Bin,” ujar suara perempuan itu dan di sebelahnya berdiri seorang pria muda yang tinggi semampai dengan rambut rapinya.

Pria itu memimpin duduk di depan Yeonjun. Ia masih melihat Yeonjun sejenak lalu mengalihkan pandangan ketika perempuan itu menanyakan apa yang ingin dia makan.

“Sup tofu pedas dan saewoo twigim,” jawabnya mengabaikan Yeonjun yang mencuri pandang kagetnya.

“Bin, kamu 'kan gak boleh makan olahan kacang-kacangan,” ujar perempuan itu dengan perhatian.

“Saya suka sup tofu mulai sekarang,” Soobin mengatakannya dengan penuh keyakinan.

“Ya udah. Bu, pesan itu ya sama nasi goreng kimchi saja.”

“Baik, Nona. Mohon ditunggu ya,” ujar wanita si pemilik kedai dan pamit ke dapur untuk membuatkan pesanan para pelanggannya itu.

Hyunsuk mengajak Yeonjun mengobrol bahkan mereka sampai tertawa terbahak-bahak dan hanya mereka yang paham percakapan di antara keduanya. Perempuan yang ada di depan Hyunsuk itu merotasikan malas kedua bola matanya karena merasa terganggu. Sedangkan pria muda di sebelahnya hanya menatap Yeonjun dengan hatinya yang berdesir melihat tawa lepas dari lelaki berambut hitam itu.

“Maaf ya, Dokter Choi, Dokter Kim, tapi ini tempat umum bisalah ya kalo ketawa jangan keras-keras,” kata perempuan satu-satunya di depan Hyunsuk dan Yeonjun dengan manis.

Hyunsuk membuang wajahnya sejenak lalu meluruskan punggungnya dan menatap perempuan yang masih tersenyum itu dengan datar. “Masih banyak bangku kosong di sini, Dokter Hwang. Jika anda tidak nyaman dengan kami, silahkan pindah. Anda 'kan yang minta bergabung jadi ya sudah, risiko ditanggung penumpang.”

another world of usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang