Sejumput Cinta || Romadhon 2022

211 10 1
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa, bagi yang menjalankan. Semoga kita diberi kesehatan dan dihindarkan dari virus yang lagi melanda dunia, aamiin.


Happy reading
.
.
.

Pagi-pagi sekali, bahkan ini belum subuh aroma masakan tercium di dapur rumah Tigabelas Bersaudara, terlihat manusia tinggi, buluk, beleran lagi, Mingyu ditemani bidadari yang baru turun dari lantai atas. Memasak menu makan sahur dengan kyusuk, sebelum buntelan lemak tapi berbentuk karena sering ngegym datang untuk minum air.

"Sekalian Ji!" Wonwoo datang bersama Scoups yang baru saja minta minum juga.

"Dih ogah." Tanpa perasaan Uji alias Woozi malah mendudukkan bokongnya di kursi sebelah Wonwoo yang sedang asyik dengan ponselnya.

"Heh bangunin anak-anak lain gih!" Apakah harus Sungcheol sujud syukur dulu, lalu dirinya bisa menegak air dengan tenang, gini amat perasaan.

Dan dengan bodohnya ia meninggalkan air yang ia isi sampai tumpah-tumpah, membuat Jeonghan mengumpat. Dan lainnya mengumandangkan sholawat, sambil geleng-geleng. Ada aja kelakuan papa tua sama mama tua mereka ini, untung sayang, eh untung banyak duit kalau miskin mah ogah sayang-sayang.

.

Sahur khitmad, sampai sholat subuh pun khitmad. Jangan ngira mereka tidur karena damai tidak seperti biasanya, tapi emng cuma merem aja. Kalau ditanya mereka makannya gimana, ya udah bayangin aja sendiri, kalau salah-salah suap nasi ke idung. Bahkan Jeonghan tadi turun tangan, mereka dicuci langsung keran wastafel, membuat Hoshi bolak balik mengumpati Deka yang tak sengaja menyeruduknya.

Setelah sholat subuh pun mereka kembali goleran, bukan di kamar, tapi berjajar di depan tipi mirip ikan asin, mangga ikan asinnya teh, neng. Saat diajak tadarus pun malah merem semua, jadi sekarang isinya ngaji merdu Joshua sama ngoroknya Dino yang masyaallah. Joshua sebenernya gapapa sama suara itu, tapi Jeonghan yang risih.

"Bekep noh adek lu berisik!" Dia melemparkan bantal pada Woozi.

"Adek lu juga, pikun. Nih ya yang ada Dino bakal diem selamanya, kalau dibekep bang uji pake bantal." Minghao yang masih fokus ke gamenya, menjulid pada Jeonghan. Woozi tadinya mau bekep Dino, tapi gara-gara Minghao iya juga ya, Dino mati ntar dia juga yang sedih, amit-amit deh.

Walau memang sialan si Dino, ngoroknya minta ampun, Wonwoo jadi ikut membuka lebar penglihatannya, tapi tetep aja sipit begitu. Dia mengambil wudhu dan akhirnya ikut tadarus bersama Joshua, anak teladan, beda sama yang ono.

Melihat itu, Jeonghan, Woozi sama Hao ikutan dong, boleh niat awal karena gengsi tapi mana tau berkah. Khusyuk mengaji sampai tak sadar, anak-anak yang lain sudah bangun dan mendengarkan lantunan ayat suci mereka. Dino sampai merem lagi, padahal dia takut banget tidur dan mimpi buruk lagi, dan ternyata ketakutan itu kalah dengan ayat-ayat yang terlontar.

Mingyu berdiri, tetapi bukan untuk berwudhu, melainkan masuk ke kamar lalu mengganti setelannya saat pergi lari pagi. Melenggang keluar rumah dan melakukan aktivitasnya seperti biasa, lari mengitari komplek 10 kali, karena puasa 5 kalia aja. Selain Mingyu, beberapa mulai beranjak dari duduk mereka, pergi ke kamar entah untuk mandi atau molor lagi.

.

Hari pertama puasa memang bukan hal yang mudah dilakukan, tapi jika kita memiliki niat dan berusaha, biasanya akan dilalui dengan mudah dan menyenangkan. Seperti Hoshi, setelah sholat subuh dia tidur, lalu tidur lagi, mandi, terus jalan-jalan mengelilingi kota. Kurang enak apa coba, tak haus, tak lapar, tapi ada yang tak beres dari Hoshi, bibirnya pucat kayak butuh darah. Untung kuat sampai adzan maghrib, katanya kepalanya pusing makanya mau di mobil aja, saat anak-anak lain turun membeli takjil.

Satu orang yang paling semangat, dan pasti kalian kenal siapa orangnya, dia Seungkwan. Sambil menyeret Vernon, lagi-lagi Vernon dan Vernon aja terus, yang siap mengintilinya kemanapun ia ingin membeli jajan. Jangan lupakan mata Deka yang selalu berbinar dari tadi. Walau sebenarnya mereka semua antusias, dan berlari ke sana ke mari memburu takjil, kecuali Hohsi sih.

Deka yang membuat tawa Dino terdengar menggelegar dari biasanya seperti menambah kesan menyenangkan, dan akan sulit di lupakan. Hanya dengan sejumput cinta Wonwoo merangkul Woozi yang langsung menepis tangannya, merasa terhina dengan tinggi badan mereka.

"Galak amat sih lu?"
"Dih, gak ngaca mas? Sendirinya juga galak." Wonwoo mendelik, walau pernyataan Woozi benar, bahkan hampir melempar tas kresek di genggamannya pada si manusia pendek di depannya.

"Kaca mah retak kali Ji, liat Wonu." Kalau Jeonghan yang bicara Wonwoo hanya bisa merotasikan matanya malas.

"Soalnya galak." Tambah Mingyu ikut-ikut membully.

"Teros aja teros, kalo butuh apa-apa gue bakal nonton doang." Setelah mengatakannya, pemuda itu melenggang pergi. Wonwoo bukan tipe pemarah, tapi kata-kata itu qkan dijamin terjadi karena Wonwoo adalah tipe pendendam.

Tbc.

Ternyata saya berani up ini juga.
Setelah Book ini ditinggal 15 September tahun lalu.

Minal aidzin wal faidzin, hehe. Hwating.

Ceki-ceki bio ya, see you ges.

Tigabelas Bersaudara ||SVT FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang