Tsukishima duduk melihat jendela dengan headphone yang setia menempel di telinga. Tak ada musik yang diputar, hanya sekedar menempelkan saja karena suasana kelasnya sudah berisik. Ketika semua sibuk berkumpul berencana untuk mengunjungi tempat wisata saat liburan musim panas ia memilih diam di rumah, tidak ingin lebih hanya melihat warna dan membuat memori menyenangkan.
"Tsukki lihat! Aku membawakan kue coklat dengan beberapa stroberi di atasnya, hari ini kantin sangat ramai." Yamaguchi menaruh kue yang ia dapat lalu duduk tepat di depan Tsukishima, laki-laki itu hanya mengabaikannya. Baru saja Yamaguchi akan memulai pembicaraan sebuah telepon masuk.
"Halo?"
"Yoo my bestie Yamaguchi-kun, ada rencana akan pergi kemana liburan musim panas ini?"
"Hmm belum, aku tidak punya rencana Terushima,"
"Bagaimana jika ke Tashirojima? Aku akan mengajak anak klub Johzenji lainnya. Oh! Jika digabung dengan klub Karasuno seperti menyenangkan!" Yamaguchi sedikit tertawa, ia baru sadar jika Terushima orang yang lumayan cerewet apalagi jika membahas hal yang berhubungan dengan bersenang-senang seperti ini. Tsukishima yang melihat merasa sedikit kesal lalu pergi keluar kelas.
"Tsukki, mau kemana?"
"Cari udara,"
Setelah melihat temannya pergi tanpa merasa khawatir ia melanjutkan obrolannya dengan Terushima, sedangkan Tsukishima menuju taman belakang sekolah dan kembali menangis dengan air mata secerah bintang, terkadang juga suara kristal yang dihasilkan mengundang beberapa burung pipit bertengger di sekitarnya. Semakin hari laki-laki pirang itu semakin sering menangis dan kehilangan nafsu makannya. Bahkan kue stroberi favoritnya lebih terasa pahit daripada manis. Yang terparah adalah memori ingatannya tentang masa-masa bersama Yamaguchi saat kecil benar-benar hilang dan sulit untuk mengingatnya.
*****
"Tsukki liburan nanti mau pergi bersama Terushima dan yang lainnya ke-"
"Tidak."
"Aku belum selesai bicara,"
"Aku sudah mendengarnya, aku menolak."
Tsukishima melanjutkan perjalanan pulang bersama Yamaguchi. Setelah beberapa menit dilanda keheningan Yamaguchi mendengar suara kristal. Ia yakin betul jika tidak ada benda seperti itu di sekitarnya hingga ia menoleh ke arah samping. Kedua mata Tsukishima yang menyipit mengeluarkan air mata secerah bintang yang agak redup tentu saja membuatnya terkejut menutup mulutnya yang sedikit terbuka, baik cepat ataupun lambat Yamaguchi pasti mengetahuinya jadi ia hanya tutup mulut berusaha mengabaikan.
"Tsukki.."
Tsukishima memeluknya cepat, kembali terkejut ia hanya diam lalu mengusap punggung lebarnya dengan raut wajah yang bingung apa yang harus ia lakukan.
"Biarkan tetap seperti ini, sekali saja."
Lelaki kacamata itu memeluk seakan hari itu adalah hari terakhir sebelum ia menghilang. Tsukishima melihat rambut Yamaguchi yang berwarna hijau pucat sekarang seperti berwarna biru tua, mata yang hijau kecoklatan seperti hijau pucat yang ia lihat waktu itu. Semuanya berubah dan ia menyadari itu. Ia segera melepas pelukannya lalu lanjut berjalan. Disaat itu Yamaguchi yang sekilas melihat mata Tsukishima merasa bahwa temannya itu sedang menahan sesuatu, raut wajah yang tampak seperti putus asa tapi juga menyembunyikan rasa takut.
Setelah mereka berpisah di pertigaan Yamaguchi masih memikirkan Tsukishima, apa yang terjadi dan bagaimana cara ia berbicara tanpa merusak mood nya. Ponselnya berdering menampilkan nama Akaashi Keiji di layar.
"Halo Akaashi-san?"
"Oh halo Yamaguchi apa aku menganggu waktumu?"
"Tidak juga, aku baru saja pulang,"
"Ah baguslah. Ada yang ingin ku bicarakan. Ini mengenai Tsukishima,"
Akaashi memberikan lokasi tempat bertemu lewat pesan. Kebetulan tempat mereka bertemu adalah cafe yang pernah ia masuki bersama Tsukishima saat perjalanan pulang. Yamaguchi bergegas menuju cafe tersebut, sepuluh menit ia habiskan untuk berjalan menuju cafe lalu segera masuk. Mata lebarnya mencari sosok Akaashi sampai akhirnya ia menemukannya tengah menyeruput kopi dengan buku novel bersampul hitam di atas meja. Yamaguchi menyapa lalu duduk di depannya. Akaashi segera menghentikan aktivitas membacanya.
"Bagaimana keadaan Tsukishima?"
Keadaan? Apa dia sakit? Yamaguchi membatin.
"Kurasa Tsukki baik-baik saja, akhir-akhir ini ia terlihat lebih suka diam dan mengabaikan daripada menjawab.. dan juga ada suara kristal ketika ia menangis,"
"Sudah kuduga," laki-laki berambut hitam itu menghela napas lalu mulai menjelaskan gejala apa yang terjadi tanpa memberitahu bahwa Tsukishima menyukai Yamaguchi. Ia ingin di jangkung itu menyatakan perasaannya sendiri. Yamaguchi yang mendengarkan terlihat sedikit panik namun ia berusaha untuk tetap mendengarkan Akaashi.
"Baiklah terimakasih Akaashi-san! Aku ini tidak berguna sekali karena selama ini aku tidak tahu hal ini,"
"Jangan salahkan dirimu. Tsukishima hanya ingin kau tidak menjauh darinya sekalipun ia kesulitan dalam melihat warna. Kau ini sahabatnya kan," Akaashi menepuk pelan pundak Yamaguchi dan dibalas dengan senyum tipis serta anggukan kepala.
Setelah pembahasan mengenai Tsukishima mereka berdua membicarakan hal lain mulai dari kehidupan Akaashi di Tokyo, pertandingan voli yang sering saja diadakan hingga keseharian mereka berdua. Karena Akaashi yang terus fokus pada buku dan pertandingan voli, mengobrol bersama Yamaguchi membuatnya sedikit rileks. Di akhir pembicaraan ia mengajak Yamaguchi untuk membawa Tsukishima pergi ke Matsushima ketika liburan musim panas nanti. Awalnya ia sedikit ragu tapi ketika Akaashi berkata mereka berdua akan pergi bersama dia dan Bokuto Yamaguchi terlihat lega.
"Yah, bukankah ini seperti double date? Aku dengan Bokuto-san sedangkan kau dengan Tsukishima."
"Haha Akaashi-san pasti bercanda,"
"Tentu saja aku bercanda..."
"... Meski sebenarnya kalian berdua ini sangat serasi,"
Yamaguchi menyemburkan air yang ia minum, Akaashi hanya tertawa. Setelah dirasa waktu yang digunakan sudah Yamaguchi segera pamit untuk pulang. Akaashi masih setia di tempat duduknya sambil memperhatikan Yamaguchi yang terlihat salah tingkah dari luar halaman cafe, setidaknya ia harus berusaha mendekatkan dua orang ini bukan.
Setelah puas bertemu Yamaguchi segera menelpon Tsukishima memberitahu bahwa Akaashi mengajak mereka berdua pergi ke Matsushima. Meskipun si jangkung itu menolak ia akan tetap dipaksa, terlebih lagi akan ada Bokuto yang mempunyai tenaga seperti tidak ada habisnya. Ia menyetujui ajakannya dan setelah itu mereka berdua segera menutup percakapan, masing-masing memutuskan untuk segera beristirahat dan mengisi tenaga untuk hari esok.
____________________
Note :Tashirojima
Tashirojima atau Pulau Kucing sebenarnya merupakan sebuah pulau yang berada di timur laut Prefektur Miyagi. Disebut Pulau Kucing karena di pulau tersebut lebih dari 100 kucing liar tinggal di pulau ini melebihi jumlah penduduk manusia yang hidup di pulau tersebut yaitu sekitar 80 orang sehingga ini disebut surganya para kucing.Matsushima
Matsushima adalah salah satu tempat wisata di Prefektur Miyagi terindah dimana pemandangannya terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil.Sumber : https://matcha-jp.com/id/7757
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories (Tsukkiyama)
FanfictionHari yang biasa dijalani dua sahabat ini berjalan baik-baik saja hingga akhirnya gejala langka datang menyulitkan hari yang dirasa semakin buruk bagi Tsukishima dan Yamaguchi. Diawali dengan kondisi mendung dan diakhiri dengan angin yang bertiup pel...