......Langkah giano berhenti tepat didepan pintu rooftop. Ia ragu untuk membukanya dan menemui axel atau tidak, giano terlalu takut untuk bertatap muka lagi dengan axel. Apalagi dengan kejadian tadi, giano masih bisa merasahkakan aura yang menakutkan dari kaka kelasnya itu.
Karena masih takut untuk bertemu alahasil giano hanya mondar-mandir sendiri dengan gugup
"Oii!" Giano tersentak kaget, ia melihat varrel yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada sedang memegang sekaleng soda
"Ngapain lo mondar-mandir disini kayak setrikaan?" ujar varrel lalu mendekati giano
"ayok" varrel menarik tangan giano lalu membuka pintu rooftop, kemudian tampaklah axel yang sedang berdiri dipagar rooftop sambil menyesap sepuntung rokok
Kegugupan giano bertambah, pemuda manis itu menunduk sambil menggigit bibir dalamnya. Axel membuang puntung rokoknya lalu menginjak sisa rokoknya, sementara itu varrel lebih memilih tidur dibangku yang ada disitu dengan sebuah buku di wajahnya agar terhalang sinar matahari
Axel berjalan menghampiri giano yang tak jauh darinya.
"Ngapain lo?"
"maksudnya?" tanya giano hati-hati
"Ngapain lo diluar saat jam pelajaran, ternyata lo nakal juga ya" ujar axel menyeringai, yang langsung ditanggapi gelengan keras dari giano
"gue.. Gue diusir dari kelas karena melamun"
"pfftt.. Hahahaha" Axel dan giano kompak menoleh ke asal suara tawa itu. Disana varrel sedang tertawa dengan posisi yang tidak berubah yaitu tertidur
"sarap lo rel ?" Axel mengangkat alisnya tinggi
Pertanyaannya tidak di gubris sama sekali oleh varrel
Bahkan axel sudah terdengar suara dengkuran dari pemuda bergigi kelinci itu, axel mendengus kesal"lo beliin gue makan gih"
"tapi kantinnya dilarang buka saat masih jam pelajaran" giano menyahut
"pake alesan apa kek, lo kan pinter!" pemuda mint itu berdecak pelan
"tap-"
"udah sana buru gue laper nih!"
Mau tidak mau giano terpaksa pergi membeli pesanan axel dengan perasaan kesal, kenapa sih dia harus ketemu sama kakel kayak axel. Padahal pemuda berdimple itu sudah berharap agar bisa melewati masa sekolahnya dengan tenang dan damai, kenapa dari banyaknya murid di sekolahnya harus dirinya yang menjadi targetnya axel.
Rasanya giano jadi menyesal karena masuk di sekolahnya yang sekarang dan menyesal karena berjalan melamun diparkiran. Arghh giano mengacak rambutnya asal percuma ia merasa menyesal sekarang, semuanya tidak akan berubah, waktu tidak akan berputar kembali.
Saat sampai di depan kantin, tebakan giano benar. Kantin terlihat sangat sepi. Di sekolah giano sekarang memiliki peraturan bahwa saat jam pelajaran, seluruh kantin harus tutup agar tidak ada murid yang bisa nongkrong dikantin saat jam belajar berlangsung.
Giano mengehela nafas pelan. Ia ingin berbalik untuk memberitau axel namun karena ia sudah lelah berjalan, akhirnya giano memilih duduk sebentar dibangku kantin sambil melihat kearah sepatunya
" woii!"
Kepala giano mendongkak keatas melihat siapa yang bersuara, seorang pemuda jangkuk berdiri tak jauh darinya
"ngapain lo?" Tanyanya, giano merasa dejavu dengan pertanyaannya
Mata giano melihat keseliling mencari mungkin seseorang selain dirinya disini yang ditanya oleh lelaki jangkuk itu namun nihil tidak ada siapa-siapa selain dirinya, kemudian giano melihat pemuda itu lagi lalu menunjuk dirinya sendiri seolah bertanya—saya?
Pemuda jangkuk itu berdecih kemudian bersedekap dada dan berjalan menghampiri giano
"Bolos lo?" giano menggeleng
"terus?" pemuda manis itu hanya diam dan memilih memainkan ujung jarinya
"kalau gue tanya itu jawab! Ga sopan banget sih"
Giano tersentak kaget, ia melihat pemuda dihadapannya lagi dan kali ini dengan lekat.
Ternyata dia kaka kelas giano, karena almamater yang digunakannya berbeda dengan almamater giano"saya di-"
"Lama banget belinya" giano dan pemuda jangkuk itu langsung menoleh ke sumber suara, yang ternyata axel berdiri tak jauh dari mereka berdua
"kenapa malah duduk disini"
"maaf"
"cih, murid berandalan ini lagi"
"apa lo ga senang?" axel berjalan angkuh dengan tangan kanan yang dimasukannya kedalam saku celana
"bolos aja terus, toh lo bakal naik kelas terus. Kan lo anak papi" pemuda itu tersenyum miring mengejek
"Sialan!"
"stop, kenapa kalian berdua malah mau berkelahi" kedua tangan giano direntangkan kemudian berdiri di tengah-tengah pemuda itu, entah dari mana keberanian datang menghampiri giano untuk meleraikan perkelahian yang mungkin akan terjadi.
Axel menatap giano tajam yang langsung membuat nyali giano ciut, pemuda itu membalikan tubuhnya mengadap pemuda jangkuk dihadapannya namun ia mendapat tatapan yang sama menyeramkannya dari axel. Membuat dirinya menunduk dan berhadap kearah lain
"kalau kalian berkelahi disini, gue bakal ngadu ke guru bk!" sarkas giano kuat ia kembali memberanikan diri menatap kedua lelaki yang lebih tua darinya bersungguh-sungguh
Pemuda jangkuk itu tersenyum meremehkan sementara axel menatap datar, lalu dengan kompak kedua lelaki itu berjalan pergi dari tempat giano
Tentu saja giano cengoh, ancamannya berhasil kah? Padahal ia tidak betulan akan melaporkan. Ia sangat yakin ancamannya tidak akan semudah itu ditakuti oleh kedua lelaki jangkuk itu.
Namun giano hanya mengangkat bahunya acuh, ia sedikit bersyukur karena berarti dirinya tidak perlu bertemu lagi dengan axel untuk sementara, tidak sadar senyuman manis terbit dari bibir giano, ia lalu berbalik dan berjalan menjauhi kantin dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
....
Mana nih yang minta untuk segera update ?😌
Kalau nembus lebih dari sepuluh komentar, saya langsung akan double up besok :)See ya
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakel Sinting
FanfictionGinano Hoseok Pradista harus mengalami nasib sial saat baru saja pindah ke sekolah barunya, karena terjebak dalam sebuah permainan atau lebih tepatnya dialah yang menjadi mainan dari seorang Axelio Suga Dirgantara.