⋆ ☄︎. eleven

334 63 89
                                    

" ahjussi... kenapa kita kat sini?? eomma ane?? " soal minjung pelik. dia pelik kenapa dia perlu pakai baju serba hitam, begitu juga adiknya. sepanjang pagi hingga sekarang, jeongin banyak mendiamkan diri.

Yonsei Severance Hospital Funeral Hall

jeongin hanya tersenyum kecil dan memimpin mereka masuk. dia sedaya upaya menyorokkan wajahnya yang sedih.

apabila mereka tiba di sebuah bilik , mata minjung dan minjun tidak berkelip melihat frame eomma nya yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang sangat banyak disekelilingnya.

" e-eomma... " minjung mendekati frame tersebut  kemudian memandang chan yang masih menunduk disisi. " ajusshi... eomma... ane...? "

minjun mendekati kembarnya kemudian air matanya jatuh. " eomma..... hiks... minjung.... eomma ane...? minjun nak eomma... "

jeongin menghampiri mereka berdua kemudian memeluk mereka berdua erat dengan air mata yang mula mengalir deras. dia memeluk kembar tersebut seerat-eratnya sehingga mereka berdua menangis teresak-esak.

" mianhae minjung-ah, minjun-ah... eomma korang.. dah...  " jeongin tak dapat menyambung disebabkan dia terasa sesak. " mianhae... "

dan ucapan maaf tu dikeluarkan beberapa kali.

chan sekali lagi mengalirkan air mata. sepanjang dia menguruskan kakaknya, dia tidak pernah berhenti menangis. rasa bersalah dan rindu masih terkesan hingga sekarang.

chan menghampiri mereka bertiga dan meleraikan pelukan mereka dengan senyuman pahit. air mata mereka bertiga dikesat lembut oleh ibu jari chan.

" kita mulakan upacara ni dulu ya? " kata chan lembut kepada mereka bertiga.

satelah beberapa ketika mereka mengadakan upacara tersebut, suara-suara bisikan dari tetamu menganggu perhatian dan konsentrasi chan. apabila seorang lelaki dalam 50-an masuk kedalam bilik tersebut, tiba-tiba dia mengarahkan semua tetamu keluar kecuali ahli keluarga si mati.

jeongin tergamam.

" appa... " panggilnya dengan suara perlahan. si tua yang bergelar ayah tu langsung tidak memandang jeongin, namun dia memandang chan yang hanya memandang dia tanpa sebarang reaksi.

si kembar yang berada di samping chan terus menolak mereka berdua perlahan ke arah jeongin.  takut-takut si tua tak guna ni apa-apakan budak-budak tu.

chan memandang jeongin dengan isyarat menyuruh dia keluar.

jeongin menurut namun dihalang oleh orang bawahan appa mereka.

" ada aku suruh kau keluar? " dia memandang jeongin dengan pandangan maut. jeongin terus menunduk, takut.

" bang chan, bang chan, aku ingat kau benci sangat dengan kakak kau tu. rupanya, ada masa uruskan mayat dia " dia menghampiri chan dengan senyuman sinis. " ada masa pulak kau uruskan budak-budak tak guna tu? "

chan masih tidak menjawab. hanya mendiamkan diri.

" asal kau tak cakap? bisu? "

chan mengenggam penumbuknya sehingga menampakkan urat dilehernya, menahan amarah dalam diri.

" aku dah cakap banyak kali " dia menunjal kepala chan. " jangan kesah pasal kakak kau! "

" tapi! "

tunjal.

" kau! "

tunjal.

" degil! "

dan tunjal lagi.

" kau nak jadi senasib dengan kakak kau ke hah?! " dia menunjal kepala chan sehingga tubuh chan jauh dari appanya.

Instant Father + bang chanWhere stories live. Discover now