9

369 58 9
                                    

"Maaf ya kak"

Setelah kejadian tidak terduga tadi, giano berpikir ia harus bertanggung jawab dengan mengobati tangan kaka kelasnya itu.

Mereka berdua sedang duduk dibangku taman yang disediakan, giano tengah sibuk dengan aksi mengobati axel. Sedangkan vano dan lisa yang kaget dengan kejadian itu akhirnya hanya bisa menyerahkan semuanya pada giano dan mengundurkan diri untuk pergi, katanya agar tidak mengganggu. Entalah

"oh iya, kok gue ga liat kak axel ya tadi?"  giano sengaja membuka obrolan agar atmosfer yang ada tidak terlalu gelap

"lo aja yang buta"

Sial. Batin giano

"Nah selesai" pemuda berdimple itu tersenyum manis  saat melihat hasil karyanya —read— perban yang sudah giano lilitkan pada tangan axel

Axel menatap tangannya sebentar, lalu menatap giano lagi kemudian berdecak. Yang ditatap hanya memasang senyum yang menurut axel adalah senyum terbodoh

"kak axel belum jawab pertanyaan yang tadi loh"

"bukan urusan lo" Axel bediri kemudia berjalan menjauhi giano

"eh, mau kemana?" 

Giano mengekori axel dari belakang dengan pelan, pemuda penyuka warna hijau itu berjalan sambil sesekali berhenti di stan-stan makanan yang ada.
Dan sudah dua stan makanan yang pemuda itu berhenti untuk membeli, seperti arum manis dan kebab. Ditambah lagi giano sepertinya tengah terliur untuk berhenti di stan ice cream.

Lalu giano dengan cepat memesan dua rasa dalam satu cup yaitu matcha dan vanilla, padahal ditangan pemuda itu masih ada dua jajanan yang belum dihabiskan.

"pak cepat, nanti saya ditinggal"

"iya. Oke udah jadi" giano langsung mengeluarkan uang kertas berwarna hijau dari dompetnya

Pemuda itu menyerahkan uang tanpa melihat kearah sang penjual, karena matanya terus menatap punggung axel yang semakin menjauh untuk mengawasi agar tidak kehilangan
" Ambil aja pak kembaliannya, duh jalannya cepet banget sih" 

Akhirnya giano sedikit berlari untuk bisa menyamai langkah axel walaupun dirinya dibelakang

Buk!

Beberapa pasang mata langsung melihat kearah
Pemuda yang sedang terjungkal di tengah puluhan orang dengan segala jajanannnya yang tumpah.

Banyak yamg langsung bisik-bisik saat melihat giano masih terjungkal, ingin menolong tapi merasa enggan karena pemuda itu tiba-tiba terisak

Axel yang merasa terganggu dengan bisik-bisik itu langsung berbalik badan, ia cukup kaget dengan pemandangan didepannya. Pemuda dengan kemeja hijau itu tengah terisak, menangisi ice creamnya yang tumpah

Pemuda dingin itu kembali berdecak lalu jalan menghampiri giano yang masih menangis seperti anak kecil yang ditinggal ibunya di keramaian.
Berjongkok dihadapan giano, axel kemudian menarik lengan giano untuk berdiri dan membawanya ketempat yang lebih sepi.

Sedangkan pemuda berdimple itu hanya mengikuti dengan diam, ia sudah menghapus air matanya tapi sepertinya ingusnya terus keluar

Axel mendudukan giano dibangku "lo kayak anak kecil tau ga"

Sedangkan giano masih menarik ingusnya, dengan bibir dikerucutkan

"liat noh. Lutut lo lecet" yang lebih tua menunjuk lutut yang lebih muda dengan dagunya yang dinaikan

"lo masih ada obat yang tadi kan?"

Giano mengangguk

"mana sini!"

Giano mengeluarkan obatnya dari dalam tas, obat merah dan kapas kemudian menyerahkannya pada axel. Axel langsung berjongkok dihadapan giano

"eh ngapain?"

"makan, ya ngobatin lah"

Dengan telaten axel membersihkan luka giano dengan kapas secara perlahan, terus meneteskan obat merah dengan hati-hati. Seperti sudah terbiasa

"shh aw s-sakit kak" giano meringis pelan melihat lututnya yang di tekan-tekan dengan kapas

"Lo lagi, kenapa bisa pake acara jatuh segala sih"

Kegiatan pengobatan lutut giano telah selesai, pemuda dingin itu kembali berdiri

"anu"

"anu lo kenapa?"

"Bukan itu. Maksudnya, tadi saat shiki  ngikutin ka axel dari belakang shiki ga sengaja ngeliat stan ice cream terus beli deh" giano menyetopkan kata-katanya ia melihat axel dengan bibir yang kerucutkan

"terus saat udah beli, shiki kembali ngikutin kak axel, tapi karena kak axel udah jauh akhirnya shiki agak sedikit berlari. Eh malah keinjek sama tali sepatu yang kebuka alhasil shiki jatuh"  Lanjut giano dengan mengembungkan pipinya, matanya terlihat berkaca. Ia sedikit merasa menyesal dan sayang karena ice creamnya terbuang sia-sia

Sedangkan axel, ia menatap giano tanpa berkedip.
Pemuda itu sedikit kaget dengan ekspresi yang mungkin tanpa sadar dilakukan oleh giano, bibir dikerucutkan, pipi mengembung dan tadi apa shiki?

Kenapa giano tampak sangat manis?

Axel dengan cepat menggelengkan kepalanya, ia mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran yang mencoba mempengaruhi kinerja otaknya
Lalu menyipitkan matanya

"ngapain lo ngikutin gue?, ga ada kerjaan ya lo. Dan siapa shiki?"

Giano menatap axel, pemuda itu menarik ingusnya lalu cengengesan dan menggaruk tengkuk belakannya yang tidak gatal "soalnya gue gatau jalan pulang makanya ngikutin deh dan itu... Em shiki itu emm.. nama panggilan gue dirumah, tadi keceplosan ngucapinnya" giano menunduk, menyembunyikan rona merah yang menyembul di pipinya karena merasa malu

Oh jadi nama panggilan ya, shiki. Lucu

Tanpa sadar bibir pucat itu membentuk garis melengkuk yang tipis. Sangat tipis

....

Update lagi saya haha

Saya akan berusaha update setiap hari, setiap malam.

Jangan lupa paket lengkapnya
TBC.

Kakel SintingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang