Bagian IV

105 87 95
                                    

Helaan nafas lega terdengar bagi seluruh karyawan perusahaan saat mendengar kata selesai dari bibir lelaki yang sudah berdiri dan bersiap keluar dari ruangan bernuansa putih tersebut. Ia tersenyum ramah pada setiap karyawan yang menyapanya. Langkahnya terhenti ketika melihat wanita yang menarik perhatiannya sedaritadi itu sedang berdiri di depan lift dengan temannya yang juga dikenalinya.

"Mau langsung pulang?" tanya Arik saat sudah menghampiri keduanya.

Aline, wanita yang juga termasuk karyawan di perusahaannya sekaligus teman dekatnya Yora menoleh. "Lo nanya gue apa Yora nih," tanyanya memastikan.

Arik tertawa kecil, sudah jelas ia menanyakan keduanya.
"Dua-dua,"

"Gue sih iya,"

Yora baru saja ingin menjawab tetapi dering telfon yang berasal dari handphone lelaki itu membuatnya menjeda sebentar. Arik yang dengan mudah memahami situasi, langsung meminta Yora agar kembali berbicara.

"Kalo gue singgah bentar beli soto buat mama," Arik mengangguk lalu izin pamit karna harus mengangkat telfon.

"Gue duluan ya,"

Kedua wanita itu mengangguk lalu segera masuk kedalam lift yang ternyata juga ada si bucin Moana didalamnya.

"Gue barusan dari ruangan lo ya Lin tapi kalian kaga ada jadi gue turun lagi ke lantai satu buat nyamperin lo berdua," ocehnya yang memang hanya ada mereka bertiga didalam lift tersebut.

"Lo yang kecepetan bubar ya Mo. Baru lagi si bos bilang selesai eh lo nya udah nyosor keluar sama rombongan kelaparan,"

Wanita yang kerab dipanggil Moa itu mencibir. "Gue kebelet tadi. Emang lo mau nampung pipis gue disana kalo bocor?"

"Maap aja ni ya, kerjaan gue masih banyak yang berguna daripada nampung pipis lo itu,"

Moana hanya terkekeh menanggapi ucapan Aline. Mereka bertiga langsung keluar saat pintu lift terbuka.

"Lo mau ke ruangan gue lagi?"

"Iya lah. Tas gue udah gue taruh disitu,"

"Kalo lo Ra?"

"Kali ini gue langsung pulang aja siap ngambil tas di ruangan gue, mau beli soto mama soalnya,"

Moana menahan tangan Yora saat wanita itu mau berjalan ke ruangannya.

"Kenapa Mo?" tanyanya dengan alis yang sudah mengerut.

"Nggak jadi dong lo ngobrol sama doi gue,"

Yora meringis dan memutar ingatannya kembali saat mereka berada di ruangannya. Ia sudah berjanji akan ikut menimbrung ketika Moana dan pacarnya Jingga, melakukan videocall.
Pasalnya, ia dan Aline sangat kepo mendengar cerita Moana yang diperlakukan Jingga dengan sangat manis dan baik. Memang, mereka pernah bertemu dengan lelaki itu ketika ia menjemput Moana, tetapi Jingga hanya tersenyum ramah saja pada mereka dan berpamitan saat pacarnya itu sudah menyuruhnya berangkat.

Wajah lelaki itu ternyata juga tidak seburuk yang ia dan Aline bayangkan. Pokoknya Jingga tipe idaman banget deh untuk dijadikan pasangan seumur hidup. Udah ganteng, pekerja keras pula. Namun, bahagia tidak bisa sesederhana itu, Moana harus bersabar menjalani hubungan jarak jauh dengan Jingga yang sudah bekerja di Papua selama setahun.

"Besok aja deh Mo. Gue takut mama nungguin sotonya karna tadi gue bilang abis pulang kerja langsung beli,"

Moana mengacungkan kedua jempolnya seraya tersenyum manis. "Oke nggak masalah,"

"Gue duluan ya," pamit Yora yang dianggukkan kedua wanita tersebut.

*****

Yora turun dari mobilnya dengan menggunakan payung karna hujan lebat yang mengguyur kota Jakarta seperti biasanya. Ia segera masuk kedalam warung yang bertuliskan Soto Mas Awi usai menutup kembali payungnya dan memesan soto udang favorit mamanya.

Traces of TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang