03-diculik danis

34 11 38
                                    

2OO7.
























Danis mengambil mangkuk di lemari piring, ia juga mengambil daging Soto tak lupa dengan kuahnya di mangkuk. Saking senangnya dengan Soto buatan Bunda, sore ini Danis makan lagi bersama Dinar.

Dari tadi pun Danis memaksa Dinar untuk makan, karena memang Dinar susah sekali untuk makan. Paling tidak empat sendok, lalu sudah.

Dengan embel-embel disuapin dengan Danis, akhirnya Dinar mau makan lagi. Karena tadi sempat menangis digoda oleh Yuda yang mau berangkat ke kampus jam sore.

Dinar duduk di kursi dengan bibirnya yang melengkung kebawah, matanya masih berair dan hidung yang merah. Gadis kecil itu menoleh karena mendengar langkah kaki menujunya, itu pasti Yuda. Begini-begini Dinar sedang sensitif untuk digoda oleh Yuda.

Dinar langsung turun dari kursi dengan terburu-buru hingga kursi itu tergeser, berlari ke Danis yang masih sibuk memanaskan Soto.

"Nanti kalau nggak makan ada cacing di perut kamu loh, Din. Hayooo~ Daniar cacingan hiiih." goda Yuda sambil menoel perut Dinar.

"Mas Daniis!! Mas Yuda loh, ngeselin!"

Matanya berair lagi kala benar melihat Yuda datang ke dapur untuk mengambil air putih. Danis menyadari ada yang memeluk kakinya itu menoleh ke bawah "Loh? Dinar kenapa?"

"Ada Mas Yuda," katanya menciut.

Danis menyembunyikan tawanya, Dinar bisa manja ke Yuda, bisa juga takut kepada si sulung itu. Danis menggendong awak kecil Dinar dan mendudukkan di kursi meja makan, dimana ada Yuda sedang duduk juga disitu.

"Duduk aja dulu, Mas Yuda nya loh nggak ngapa-ngapain." kata Danis sembari mengambil piring berisi nasi hangat dan mangkuk berisi Soto.

Yuda tersenyum jahil "Iya bener, aku loh nggak ngapa-ngapain." ujar Yuda dengan nada jahil, membuat Dinar takut.

"Mas Danis..." Dinar mulai merengek memanggil Danis, Yuda bukannya berangkat ke kampus malah tetap saja menggoda Dinar.

Danis tertawa sambil berdiri dari duduknya, duduk di sebelah Dinar yang sedang menangis. "Sudah, sudah. Jangan nangis, wong Mas Yuda cuman duduk disitu kok kamu takut sih? Sana bilang, ndang berangkat kuliah. Ayo!" kata Danis berbisik ke Dinar.

"Mas Yuda ndang berangkat kuliah!" kata Dinar polos dan menuruti suruhan Danis.

Yuda melotot tak menyangka "Mas Yuda diusir, ya?"

"Ya' Allah," Danis tertawa terbahak-bahak tak berhenti karena Dinar dan Yuda.

"Yaudah, Mas Yuda berangkat deh. Cium dulu boleh?" kata Yuda memajukan badannya condong ke Dinar duduk disebelahnya.

Dinar menggeram kesal, tapi lucu suaranya. Membuat kedua kakaknya semakin tertawa. "Yaudah kalau nggak mau cium, Mas Yuda disini aja."

Dengan cepat, Dinar mencium pipi Yuda lalu kembali duduk lagi. Yuda tertawa girang dan mengusak rambut Dinar karena sudah tak tahan gemas, pipinya yang gembul ingin Yuda gigit.

"Okeh, Mas Yuda berangkat dulu. Hati-hati kalau nanti diculik sama Mas Danis, ya. Kamu minta cokelat aja sama dia, ya. Assalamualaikum!"

Danis melotot "HEH! Wahai sulung!"

"Sulung yang ganteng, kuat, gagah, berotot nan perkasa. Ganteng bin berwibawa, YUDAAA! HIYAAAT!"

***

Danis mengalihkan pandangannya dari televisi ke si adik yang duduk di sebrangnya, Dinar yang tidak mengantuk itu terlihat sangat bosan setelah makan. Dari tadi berdiri, berjalan-jalan ke kamar, dapur lalu kembali lagi ke ruang tamu.

"Dinar bosen, ya?"

Dinar mengangguk malas "Ayo, katanya mau ajak Mas Danis ke taman yang kamu maksud tadi. Mau ke sana?" tawar Danis.

Mata Dinar langsung terbinar, ia bertepuk girang. "Mauu! Ayo sekarang!"

Danis terkekeh "Iya, cuci muka dulu sana. Bisa sendiri, 'kan?"

"Bisa!"

Danis mengacungkan ibu jarinya ke Dinar "Pinter, ndang cuci muka sana. Mas Danis mau ke Bunda dulu,"

***

Danis menutup pagar rumah dan segera menggandeng tangan Dinar, Danis membiarkan langkahnya lambat, dan Dinar yang berjalan cepat. Sungguh, ini yang Danis suka. Cuaca sore hari yang sangat sejuk, sedikit mendung-tapi tak apa.

"Dinar bisa lewatnya?" tanya Danis saat mereka akan melewati jalanan yang tak rata, banyak yang berlubang.

"Mas Danis gendong, ya."

Danis menggendong Dinar dari belakang dan ia melangkah besar melewati jalanan tak rata itu "Syuu~ sampai!"

Dinar tertawa lucu "Seru banget tadi diangkat Mas Danis!"

Danis tertawa juga menanggapi adiknya, akhirnya kakak beradik itu sampai ke taman yang Dinar maksud. Ada juga beberapa anak seumuran dengan Dinar yang sedang bermain di taman.

Danis menemani Dinar bermain ayunan, seluncuran yang sangat Dinar suka. Saking semangatnya, Dinar sampai berkeringat. Sudah sekitar setengah jam Danis menemani Dinar bermain di taman.

"Capek?"

Dinar dengan napas yang tak beraturan itu mengangguk, Danis menggendongnya dan mendudukkan Dinar di bangku taman. Ia menyingkirkan helai Dinar yang menutupi wajahnya, mengambil semua helai rambut halus Dinar dan menguncirnya.

"Dinar mau cokelat, nggak?"

"Mauuu!"

Danis mengeluarkan satu batang cokelat yang masih utuh, baru saja ia beli saat pulang dari terminal tadi. Dan langsung ia masukkan ke kulkas. Kini mereka tengah menikmati cokelat bersama di taman, tak sadar jika Dinar yang menghabiskan cokelat itu. Danis hanya kebagian dua potong, tak masalah baginya.

"Sudah sore nih, Dinar pulang, yuk?"

Dinar turun dari bangku taman itu pelan-pelan, dan menggandeng tangan Danis yang menunggunya. "Mau diangkat kaya tadi,"

Danis terkekeh, lalu ia berjongkok di depan Daniar. "Naik ke punggungnya Mas Danis sini,"

Dinar tergirang senang saat Danis berdiri, ia merasa sangat tinggi. Danis mulai berjalan pelan dan kadang berlari dan menghasilkan suara seperti kendaraan dari mulutnya.






08 Juli, 2021.

❝Kamu mau cokelat atau diangkat?❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Kamu mau cokelat atau diangkat?❞

Cornelia Street ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang