30. Sebuah Kata Maaf

1.7K 309 16
                                    

Kaella berbalik saat suara langkah dan suara pintu yang terkunci terdengar ditelinganya.

Shadian berjalan mendekat, cowok itu menatap Kaella yang kebingungan. "Ayo."

"Lo mau kemana?" Kaella menatap Shadian yang balik menatapnya balik. "Nggak bisa disini aja?"

Shadian menggelengkan kepala. "Gue belikan es krim."

"Oke."

Kaella berjalan duluan, bahkan meninggalkan Shadian yang tertinggal dibelakang. Sebenarnya Shadian bisa saja mengejar, tapi dia membiarkan cewek itu berjalan duluan.

Sampai di Mini Market Kaella mengambil beberapa es krim, sedangkan Shadian hanya diam mengikuti dan membayar es krim yang Kaella ambil.

"Lo suka rasa apa? Gue beli coklat semua sih tapi."

Shadian menatap Kaella yang menyodorkan plastik berisi es krim kehadapannya. "Gue kira lo mau habiska semua itu."

"Rencananya gitu, tapi masa gue biarin lo lihat gue makan enak-enak sedangkan lo telan ludah doang. Lagipula ini pake uang lo, lo berhak juga."

Shadian meraih satu es krim dari dalam plastik, sedangkan Kaella memakan es krim miliknya.

"Jadi, kenapa dengan cewek itu? Lo nggak ingat namanya apa?" Kaella memakan santai es krim miliknya, walau sebenarnya di dalam hati dia rasanya ingin tenggelam dan menjauh dari Shadian.

"... Gue nggak ingat namanya." Shadian memakan es krimnya. "Gue cuma cerita ini ke elo, jadi jangan sebar ke orang lain. Kalau sampai ada yang tau lo bakal jadi orang pertama yang gue datangi."

"Eh, gini-gini gue udah kenal sama lo lama ya. Walau kita berantem terus, tapi gue tetap anggap lo teman gue. Walau gue rasa lo nggak anggap gue gitu. Dan jangan besar kepala lo gue bilang gitu!" Kaella menatap kesal Shadian yang tersenyum miring.

"Iya deh, gue percaya sama lo."

"Jadi? Kenapa?"

"Sebenarnya yang gue bilang waktu dirumah itu bohong."

"Yang mana? Yang lo bilang dia jelek? Atau ngejar-ngejar lo?"

"Dua-duanya." Kaella melirik Shadian. "Sebenarnya gue dulu merasa geli sama tuh anak, dia ngejar-ngejar gue. Padahal jelas-jelas gue suka sama Gisell waktu itu. Tapi dia kejar-kejar gue. Padahal dia nggak secantik itu."

"Ya, gitu.. " Kaella mengalihkan pandangannya.

"Tapi," Shadian memakan gigitan terakhir es krimnya sebelum melanjutkan. "Sekarang gue sadar sesuatu. Gue bego banget dulu, ya gue nggak bisa salahkan sifat gue yang masih kekanakan dulu. Gue yang dulu pasti langsung nggak mau, yang dulu gue pikirkan cuma Gisell, dan gue sadar kalo gue jahat sampe buat anak orang nangis. Padahal dia nggak salah apa-apa."

Kaella membuka bungkus es krim kedua miliknya, dia menawari Shadian lagi tapi cowok itu menolak.

"Gue mau minta maaf."

"Hah?" Mulut Kaella terbuka, dia baru saja ingin menggigit potongan pertama es krimnya, tapi mendengar kata-kata Shadian seketika rasanya kepalanya beku. Bahkan dia sampai diam ditempat.

"Kenapa?" Shadian berhenti, cowok itu menatap Kaella yang menatapnya. "Salah gue mau minta maaf?"

Kaella mendapat kesadarannya kembali, cewek itu menatap Shadian. "Lo beneran mau minta maaf? Bener? Dari hati lo? Bukan disuruh-suruh? Lo nggak terbentur apa gitu? Atau ini es krim ada kandungan anehnya sampe lo mau minta maaf?" Kaella menatap Shadian masih dengan tatapan tidak percaya.

Shadian mengerutkan kening, cowok itu mendengkus pelan. "Jadi, kayak gitu gue di pandangan lo?"

Kaella terdiam, cewek itu menatap Shadian. "Bukan gitu.. " Kaella menggeleng pelan. "Cuma, gimana ya. Itu udah kejadian lama, kenapa lo baru sekarang mau minta maaf?"

ShadianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang