Sunyi, gumpalan asap rokok terlihat berterbangan di udara sebelum akhirnya menghilang, pria itu menatap handphone yang di genggamannya—lebih tepatnya, menatap foto yang terpampang di layarnya. Pria itu tersenyum, hanya butuh beberapa langkah lagi untuk menjadikan si manis ini miliknya.
Ketika akhirnya ketukan pintu terdengar, pria itu—Jaemin, mematikan handphone miliknya.
"Tidak perlu terlalu formal, kelakukan kurang ajar mu sudah terlalu sering hingga kesopanan tidak lagi bisa menutupinya." Suara Jaemin terdengar tajam dan tepat mengenai sasaran, orang yang baru saja melewati pintunya itu hanya terkekeh.
"Kejamnya, padahal dengan sahabat sendiri. Tidakkah itu juga tindakan kurang ajar?" Pria itu—Mark, membalas dengan nada jenaka. Namun Jaemin tidak peduli, tatapannya akhirnya mendarat pada wajah Mark. "Tidak usah bertele tele, ada urusan apa?"
Mark menghela nafasnya, ekspresi sedih ia buat seolah olah Jaemin berhasil menyakiti hatinya, membuat Jaemin memandangnya dengan jijik. "Aku ke sini untuk mengajakmu ke pelelangan, temanku bilang ada barang bagus disana. Sesekali kau juga harus meliburkan otakmu."
"Tidak, keluar sana." Jawaban tegas itu langsung keluar dari mulut Jaemin, bahkan memberikan ruang untuk Mark membujuk saja tidak.
Mark menghempaskan tubuhnya ke sofa setelah mendengar jawaban singkat Jaemin, "sangat tidak seru..."
"By the way, seleksinya besok kan? Kawan, jangan terlalu kejam. Asisten terakhir yang mengundurkan diri dari sini, berlari sambil tersedu sedu keluar kantor. Jika terus begitu, kau tidak akan punya asisten tetap!" Mark mendecih, dia menggeleng gelengkan kepalanya. Walaupun akhirnya hanya kebisuan yang di dapat Mark.
Sahabatnya ini membosankan sekali, Mark tidak memiliki hal lain untuk di kerjakan. Karna itu lah sekarang dia ada di ruangan Jaemin, pelelangan juga masih lama waktunya. Ruangan kembali sunyi, sebelum akhirnya sebuah nama terucap dari bibir Mark.
"Lee Jeno"
Mark langsung bergidik dibawah tatapan tajam sang sahabat, "Tenangkan dirimu, aku hanya menyebut namanya. Bahkan tidak menyentuhnya, tapi tatapanmu justru membuatku seolah sudah melakukan hal jahat terhadapnya." Mark kembali menggeleng-gelengkan kepalanya, membuat Jaemin sedikit kesal.
"Daripada kau membicarakan hal tidak jelas, bantu aku di sini. Cepat."
"Ya ya, lagipula apalagi opsi yang ku punya selain menjawab iya?"
Jeno merapikan dokumen yang diperlukan untuk melamar pekerjaan besok, tadi Renjun menelponnya, mengatakan padanya agar tidak kembali ke rumah sakit. Kata Renjun, Jeno juga harus istirahat dulu sebelum melamar pekerjaan, urusan menjaga Yebin biarlah ia yang ambil untuk sementara.
Jeno tersenyum, bahagia memiliki sahabat yang selalu menemaninya, Selalu mendukungnya.
Setelah membereskan dokumen, dia memutuskan untuk tidur lebih awal. Berdoa agar semoga semuanya lancar untuk hari esok, berdoa untuk setidaknya tidak ada hal buruk lainnya yang menimpanya. Tidak ada salahnya kan mengharapakan hal baik terjadi? Toh keyakinan Jeno terhadap tali tipis itu belum sepenuhnya terlepas.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENT (Jaemjen) (SEDANG DI REVISI)
Romance"Sekali milikku, tetap akan menjadi milikku selamanya. Kamu mau bebas dari cengkramanku? Kalau begitu matilah."-Na Jaemin "Lebih baik aku mati daripada harus hidup bersama monster berwujud manusia sepertimu"-Lee Jeno JAEMJEN AREA!!! WARNING🔞
