Bagian II

119 103 84
                                    

Keadaan jalan yang lumayan sepi membuat Raksa menaikkan kecepatan motornya agar cepat sampai ke rumah Bio.

15 menit waktu yang ia tempuh untuk bisa sampai di Kompleks Kejora Indah ini. Biasanya jika ingin kemari, ia akan memakan waktu selama 30 menit namun karna jalanan yang sepi membuatnya menyingkat waktu.

Ia menyapa hangat pada satpam yang menjaga rumah itu. Setelah memarkirkan motor, Raksa turun dari motornya dan menekan bel sekali yang langsung disambut oleh Bio.

"Lo nggak bawa makanan kemari?" tanya Bio to the point yang melihat kedua tangan Raksa kosong.

"Nggak," jawab lelaki yang baru sampai itu sekenanya, ia ingin masuk kedalam rumah tersebut yang langsung dihadang oleh Bio.

"Haram hukumnya masuk bagi orang yang datang ke rumah gue kalo nggak bawa makanan,"

Raksa menggeleng saja, ia tau jika Bio hanya bercanda. Masih dengan posisi memainkan kunci motor di tangan kanannya, ia berujar santai, "Pantesan lo nggak dapet cewek sampai sekarang. Mana ada yang mau sama lo kalo sikap lo beginian,"

"Busetttt sepele lo sama gue,"

"Emang nasib lo yang harus menjomlo selama 20 tahun,"

Bio mengumpat ketika Raksa membahas statusnya. Memang benar jika dirinya belum pernah berpacaran hingga umurnya yang sudah memasuki kepala dua ini. Pasalnya hanya ada dua. Pertama, jika dulu saat SMP ia tidak mau berpacaran maka SMA ia ingin mencobanya namun cinta Bio selalu bertepuk sebelah tangan kadang ada yang suka kepadanya tapi ia tidak menyukai gadis itu, ya sama aja kalau kayak gitu.

Kedua, semenjak tamat SMA, Bio memilih menjadi playboy untuk membalas dendam nasibnya yang tidak beruntung hingga sampai kuliah pun cowok itu terkenal dengan sikap playboynya di kalangan orang-orang, jadilah ia tidak memiliki pacar sampai sekarang.

"Oke kali ini gue maklumin lo karna omongan lo tadi tapi lain kali nih lo wajib bawa makanan kemari,"

"Hmm,"

Bio menutup pintunya ketika Raksa sudah masuk kedalam. Ia menyuruh lelaki tersebut agar menyusul ke ruang tamu yang sudah ada Elang dan Tegar.

"Hai Raksasa ku! Akhirnya nyampe juga nih yang tadi bilang nggak mau dateng," sapa Elang yang melihat Raksa duduk di sebelah Tegar.

"Berisik lo peliharaan. Diem aja kalo nggak mau gue makan,"

"Kan kamu peliharaan aku Raksasa Haliwarta," Elang berkata dengan gaya manja pada Raksa yang sudah kegelian mendengarnya, begitu juga Tegar.

"Beneran gue makan lo kalo ngomong gitu lagi,"

"Tau tuh. Jijik gue dengernya Lang! Udah la sadar diri lo, dari nama aja udah jelas lo itu hewan," tambah Tegar dengan sarkartisnya.

"Astaghfirullah pedes amat tu mulut, untung saya sabar makanya dikasih cobaan lebih,"

Tegar hanya menggeleng melihat tingkah Elang yang sok ngucap sedangkan Raksa membalasnya dengan tertawa saja karna teman gilanya itu kalah telak.

Bio datang dengan nampan yang sudah ada 4 gelas dan beberapa snack yang dibelinya sore tadi.

"Napa lo?" tanyanya pada Elang saat meletakkan nampan tersebut diatas meja.

"Daritadi gue sama Tegar disini dan baru ini lo hidangin minum. Ckck sanggup banget lo Yo, mana minumannya air putih tok lagi terus snacknya Medan Jaya lagi,"

"Syukur gue kasih,"

"Itu jajanan dari jaman gue SD dulu sering banget gue beli sampai adik gue nih ya si Ola gantiin gue beli begituan,"

Traces of TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang