Bagian 1 , Hujan

431 33 1
                                    

Tsukishima meneguk minuman yang dibelinya ketika pergi ke kantin. Cuaca hari ini mendung dan tentunya hujan akan segera turun beberapa menit lagi. Di depannya laki-laki dengan surai hijau gelap membuka jendela dan merasakan air mulai turun dari langit setetes demi setetes.

"Tsukki, hari ini hujan. Sepertinya turun deras, kau bawa payung?"

Yamaguchi Tadashi menoleh ke arah laki-laki pirang berkacamata yang statusnya adalah "sahabat sejak kecilnya", Tsukishima Kei.

"Tentu saja bawa,"

Yamaguchi tersenyum cerah karena biasanya Tsukishima selalu lupa jika masalah payung, apalagi bulan ini adalah musim penghujan. Tiga puluh menit setelah percakapan payung hujan turun deras saat pelajaran bahasa diajarkan.

Konon jika kamu sedang sedih dan hujan datang maka kesedihan itu bisa larut dalam hujan dan kamu merasa damai lalu merasa mengantuk hingga akhirnya tertidur. Hujan itu menyerap kesedihan mereka lalu pergi. Suara rintik di setiap ketukan yang dihasilkan air dari langit itu menghasilkan irama yang membuatmu nyaman dan mengantuk. Orang-orang menyukai itu. Jadi, apa kau juga menyukai itu? Kei?

Yamaguchi sesekali melirik Tsukishima yang berada di samping bangkunya sambil bertanya-tanya, apakah ia menyukai hujan? Pikirannya kalut hingga jam pelajaran usai. Hari ini tidak ada latihan karena ruangannya sedang di renovasi. Yamaguchi yang kebetulan sedang dimintai tolong oleh temannya untuk mengumpulkan buku ke ruang guru memberitahu Tsukishima untuk pulang duluan karena hari ini juga jadwal ia melakukan piket kelas. Tsukishima hanya mengiyakan dan pergi dari kelas.

Laki-laki rambut hijau gelap itu segera menuruni tangga setelah selesai dengan semuanya.

"Eh? Payungku.. oh aku terburu-buru menuju sekolah sampai lupa bawa payungku! Hujan masih deras,"

Dilihatnya kiri kanan tidak ada seorangpun, sepertinya ia murid terakhir yang baru saja keluar dari sekolah. Tsukishima pasti juga sudah pulang karena anak itu tak terlalu suka seragamnya basah kuyup. Yamaguchi menghela napas kasar, ia menggunakan tas nya sebagai payung lalu berlari tak peduli hujannya masih deras tapi suasana sekolah jika sepi tak bersuara juga seram, pikirnya. Tapi ia juga lega sahabatnya itu pulang dengan selamat tanpa harus kebasahan seperti dirinya. Baru saja ia sampai di pertigaan dekat rumahnya sesuatu tengah menabrak dirinya beruntung sebuah tangan menariknya jadi tidak terjatuh.

"Maaf! Aku tidak sengaja menabrak- Tsukki?!"

"Diam Yamaguchi, ayo pulang,"

"Hehe gomen Tsukki, tapi kenapa belum pulang?"

"Seorang gadis 'penguntit' yang sedari tadi mengikuti di sekolah berdiri di pertigaan. Dia terlihat seperti hantu payung daripada manusia,"

Yamaguchi hanya tertawa kecil ketika Tsukishima bercerita. Benar saja, gadis dengan rambut panjang tengah memegang sebuah amplop merah muda kecil dengan gambar bunga di sisi kanan bawahnya. Wajahnya memerah ketika melihat Tsukishima.

"Turunkan tas mu, kau terlalu jauh Yamaguchi,"

Yamaguchi hanya menurut dengan bahunya yang ditarik untuk mendekat agar tak kena air hujan lebih lama. Tsukishima tetap melihat ke depan sedangkan si gadis tampak terkejut, Yamaguchi hanya diam bingung dan tidak memikirkannya. Perlakuan Tsukishima yang dianggap orang-orang seperti orang berpacaran ditangkap Yamaguchi sebagai sebuah perlakuan biasa. Pasalnya mereka berdua sudah bersama sejak kecil dan perhatian-perhatian seperti itu tidak pernah menimbulkan rasa suka yang berujung ingin memiliki.

Hujan bisa mendatangkan kebahagiaan, menenangkan, menghancurkan, dan juga bisa mendatangkan memori baru untuk siapa saja.

Memories (Tsukkiyama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang