Bagian 2 , Lagu

255 31 0
                                    

Setelah melewati hujan deras, dua laki-laki itu sampai di rumah Yamaguchi. Parahnya hujan semakin deras disertai gemuruh petir.

Yamaguchi refleks menarik Tsukishima ke dalam rumah dengan racauan acak yang ia lakukan setiap kali melihat kilatan petir.

"G-gomen Tsukki aku tak bermaksud membuat seragam mu basah karena aku basah kuyup atau apapun!"

"Tak apa. Aku akan disini hingga hujan reda,"

"Tapi.. kupikir hujannya terlalu lebat, seperti hingga malam. Mau menginap?"

"Ide bagus, aku bosan di rumah,"

Ia menghela napas lega, lalu segera masuk ke dalam mencarikan beberapa baju ganti yang sekiranya muat dipakai Tsukishima. Melihat postur tubuh yang tingginya hampir 190cm itu ia sedikit kesusahan hingga menemukan satu baju yang tahun lalu ia beli tapi ternyata terlalu besar untuknya.

Ia segera memberikan baju pada Tsukishima agar tidak terlalu lama menggunakan seragam setengah basah itu. Awalnya lelaki garam itu menolak mentah-mentah karena baju nya terlihat aneh dan tak menarik, tolakan tak masuk akal itu akhirnya dipatahkan dengan tubuhnya yang terlihat sedikit menggigil karena dingin. Yamaguchi tanpa pikir panjang mendorongnya ke dekat kamar mandi, meletakkan baju di kedua tangan Tsukishima lalu pergi untuk melakukan hal lain.

"Terimakasih sudah dipinjamkan kamar mandi. Apa yang kau lakukan, Yamaguchi?"

Dilihatnya orang itu tengah menggeledah isi tasnya dengan kipas angin mengarah ke tas miliknya. Jawabannya sudah jelas terlihat, ia sedang mengeringkan beberapa buku yang basah karena hujan, tentunya headphone putih Tsukishima yang selalu ia bawa. Ia mengambil lalu mencoba menggunakan, masih bisa.

"Bagaimana, Tsukki?"

"Tidak rusak,"

"Syukurlah, aku sempat khawatir karena itu barang kesayanganmu,"

"Tak ada yang perlu dikhawatirkan,"

"Benar,"

"Benar tidak ada yang perlu di khawatirkan?"

Pertanyaan Tsukishima sempat membuat Yamaguchi bingung hingga ia baru menyadari yang dimaksud Tsukishima adalah tasnya sendiri. Tas nya jauh lebih parah karena seluruh isinya benar-benar basah karena hujan. Beruntungnya besok hari libur jadi ada waktu untuk mengeringkan. Tsukishima yang melihat kepanikan temannya mengabaikan momen itu memilih mendengarkan lagu dari headphone.

"Lagu apa yang kau dengarkan?"

Yamaguchi berada di atas kasur, membelakangi Tsukishima yang sedang duduk di lantai bersandar pada kasurnya. Ia cukup bosan setelah membaca beberapa komik sambil menunggu hujan reda. Tsukishima hanya diam lalu memasangkan headphone di kepala rambut hijau gelap itu.

"Hm.. know me too well?"

"Kau bahkan sudah tau meski itu baru intro lagunya,"

"Aku pernah mendengarnya saat Hinata mengepel ruang latihan lalu bertengkar dengan Kageyama karena berisik,"

"Mereka berdua sama bodohnya,"

Yamaguchi kembali mengambil komiknya lalu membaca dengan headphone putih yang masih setia berada di kepalanya. Ia berbaring di kasur, kepalanya berada di bahu Tsukishima membuat si pemilik bahu menoleh memperhatikan yang tengah bernyanyi pelan sambil fokus pada komiknya. Hingga pada saat dimana Yamaguchi merasa diperhatikan mata mereka bertemu.

Ditemani suara rintik hujan yang mengetuk jendela, suasana hangat dari rumah Yamaguchi, suara bising dari kipas angin yang tak mau kalah dari rintik hujan dan juga dua gelas teh panas di meja belajar yang menambah kesan nyaman mereka berdua tanpa sengaja memandang mata satu sama lain. Mata hijau kecoklatan yang disinari lampu kamar yang terang dan mata kuning yang tampak gelap karena menunduk menghindari lampu kamar yang menyilaukan.

Memories (Tsukkiyama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang