Jeno tidak bisa tidur semalam, akhirnya ketika jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, ia memutuskan untuk ke rumah sakit. Bertemu adiknya yang baru saja selesai di operasi, bertemu satu satunya keluarganya.
Ia hanya memakai baju kasual, dengan jaket yang melilit tubuhnya. Setelah sampai di rumah sakit, ia langsung berjalan dengan cepat menuju kamar Yebin. Lorong rumah sakit sangat sepi, hampir tidak ada yang lewat kecuali beberapa perawat, sepertinya mereka yang berjaga.
Memasuki kamar Yebin, Jeno tersenyum. Adiknya terbaring dengan wajah damai di sana, sedangkan sahabatnya—Renjun, tidur di sofa. Ia tidak ingin membanggakan Renjun, jadi langkahnya berlanjut ke samping kasur rumah sakit.
Tangannya mengusap rambut adiknya dengan lembut, setelah ini ia harus lebih bisa membahagiakan Yebin. Dia sudah sejauh ini kan demi adiknya? Tidak mungkin dia menyerah begitu saja.
"Setelah ini, kakak janji akan lebih menjaga Yebin agar Yebin tidak perlu terbaring di sini lagi." Dengan satu kecupan kecil di dahi, akhirnya Jeno memutuskan untuk pulang, sebelum melangkah keluar ia memperbaiki selimut sahabatnya dulu.
Udara dingin langsung menyapa kulitnya ketika ia sudah berada di luar rumah sakit, padahal Jeno sudah memakai jaket, tapi tetap saja, Rasanya dingin sekali. Pikirannya kembali di penuhi oleh percakapan dengan Jaemin.
Ia sudah banyak mengalami masalah... Harusnya sudah terbiasa dengan ini, pasti ada jalan keluarnya, pasti.
Namun, walaupun sudah berkali kali meyakinkan hatinya bahwa semuanya pasti ada solusinya, Jeno tetap tidak bisa tertidur. Padahal setelah sampai di rumah, ia langsung berbaring, menutup matanya, meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik baik saja.
Tapi dalam kondisinya, siapa yang akan berpikir semua akan baik baik saja kecuali sedang membohongi diri sendiri?
Jaemin mematikan rokok yang berada di tangan nya, puntung rokok tersebut ia buang di sembarang tempat. Tangan nya bergerak untuk membuka lockscreen hp, ia tersenyum sekilas menatap foto yang terpampang di hp nya "manis sekali" ucap nya pelan
"Heung, sayang..." Jaemin menoleh ke asal suara itu, wanita itu berdiri dengan hanya selimut yang menutupi tubuh tanpa sehelai benang itu. ia mendekati Jaemin yang kini sedang duduk di sofa
Ia bergelayut manja di lengan Jaemin, menempelkan tubuh nya serta beberapa kali mencuri ciuman dari jaemin "kamu sedang melihat apa?" langsung mematikan hp nya, Jaemin menoleh dan merengkuh pinggang ramping wanita itu.
"Bukan hal yang penting, mau mandi berdua?" wanita itu terlihat senang dengan tawaran Jaemin. Menaruh hp nya, jaemin langsung bangkit dari duduk nya dan menggendong wanita itu.
Setelah itu suara desahan kembali terdengar dari arah kamar mandi.
******
Jeno menghela nafas, sangat terlihat di wajahnya bahwa ia sedang banyak pikiran. Jeno tidak mau mengambil opsi kedua dari Jaemin, itu terlalu murahan untuknya... Dia ingin setidaknya masih memiliki harga diri, namun dia juga sangat sadar bahwa opsi pertama juga tidak memungkinkan untuk ia penuhi.
Jeno menghela nafas sebentar sebelum akhirnya mengetuk pintu, "Masuk." Suara dingin Jaemin langsung terdengar, membuat Jeno semakin gugup. Ia membuka pintu dan langsung masuk, hawa canggung dari ruangan itu begitu menyeruak. Membuat Jeno ingin berlari keluar saja. Bahkan keheningan ini sangat mirip dengan 'ketenangan sebelum badai.'
Mungkin setelah hampir 30 menit berlalu, barulah Jeno dapat mendengar suara langkah kaki dan pintu yang tiba tiba terbuka tanpa peringatan. Yang masuk adalah Mark, Jeno menatap ke arah Jaemin yang tampak tidak terganggu sama sekali dengan itu.
"Jaem, kau sungguh tidak mau datang ke pelelangan? Mereka menawarkan barang bagus untuk kita, setidaknya lihatlah sebentar. Pasti akan menyenangkan." Suara Mark terdengar santai, sangat kontras dengan wajah Jaemin yang berubah sedikit kesal.
Jaemin menatap Mark sebelum akhirnya menjawab dengan dingin, "Tidak, kau saja." Hal itu memunculkan ketidakpuasan dari Mark. "Kenapa? Kau ada kesibukan nanti?"
Jaemin hanya mengangguk singkat dan kembali fokus pada dokumen di mejanya, membuat Mark kesal karna merasa di abaikan. "Memangnya apa sih kesibukan mu? Meniduri—"
"Keluar." Jaemin memotong perkataan Mark dengan tajam.
Mark hanya menghela nafas, sebenarnya dia memang akan keluar setelah di suruh seperti itu. Namun tatapan nya akhirnya jatuh pada Jeno yang meja kerjanya tidak jauh dari Jaemin, dengan santai ia menghampiri Jeno. "Halo." Mark tersenyum, sementara Jeno langsung menatap Mark dengan canggung. "Halo..." Jawabnya.
"Wah wah, manis juga. Selera Jaemin memang—" Tangan Mark berhenti di udara saat Jeno menghindari sentuhan nya, membuat Mark semakin bersemangat mengganggunya. "Hei, kau jangan takut denganku, yang harus kau takutkan adalah atasanmu. Apakah kau tidak melihat tatapan lapar darinya?"
Pertanyaan itu berhasil memancing atensi Jaemin, dengan enggan Jaemin berdiri dari tempatnya dan menyeret Mark untuk keluar dari ruangannya. Mulut berbahaya sahabatnya ini benar benar harus Jaemin lem kapan kapan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Besok ke rumahku, aku memberimu tambahan waktu untuk berpikir karna hari ini aku punya kesibukan. Manfaatkan itu dengan baik, kau paham kan?" Jeno membalas perkataan Jaemin dengan anggukan patuh, tangannya yang putih dengan lihai merapikan dokumen walaupun jantungnya seperti akan loncat keluar dari tubuhnya.
Sebuah ketukan pintu terdengar tak lama setelah dokumen yang ada di meja Jeno sudah tertata rapi. "Masuk." Sura Jaemin terdengar acuh tak acuh, pintu terbuka dan seorang wanita masuk. Pakaiannya seksi, Jeno dapat memastikan bahwa itu bukan baju dari kantor. Bahkan dengan tidak malunya, wanita itu langsung bergelayut manja di pangkuan Jaemin.
Tidak ingin melihat adegan tak pantas itu lebih lama lagi, Jeno memutuskan untuk segera keluar ruangan. Tapi, tepat saat ia membuka pintu, Jemin memanggil nya. Mau tidak mau Jeno harus menghampiri atasan nya itu, "file besok antar juga ke rumah, jangan terlambat."
"Baik tuan." Segera setelah itu, Jeno kembali berjalan untuk meninggalkan ruangan jaemin. Tapi sekali lagi, jaemin memanggil nya "kemarilah"
Dengan tubuh yang sedikit mendekat ke arah jaemin, jeno bertanya "kenapa?"
"Aku pesankan makanan, ambil di meja resepsionis kantor. Kau belum makan kan?" Berbanding terbalik dengan ekspresi Jaemin yang tidak peduli, nada bicara Jaemin terdengar seperti sedikit melunak.
"Terima kasih tuan." Jeno segera berpamitan dengan jaemin dan langsung meninggalkan ruangan.
"Dia siapa?" Nada wanita itu sangat jelas jika ia tidak menyukai 'perhatian' yang di berikan jaemin terhadap jeno. "Asisten ku, kamu tidak perlu banyak tanya. Ingat, kamu tidak berhak atas itu" Jaemin menjawab dengan sinis pertanyaan wanita itu.
******
Hai hai, sampai berdebu nih gara gara jarang di up. Masih ada yang nungguin ga?
Jangan lupa votmen ya, biar semangat buat ngelanjutin cerita nya. See u, kali ini ga lama lama kok, nanti bakal up lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCIDENT (Jaemjen) (SEDANG DI REVISI)
Romance"Sekali milikku, tetap akan menjadi milikku selamanya. Kamu mau bebas dari cengkramanku? Kalau begitu matilah."-Na Jaemin "Lebih baik aku mati daripada harus hidup bersama monster berwujud manusia sepertimu"-Lee Jeno JAEMJEN AREA!!! WARNING🔞
