Suara jantung yang berpacu cepat.
Napas yang tersengal-sengal.
Pandangan yang memindai seluruh arah dengan cepat.
Suara-suara mengganggu memenuhi kepala.
Pusing.
Tapi pria ini tetap harus berlari. Atau monster jangkung itu akan menyergapnya dengan lengan panjang kurusnya itu.
Nyihihihi ... kenapa lari, huh?
Cepatlah! Makhluk itu sejengkal di belakangmu!
Coba belok ke kanan! Buka jendela itu dan lompatlah!
Aku tau kau ketakutan. Tapi semua itu tidak nyata.
Tidak! Semua itu nyata! Monster itu wujud!
Ambil obatmu, cepat. Halusinasimu makin parah.
Pria itu terjatuh. Kepalanya membentur sisi runcing meja cukup keras. Suara-suara di kepalanya begitu mengganggu dan membuatnya tidak fokus, lalu dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
Dia kembali berdiri dan mencoba berlari ke luar kamar apartemennya. Namun suara itu kembali terngiang-ngiang.
Kenapa kau berlari? Kau hanya perlu melawannya.
Ayolah, itu semua tidak nyata.
Aku akan membunuhmu jika kau ketakutan.
Kerahkan tenagamu dan lawan monster itu.
Tidak, dia sangat kuat, kau akan mati dengan satu serangannya.
"Di-diam. Diam. Cukup ... cukup sudah," rintihnya lemah. Dia berjalan tersendat-sendat menuju pintu keluar. Penuh perjuangan dia berusaha keluar dari apartemen ini dengan begitu banyak suara yang ada dalam kepalanya. Suara-suara itu membuatnya pusing.
Dia terus berusaha, namun ketika hendak meraih gagang pintu dia langsung melangkah mundur.
Benar-benar mengerikan ... Dari pintu itu mendadak keluar monster jangkung tadi yang menembus daun pintu. Wajahnya sangat mengerikan dengan sengiran lebar yang mulai membuka perlahan.
Pria itu terus mundur hingga terpentok ke dinding. Sedikit demi sedikit monster itu melangkah mendekat dan semakin membuka mulutnya, hingga ketika sudah sampai di depan wajah si pria ...
"GWAAAAAARGH!"
Monster tersebut menganga dan mengatup mulut lebarnya itu dengan sangat brutal. Si pria langsung menjerit dan melesat menjauh.
Menoleh sedikit di sela lariannya, monster itu masih saja mengikuti. Lelah karena terus berlari dan ketakutan, tubuh pria itu langsung ambruk.
Hahahaha. Kau ketakutan?
Kenapa kau berlari padahal kau punya tangan dan kaki untuk menyerang.
Dengar, ajalmu akan segera tiba.
Kau harus menenangkan diri! Kalau kau tenang, monster itu akan lenyap.
Ambil ponselmu dan minta bantuan.
Dimana obatmu?
Bersamaan dengan suara-suara dari dalam kepalanya, sayup terdengar ketukan di pintu. Kepalanya semakin pening dan pandangannya memburam.
Dia masih berusaha mengedarkan pandangannya mencari keberadaan monster tadi.
Ah, di ujung koridor itu, monster jangkung yang mengerikan sedang berjongkok seolah mengambil ancang-ancang untuk berlari.
Dan benar saja.
Sebelum makhluk mengerikan tersebut menabraknya pria itu sudah tak sadarkan diri.
"Hey, kau gak apa-apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kissophrenia
Teen Fiction[Romansa-Psikologi] Lily bekerja pada seorang komikus digital sebagai asisten. Diketahui komikus itu mengidap skizefrenia yang membuatnya sangat kewalahan. Sebagai gadis baik yang diajarkan tentang kepedulian oleh keluarganya, Lily setia mengabdi pa...