Maya sudah siap dengan seragamnya dan tak lupa memakai cardigan untuk menutupi tubuh kurusnya. Ia turun ke bawah untuk sarapan disana sudah ada orang tua dan juga abangnya yang menunggu. Maya menarik kursus di dekat abangnya."Ngapain kamu?" tanya bundanya dingin.
"Maya mau sarapan,Bun," balas Maya lembut.
"Tidak ada yang menyuruh kamu untuk ikut sarapan," ucap bundanya lagi.
"Lebih baik sekarang kamu berangkat sana. Untuk apa sarapan jika akhirnya tetap saja merepotkan orang tua,"
"Bunda!" bentak Satria.
"Astagfirullah ya allah maaf." batin Satria.
"Apa? Kamu mau bentak bunda gara gara anak sialan ini?" tanya bundanya.
"Cih,dia itu anak kalian. Kenapa kalian bilang Maya anak sialan hah?!" tanya Satria.
"Dia memang anak sialan Satria!" bentak ayahnya.
"Udah bang Maya gapapa. Yasudah, Maya berangkat ya, assalamualaikum," ucap Maya lalu beranjak dari tempat duduknya.
"May...." lirih abangnya.
"Ngga papa, bang," ucap Maya sambil tersenyum tulus.
Setelah sampai di teras air matanya tak mampu ia bendung lagi. Ia menangis namun tak bersuara. Menatap langit yang mulai mendung seakan mewakili perasaan nya. Maya dengan cepat menaiki motornya dan berangkat untuk pergi ke sekolah.
Di tengah jalan pun Maya masih menangis. Adanya suara guntur mebuat isakannya dapat disamarkan.
Kenapa dengan dirinya?
Apa salahnya?
Salahkan jika ia ingin seperti dulu?
"MAYA BUKAN ANAK SIALAN HIKS..." teriak Maya di tengah tengah perjalanan.
Beruntung saat ini masih pagi jadi jalanan masih cukup sepi.
Maya memilih untuk dia di taman sejenak. Karena jam masih menunjukkan pukul 06.00 jadi ia memilih berdiam di taman.
"Maya salah apa,Bun?" tanya Maya sendiri.
"K-kenapa semuanya berubah hiks...hiks...."
"Ma-maya minta maaf kalo salah hiks..."
Ia hanya berbicara sendiri sambil menangis terisak. Namun,tiba tiba jantung nya sakit lagi seperti diremas kuat. Ia pun segera mengeluarkan isi tasnya yang sudah berceceran untuk mencari obatnya itu. Setelah dapat ia pun menelan dua pil obat itu.
Huft
Maya menghembuskan nafasnya perlahan. Lalu ia bangkit dan membereskan isi tasnya yang berceceran. Setelah selesai ia pun naik ke motornya dan berangkat menuju sekolahnya.
🖤🖤🖤
Setelah sampai di sekolahnya Maya pun segera memarkirkan motornya. Ia berjalan melalui koridor dengan kepala menunduk. Dari gerbang saja sudah banyak bisikan bisikan tentang dirinya yang tidak tidak. Sudah dipastikan mereka terbuai dengan ucapan Aurel.
Saat sedang berjalan tanpa Maya sadari ada kaki yang sengaja untuk menjatuhkannya. Alhasil Maya pun terjatuh tersungkur ke lantai.
"Upss! sengaja hahaha," ucap Aurel. Semua yang melihatnya pun tertawa,tidak ada yang berniat membantunya.
Ada yang takut karena diancam akan di depak dari sekolah. Ada juga yang memang senang untuk ikut ikutan membully. Ada juga yang bersikap bodo amat.
Maya pun bangkit dari jatuhnya dan berdiri lalu merapikan pakaiannya yang sedikit kotor. Ia tidak menghiraukan semua orang yang mengejeknya. Ia pun melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Semua orang menatap Maya rendah. Mungkin karena Aurel yang selalu membully nya.
"Maya." panggil wanita paruh baya yang sudah dipastikan itu adalah guru disana.
"Eh,ibu. Ada apa, Bu?" tanya Maya ramah.
"Maaf ya, nak. Ibu tidak bisa membantu kamu lebih," lirih guru tersebut.
"Ngga papa,Bu. Seenggaknya Bu Dina sudah banyak membantu Maya," nama guru tersebut adalah Bu Dina.
"Yasudah kamu masuk ke kelas ya,"
"Iya,Bu,"
Setelah itu Maya berpamitan kepada guru dan langsung masuk ke dalam kelas. Tak menunggu lama akhirnya guru yang mengajar pun masuk. Maya pun mengikuti pelajaran dengan baik.
Setelah hampir dua jam pelajaran akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya. Maya sedang membereskan alat alat tulisnya. Setelah itu ia pun juga pergi ke kantin untuk mengisi perutnya.
Untung saja ia membawa uang sendiri jadi ia tak perlu repot-repot mencari pinjaman uang untuk makan. Ia pun memesan mie ayam dan segelas es teh. Saat ia membawa nampan ia pun bingung harus duduk dimana karena semua tempat sudah terisi. Kecuali meja di dekat abangnya.
"Maya!" teriak seseorang. Itu adalah Vero yang menyuruh nya untuk duduk di sana.
Sontak Maya menjadi perhatian seluruh penghuni kantin. Maya hanya mengangguk untuk mengiyakan,ia berjalan sambil menunduk karena malu menjadi perhatian para murid disana.
"Kenapa ya kak?" tanya Maya.
"Lo gada tempat duduk kan? Duduk di sini aja sama kita," tawar Vero.
"T-tapi kak i-itu-
"Udah gada tapi tapian," putus Aidan. Jika sudah begini tidak ada yang berani menolaknya. Akhirnya mereka pun makan dengan tenang, termasuk Maya. Ia belum tau apa yang telah menunggunya.
"Liat aja nanti May."
🖤🖤🖤
Oke segitu dulu.
Bantu vote and komen ye.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Luka & Aku Bisa
Подростковая литератураTantangan Menulis Bersama Anggara Reswara Literation Nama Peserta: AnggunFariyanti Tema: Bullying "Selalu mengerti tanpa dimengerti" Penggalan satu kalimat cocok untuk kehidupan Maya. Dimana ia hanya memiliki kakanya untuk bersandar,tak menutup kemu...