Bagian III

144 126 69
                                    

Senin. Hari dimana aktivitas mulai kembali seperti biasanya, berangkat kerja pagi buta hingga pulang sore hari. Begitu seterusnya sampai hari Minggu tiba kembali.

Wanita yang sedang terburu-buru memakai sepatunya itu mengumpat kesal, tidak biasanya ia akan kesiangan seperti ini. Tangan kanannya langsung menyambar tas yang berada di kursi teras. Ia melihat arlojinya sekali lagi dan mengumpat kembali.

"Ma, Kay berangkat ya. Obatnya udah Kay letak diatas meja makan jangan lupa diminum ya," ujarnya yang sedikit berteriak. 

Ia menoleh kembali ke arah wanita paruh baya yang sedang melambaikan tangan padanya yang langsung dibalas olehnya sembari tersenyum. Senyum yang akan selalu mengingatkannya bahwa ia harus kuat.

Tanpa bertele-tele, wanita itu langsung masuk kedalam mobil yang tinggal satu-satunya harta paling berharga yang dimilikinya. Ia melajukan kendaraan beroda empat itu menuju tempatnya bekerja yang terletak lumayan jauh dari rumahnya.

*****

"Tumben lo telat, Yora. Ada halangan di jalan?" tanya lelaki dihadapannya yang sudah menjadi kewajiban bagi setiap anggota yang terlambat menghadap ke ruangannya.

"Gue kesiangan, Rik. Maaf banget ya,"

Lelaki yang bernama Arik Atharizz itu mengangguk saja mendengarnya. Ia mengambil satu potongan buah mangga yang sengaja dimintanya tadi dan memasukkannya kedalam mulut.

"Lo mau?" tawar Arik pada wanita yang sedang berdiri menunggu jawabannya. Ia tersenyum menatap Yora seraya mengambil kembali satu tusukan potongan mangga dan memasukkannya ke dalam mulut. "Nggak usah segan sama gue, sans aja. Gue maklumi kok kesalahan lo ini lagian ini juga kali pertama lo telat kan," sambung lelaki itu yang membuat Yora menghela nafas lega.

"Lo kalo mau ngehukum gue juga nggak masalah. Gue siap nerimanya,"

"Gue bukan orang yang selalu ngehukum karyawan kalo dia nggak sengaja ngelakuin kesalahan itu,"

"Emang lo tau gue sengaja apa nggak?"

Arik membersihkan tangannya dengan tisu setelah menghabiskan buah mangga yang manis itu. Fokusnya beralih pada wanita dihadapannya. "Lo lupa kalo gue punya riwayat hidup semua karyawan disini? Dan yang lo tulis di kertas itu cukup membuat gue paham untuk siapa lo bekerja keras nyarik uang,"

Yora merasa terharu dengan ucapan bosnya yang sangat baik kepada setiap karyawannya tersebut. Ia tersenyum tulus pada Arik yang kini juga tersenyum padanya.

"Makasih ya Rik atas pengertian lo. Gue janji nggak akan ngulangin kesalahan kayak gini lagi,"

Arik mengangguk dan mulai membuka berkas yang ada di depan matanya seraya berkata, "Gue pegang janji lo,"

Setelah menjawab perkataan Arik, Yora pamit untuk melakukan pekerjaannya yang terhambat karna ulahnya. Ia tidak boleh menyia-nyiakan pekerjaan yang gajinya lumayan ini dan mendapat bos yang sangat baik seperti Arik sangatlah langka untuk jaman sekarang.

*****

"WOI SA! LO MAU KEMANA," teriak Elang dengan hebohnya saat kelas terakhir baru saja selesai namun Raksa langsung pergi meninggalkannya.

"Ngopi bentar,"

"GUE IKUT!"

Raksa mendengus melihat Elang yang tidak bisa tenang sedikit saja. Haruskah lelaki itu berteriak dengan kondisi koridor kampus yang sepi.

"Gue udah nyuruh Bio nyusul ke warung," sahut Elang yang sudah ada disampingnya.

"Hmm,"

"Lagian lo ngapain sih pake acara ngopi segala kan lo janji mau diskusi sama Pak Yoga masalah nilai gue,"

Traces of TasteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang