pohon

10 3 0
                                    

sore ini aku membawa kakiku pada ruangan itu lagi. ku kayuh diriku cepat, tidak peduli dengan perihnya perutku yang hanya ku beri sepotong roti gandum saja untuk sarapan tadi pagi. aku harus menemuinya.

ceklek!

belum sempat aku membuka penuh pintu ruangan di depanku, perawat cantik berbadan ramping itu berkata, "tolong tinggalkan ruangan ini sebentar, pasien sedang--"

"saya ingin masuk, ming---"

"tidak sekarang."

"saya mo---"

"iya, tapi tidak sekarang."

terpaksa pintu tertutup rapat dan aku digerogoti rasa khawatir akan lixiano yang sempat tidak sadarkan diri setelah melakukan operasi.

mama menyuruhku cepat kemari, karena beliau harus mengurus administrasi dahulu. setelah 30 menit berlalu, mama datang bersamaan dengan dokter beserta perawat cantik yang keluar dari ruangan lixiano.

"dok bagaimana putra saya?"

"sudah membaik, boleh dijenguk, tetapi tidak boleh berisik ya.."

"baik, terimakasih dok."

lalu kami berdua--aku dan mama segera memasuki ruangan di depan kami dengan rasa lega.

terlihat lixiano masih terbaring lemah, hanya saja alat-alat aneh yang aku tidak mengerti itu sudah tidak menempeli lixiano.

mama segera menggengam tangan mungil putranya, lalu ku biarkan ibu dan anak itu menikmati waktu mereka berdua. mama berbicara, tetapi lixiano tidak membalas. ia hanya menampilkan senyum tipisnya.

"nak, mama boleh titip lixiano?"

"bisa ma."

"mama harus mengurus yang lainya dahulu, nanti mama datang waktu petang."

ku setujui permintaan mama walau aku tak tahu yang lainya termasuk permasalahan apa.

mama mengecup kening putranya, kemudian milikku, dan bergegas menyelesaikan yang lainnya itu.

setelah jejak mama sudah menghilang, aku mengambil kursi di samping ranjang lixiano.

"hebat," ucapku sambil tersenyum, lalu duduk di samping lixiano.

senyum lucu itu meresponku, tanda bahwa lixiano mendengar ucapanku.

"hebat karena apa? aku hanya berbaring, tidak mengikuti suatu lomba."

"hebat tidak selalu karena perlomban lixie. kamu hebat, karena telah bertahan."

lixiano tertawa kecil dengan suara beratnya yang khas lalu kembali bersuara, "seperti pohon ya?" ucapnya lucu.

"oh kamu ingat cerita pohon?" tanyaku mantap.

ia hanya tersenyum. bukannya menjawab pertanyaannku, lixiano justru bernyanyi.

"dia berdiri tegak tiada bersuara
mendengar setiap kata-kata mereka
tegar diantara desah deru kota
menyesap asap yang sesakkan dada."

setelah ia menyelesaikan nyanyianya aku berkomentar, "lixiano, kamu juga harus tegar dan tegak ya."

"iya, tentu," ucapnya lalu melanjutkan acara menyanyinya, "dia menemani setiap musim berganti, dia kekasih bumi."

"aku menjadi bumi, boleh lixiano?"

"tentu."

"maka pohon harus bertahan untuk menemani bumi melewati musim berganti. jangan sampai tumbang ya, lixiano."

                                
  🧭


lixiano, kamu hebat! tetap bertahan bersama sang bumi ya!

special thanks:
cerita tentang pohon - pygmy marmoset.

kisah kita ; felixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang