"RAKSAA BANGUNNN! JANGAN SAMPAI GUE DOBRAK PINTU LO YA,"
Gita berdecak. Ini sudah yang kelima kalinya ia balik lagi menuju pintu yang masih terkunci dari dalam tersebut. Ia kembali mengecek arlojinya dan semakin menggedor dengan keras pintu yang sedaritadi ia coba buka.
"HEH RAKSASA KALAU LO NGGAK MAU BANGUN JUGA, GUE ADUIN KE MAMA!"
Ini adalah jurus terakhir yang ia punya. Gita sangat yakin setelah ini lelaki yang sedang tertidur itu akan bangun dengan kesal, dan hal itu tidak dipedulikan olehnya. Ia sudah sangat kehilangan moodnya hanya untuk membangunkan Raksa.
"LO BENERAN NGGAK MAU BANGUN YA RA—"
"Berisik banget sih lo,"
Nah persis seperti dugaannya. Lelaki itu akan bangun dengan raut wajah kesalnya.
"Gue berisik? Lo liat ini udah jam berapa?" Gita memajukan tangan kirinya menghadap wajah Raksa yang baru saja bangun. Lelaki itu mengacak rambutnya melihat angka jam yang tertera di arloji milik Gita.
"Jam 12 siang. Lo mau latihan jadi putri tidur atau mau bangun, sarapan terus anterin gue ke kampus hah?!"
"Iya-iya tunggu gue dibawah,"
"Awas lo lama," Gita memperingati dengan jari telunjuk dan jari tengah diarahkan ke matanya lalu berganti ke arah Raksa. Ia melakukannya berkali-kali seperti seseorang yang sedang mengintai musuhnya.
"Iya," ujar Raksa sekenanya dan mendorong gadis itu agar menjauh dari kamarnya. Ia segera bersiap-siap seperti yang diucapkan Gita tadi, jangan sampai ia terlambat mengantarkan adiknya itu ke kampus.
*****
Di sisi lain, siang ini, matahari sudah memancarkan sinarnya dengan sangat terik, membuat semua orang yang berada diluar ingin terus-menerus berada di dalam ruangan agar tidak terkena sengatan sinar tersebut. Termasuk wanita yang sudah menutupi kepalanya memakai dokumen yang dibawanya setelah berjumpa dengan klien bosnya, ia terus saja mengipas dirinya dengan tangan kiri yang tidak memegang apa-apa.
"Tau selama ini kan gue bisa nunggu di dalam tadi," tuturnya pada dirinya sendiri. Ia menyesal sudah menolak ajakan sang klien yang memintanya untuk berada di dalam ruangannya sembari menunggu bosnya tiba.
Setelah penantian yang cukup lama, akhirnya yang ditunggu pun tiba. Awalnya, Yora tidak mengenali mobil hitam yang berhenti tepat dihadapannya, namun saat kaca mobil itu terbuka setengah, ia langsung dengan cepat memasuki mobil tersebut.
"Iya gue tau gue salah. Maaf banget ya, tadi ada urusan mendadak makanya telat jemput lo,"
Lelaki itu sudah duluan berbicara saat melihat wanita disampingnya bersiap untuk mengomel.
"Lo kan bisa kabarin gue dulu Rik, jadi gue bisa nunggu di dalem sebentar,"
Arik tersenyum kaku melihat wajah yang sedang kesal tersebut. Ia mulai menjalankan mobilnya tanpa peduli raut wajah disampingnya yang sudah kebingungan karna mereka sudah melewati jalan biasa menuju kantor.
"Loh, nggak langsung balik ke kantor?"
"Makan siang dulu. Lo belum makan kan? Anggap aja permintaan maaf gue karna nggak ngabarin lo tadi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Traces of Taste
RomanceSatu kali jatuh adalah suatu hal yang biasa bagi Yora. Ia hanya butuh mencoba berkali-kali agar bisa terlihat oleh Raksa-lelaki yang tengah memasuki kuliah semester 4- Pertemuan pertama mereka berawal di sebuah cafe yang sering dikenal sebagai tempa...