YRMU || Latihan

524 63 13
                                    

Waktu seakan tak terasa berlalu. Berkat kegigihan Ara untuk sembuh, akhirnya perjuangan gadis itu membuahkan hasil, walaupun diwaktu-waktu tertentu kadang trauma itu kembali muncul, tapi baiknya adalah Ara tak lagi menyakiti dirinya, ia hanya akan mengurung diri dan menghindari interaksi dengan orang-orang.

Satu tahun terus melakukan konsultasi secara rutin kepada Arky, membuat perubahan Ara terlihat semakin jelas. Sekarang gadis itu kembali terlihat ceria bersama orang-orang terdekatnya.

Image dingin seorang Queen tetap melekat pada dirinya jika sedang bekerja. Sampai saat ini wajah datar dan tatapan tajam gadis itu tetap menjadi pemandangan mencekam bagi karyawannya. Bahkan karyawan yang berusia jauh diatasnya pun segan dengan gadis itu.

Memangnya siapa yang akan berani berhadapan dengan gadis itu? Sedikit saja mengganggu ketenangannya, bisa dipastikan hidupmu bisa lebih tidak tenang dari sebelumnya.

Tapi sepertinya hal itu hanya berlaku bagi orang asing di hidup Ara. Karena saat ini gadis itu mati-matian menahan dirinya untuk tidak menghajar pria dihadapannya yang sejak tadi nangkring di ruangannya.

"Gar, balik deh lo! Lo ngapain disini sih?! Kantor lo digusur? Hah?!" ujar Ara kesal pada pria di hadapannya. Delafio Elgar Walter, atau biasa dipanggil Elgar.

Dia adalah cucu sahabat grandma dan grandpanya Ara. Mereka kembali ketemu sejak Ara kembali pindah ke London 6 tahun lalu. Mereka kembali bertemu saat keduanya sama-sama menjadi mahasiswa baru di Oxford University.

Walaupun sifat Ara yang dingin, tidak menjadi penghalang untuk Elgar mendekati gadis itu. Bahkan Dhino sendiri yang memintanya menjaga Ara saat mereka berkuliah, padahal Ara tetap dijaga ketat oleh bodyguardnya.

"Sembarangan! Nggak lah!" sungut Elgar kesal mendengar ucapan Ara.

"Lagian lo disini, kek gak punya kerjaan aja lo!"

"Dih. Gue lagi gak bisa fokus, nih!" curhat Elgar gusar. Pria itu menyandarkan punggung dan kepalanya di sandaran sofa lalu menatap langit-langit ruangan Ara dengan nafas berat.

"Gue gak peduli. Balik lo!" usir Ara sarkas tapi tidak membuat Elgar tersinggung sedikitpun. Pria itu sudah kebal dengan semua bentuk pengusiran Ara.

"Gak mau!" tolak Elgar membuat Ara berdecak kesal.

"Serah lo dah!" ujar Ara pasrah. Gadis itu bangkit dari duduknya sambil mengibaskan tangannya menyerah meladeni Elgar.

Saat tahu Ara bangkit dari duduknya, Elgar malah menarik tangan Ara hingga gadis itu terduduk kembali.

Kedua mata Ara sudah melotot marah menatap Elgar yang sekarang malah berlutut dihadapannya sambil menggenggam kedua tangan Ara.

"Lo ngapain anjir?!" pekik Ara kesal.

"Dengerin gue dulu. Gue mau latihan nembak sahabat lo."

Ara menghempas kasar tangan Elgar sambil berdecak. "Dih! Latihan sama setan lu sono, jangan sama gue! Enak aja gue dijadiin bahan latihan! Ogah!"

"Ra, please deh... Kali ini aja lo dikit berguna sebagai temen gue, jangan gue mulu yang digunain bokap lo untuk jagain lo." pinta Elgar memelas.

"Dih, anjir. Emang kita temenan? Gue juga gak minta lo jagain tuh? Bodyguard gue banyak." cerca Ara pedas. Elgar sudah hampir menangis meminta pertolongan Ara tapi gadis itu benar-benar jahat kepadanya.

"Ra, please lah... Tolongin gueee... Hiks..."

Ara melototkan matanya tak percaya melihat Elgar benar-benar menangis. Ia jadi sedikit merasa bersalah pada pria itu. Ingat yah, cuma sedikit.

You Raise Me Up [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang