16

339 51 1
                                    

beliin gue makan sekarang bawa ke kelas, tidak. Pake. Lama.

Giano membaca pesan singkat dari Axel, ia menghembuskan nafasnya lalu berdiri dari bangku.

"eh lo mau kemana?" tanya lisa

Giano menunjukan chat singkat tersebut pada lisa

"yaah padahal gue pengen makan sama lo"

"ada gue ogeb"

"sama lo bosen!"

Plak, jidat Lisa di tepuk sama Devano

"ish lo mah sakit" Lisa mengusap jidatnya

Devano tidak menanggapi "udah pergi sana nanti lo malah dimarahi lagi"

"kalian ke kantin aja gue ga ikut" Giano berjalan keluar menuju kantin, selama di koridor ia terus berpikir harus membeli apa karena Axel tidak memberi tahunya untuk membeli apa

Karena masa bodo, Giano membeli roti gandum dan susu lalu mengantarnya ke kelas Axel. Sesampai disana ia bediri didepan kelas tersebut lalu disuruh masuk sama Axel

"tepat waktu"

Giano memberikan makanan tersebut, banyak pasang mata yang melihatnya. Giano sedikit risih

"ini apaan? Gua ga suka roti apalagi susu, buang sana!" Axel melihat Giano tajam

"terus gue harus beli apa?"

"beli rokok" ujar Axel santai dengan wajah datar, yang membuat Giano membulatkan matanya kaget bukan hanya dia tetapi teman-teman Axel juga walaupun tidak sekaget Giano

"hah, buat apa beli rokok? ini kan sekolah gaboleh ngerokok dan lagi siapa yang jual rokok di sekolah"

"pake otak. Lo pinter kan? "

"kalau di sekolah ga jual kan bisa keluar, gua mau ngerokok" lanjut Axel tersenyum sinis

"gimana cara keluarnya 'kan harus pake surat ijin"

"lo anak osis bisa keluar masuk sekolah dengan santai"

"beda dong"

"gua gamau denger alesan lagi. Lo keluar, istirahat kedua gua tunggu di rooftop dengan rokoknya awas aja kalau gada abis lo"

Giano tertunduk mendengar hal itu ia ingin membantah tapi terlalu takut dan tidak berani lagi untuk bersuara, akhirnya ia hanya bisa mengangguk lalu keluar kelas dengan terus menunduk

"lo gila ya ngerjain anak orang sampai segitunya" Varell berbicara sambil menatap punggung kecil Giano yang hilang dibalik pintu

"rel lo ga ngerti? ini seru anjir" Revan tertawa kecil

"sinting. Walaupun dia berhasil keluar dan beli rokok nanti pas masuk tetap aja ketahuan karena bakal diperiksa"

"Xel lo kan biasanya bawa rokok" Varrel masih berbicara

"lo bacot tau, santai aja gua yang bakal tangani bentar. Main-main bentar ga masalah kali" Axel menidurkan kepalanya di meja, pertanda lelaki itu tidak ingin mendengar protesan apapun lagi.

Giano berjalan pelan ia melihat jam tangannya, semenit lagi jam istirahat telah usai. Menatap sekeliling pemuda itu berniat untuk bolos kelas, buat apa mengikuti kelas kalau pikiran akan ditempat lain dan tidak berkonsentrasi mending bolos aja sekalian.

Ia teringat taman belakang sekolah yang sudah usang pasti bakal sepi, apalagi disana ada kolam ikan yang mungkin sekarang sudah berlumut.

Ia memutar tubuhnya kemudian berjalan berlawanan arah lalu tidak lama bel masuk berbunyi, pemuda itu berlari ke belakang sekolah dan setelah sampai benar seperti dugannya, sepi. Dan kolam yang berlumut tapi untungnya ada bangku taman yang ditinggalkan disana. Giano terduduk kemudian menarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelas

"kesel kesel kesel kesel arghh keselll banget!" Giano memukul mukul udara dengan kesal, wajahnya memerah sempurna kalau ini di komik-komik mungkin saja kepalanya akan muncul letusan berapi dan hidungnya sudah keluar asap putih yang tebal.

"kenapa harus ketemua dia si, gasuka" Giano menarik ingusnya yang meler kemudian mengusap wajahnya dan bersandar pada punggung bangku, ia menatap langit yang tertutup rindangnya dahan ranting pohon dibalik sela jarinya

menghembuskan nafasnya sekali lagi dengan pelan sembari berbicara "gimana caranya bisa bawa rokok ke sekolah" ia tau kalau ia berhasil keluar, masuknya ia bakal langsung dibawa keruang bk karena ketahuan membeli rokok, karena setiap yang keluar sekolah pada jam belajar akan diperiksa kalau ingin masuk lagi meskipun sudah diberi surat ijin. Giano tidak sebodoh itu

"ngantuk" pemuda manis itu perlahan menutup matanya lalu tertidur

Kakel SintingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang