02-rindu!

45 12 16
                                    

2OO7.






















Handuk yang basah itu tersampir di pundak Yuda, selepas membersihkan dirinya. Ia sedikit menggigil karena kedinginan, mana hawanya dingin pagi-pagi begini.

Sekarang Yuda hanya di rumah, jadwal kuliah pun libur. Pas sekali nanti juga Danis pulang, Yuda yang menjemputnya. Dan si bungsu sedang sekolah sejak jam tujuh pagi tadi.

Dengan rambut yang masih basah itu, hanya memakai kaos tanpa lengan sudah menjadi kebiasaan Yuda dirumah, ia mengolesi roti dengan selai cokelat di meja makan, tak lupa juga dengan teh hangat.

"Da, nanti jemput Danis, ya?" Bunda yang baru saja datang dari pasar memasuki lewat pintu yang berlangsung dengan dapur itu, sambil membawa kantung belanjaan.

Yuda mengangguk "Jam berapa?"

Bunda menaruh kantung belanjaan pada meja dapur "Bunda juga nggak tau nanti Danis sampai jam berapa, kemarin Bunda bilang kalau dia sudah datang suruh telpon kamu aja nanti."

Yuda mengangguk paham "Oke."

***

Seorang laki-laki dengan kemeja dan celana jeans itu menengok kanan-kiri, ia menunggu seorang menjemputnya. Tak ada tempat duduk tersisa di terminal itu, semuanya penuh. Danis hanya berdiri di sebelah pintu gerbang terminal.

Sambil membawa tas yang ia tenteng dan tas yang ia bawa di punggung, berdiri menunggu Yuda datang.

Cuaca pukul 10.00 pagi itu ternyata tak terik, sedikit mendung. Danis terpikir dengan si adik kecilnya itu, semakin tak sabar untuk segera bertemu dengannya.

Sebuah sepeda motor yang sangat ia kenal dan juga orang yang membawanya itu, Danis langsung menghampiri Yuda yang baru datang.

"Lama nunggu, Nis?" tanya Yuda memberikan helm kepada Danis.

Danis memakai helm dan menggeleng "Baru aja datang." jawab Danis lalu menaiki jok motor belakang.

Yuda memasukkan gigi motor yang menjalankan motornya dan mulai masuk ke jalanan yang padat. Tak salah lagi jika jam segitu sudah ramai, beginilah jalanan ketika Yuda berangkat kuliah jika jam pagi.

Perjalanan dari terminal ke rumah tak terlalu jauh, tapi karena macet itu menjadi sedikit memakan waktu yang sebenarnya. Akhirnya kedua laki-laki itu sampai di rumah dengan aman.

Danis menutup pagar rumah dan menaruh helm pada kaca spion motor Yuda, ia dibuat tersenyum kala melihat sepatu sekolah milik Dinar. Pasti dia ada di rumah.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsallam." jawab Bunda dari dapur.

Danis langsung menuju dapur dimana Bunda masak, membuka pintu rumah saja sudah terasa Bunda masak apa itu. Danis membersihkan kakinya dulu, lalu ia pergi ke dapur.

"Udah makan, Nis?" tanya Bunda, seperti biasa. Setiap kali Danis pulang ke rumah, Bunda tak lupa menanyakan 'sudah makan belum?' tentu saja Danis tidak menolak masakan Bunda. Siapa yang tak mau ditawari makanan jika itu masakan Ibu?

Danis tersenyum dan mengangguk "Nanti aja bareng-bareng makannya sama Bunda juga, Dinar masih sekolah, Bun?"

Bunda menggeleng, pandangannya tak lepas dari panci berisi Soto daging yang ia masak. Bunda menoleh ke Danis. "Sudah pulang dari TK kok, itu lagi tidur di kamar." jawabnya.

Danis mengangguk dan menaruh gelas di atas meja makan bekasnya minum tadi, ia berjalan menuju kamar Dinar. Ia membuka sedikit pintu kamarnya dan mengintip.

Diam-diam Danis tersenyum karena juga rindu bermain dengan Dinar. Danis ikut menidurkan tubuhnya di sebelah Dinar, tangannya menyangga kepalanya. Sedangkan telunjuknya menyentuh hidung Dinar agar bangun.

"Tumben ini tidur? Ngantuk, ya?"

Dinar membuka matanya dan terlihat sayu karena masih mengantuk, tapi ia melihat Danis sedang tiduran juga di sebelahnya. "Mas Daniiis, kangen!" kata Dinar langsung memeluk Danis di sebelahnya, walaupun masih setengah sadar.

Danis tertawa kala mendengar suara Dinar yang masih setengah sadar itu, lantas kembali memeluk tubuh mungil Dinar.

"Kenapa kemarin nangis-nangis, hm?"

"Kirain Mas Danis pulang kemarin, padahal mau aku ajak ke taman depan sekolah ku. Bagus banget!" kata Dinar semangat.

"Oh iya? Nanti sore mau?"

Dinar mengangguk "Mauu!"

05 Juli, 2021.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cornelia Street ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang