***
Teruntuk kamu...
Tetaplah menjadi sosok yang walau raganya sudah hilang namun selalu membuatku candu akan segala hal tentangmu***
"Raksa,"
Si pemilik nama itu menoleh menatap gadis yang sudah berdiri dihadapannya seraya melipat kedua tangannya didada.
"Kan aku udah bilang tunggu 5 menit diluar kenapa langsung pergi sih, aku udah bilang juga kita pergi ke perpusnya bareng kenapa jadi pergi sendiri terus nggak ada ngabarin lagi kalo udah disini, kan aku nggak perlu repot nyari-nyari kamu gini,"
Raksa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia menuntun gadis tersebut untuk turun dari duduknya yang berada di atas meja agar beralih menjadi disampingnya.
Senyumnya mengembang memandang wajah itu seraya mengelus lembut rambut yang selalu beraroma buah-buahan tersebut. "Jangan duduk kaya gitu lagi ya, nggak enak diliat orang. Habis dari sini kamu mau kemana aja aku temenin sebagai permintaan maaf aku ke kamu," ujar Raksa dengan lembutnya.
Gadis yang akrab dipanggil Ira itu langsung menepis tangan Raksa dari rambutnya dan mengambil buku yang tadi sengaja dicari lelaki itu di perpustakaan karna ia membutuhkannya.
"Ngeselin banget sih kamu. Kan akunya jadi nggak bisa marah lama-lama kalo kamunya kaya gini,"
Raksa tertawa dan kembali membaca buku dihadapannya sembari menggenggam sebelah tangan gadisnya yang berada di atas meja.
"Kamu nggak lupa besok hari apa kan,"
"Nggak kok. Ntar aku bawa kado juga buat kak Ulwa,"
Spontan, Ira menatap sosok yang sedang santai membaca buku itu. "Kamu mau kasih kado apa ke dia?"
"Nggak tau, kamu aja yang pilih kadonya nanti aku yang bayar,"
"Habis ini nyarinya ya,"
Raksa kembali menoleh kemudian menggangguk sembari mengelus lembut tangan pacarnya yang mulai fokus membaca buku.
*****
Kedua pasangan itu masuk kedalam toko khusus perlengkapan kado beserta barang unik dan antik lainnya yang sangat cocok dijadikan kado bagi setiap pecinta barang antik seperti kakak pertama Ira.
Mereka menjadikan tempat ini sebagai pilihan terakhir yang dikunjungi setelah puas berlama-lama bermain wahana lalu berkeliling mall untuk sekedar cuci mata setelah itu mengenyangkan perut di restoran favorit keduanya dan barulah mereka ke toko ini.
Raksa melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 19:30 WIB dan beralih ke Ira yang sedang memandangi satu per satu barang-barang tersebut.
"Ini bagus nggak?"
"Bagus," jawab lelaki itu sekenanya.
"Kalo yang ini?"
"Bagus juga,"
"Gimana kalo yang ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Traces of Taste
RomanceSatu kali jatuh adalah suatu hal yang biasa bagi Yora. Ia hanya butuh mencoba berkali-kali agar bisa terlihat oleh Raksa-lelaki yang tengah memasuki kuliah semester 4- Pertemuan pertama mereka berawal di sebuah cafe yang sering dikenal sebagai tempa...