Bagian 10 , Frustasi

132 19 0
                                    

Ketika hari sudah semakin malam semua memutuskan untuk pulang hingga menyisakan Tsukishima dan si tuan rumah. Sebenarnya ia ingin pulang tapi melihat Yamaguchi yang sepertinya masih kewalahan memutuskan dia untuk tetap bersama. Berkali-kali Tsukishima mencoba untuk mengedipkan bahkan mengusap matanya berkali-kali ketika beberapa benda yang ia lihat warnanya berbeda dengan yang biasa ia lihat, sebelumnya ia sempat kembali mengalami Star Tear lagi karena melihat kedekatan Yamaguchi dengan Terushima yang lebih sering suka bercanda.

"Tsukki, tidak mau makan jeruknya?"

"Jeruk?"

Ia melihat sebuah piring yang dipenuhi buah bulat dengan aneh. Bukan bentuknya, melainkan warnanya. Tsukishima sedikit frustasi lalu memilih menggeleng pelan.

Ah, kutukan ini mulai menyakitkan.

Setelah dirasa semua selesai ia berpamitan untuk pulang. Dalam perjalanan sekalipun ia terkejut dan panik tidak ada gunanya, Tsukishima terus berjalan tanpa bicara atau bergumam tentang hari ini sedikitpun, Star Tear yang menimpanya sudah cukup melelahkan untuknya.

*****

Kembali memasuki sekolah adalah hal yang diinginkan Yamaguchi setelah dua minggu menetap di rumah sakit. Lengannya yang patah kini sudah tidak terasa sakit lagi, hanya rasa nyeri yang mampir jika terlalu digunakan. Untuk satu hari ini ia harus berangkat sendiri karena Tsukishima sedang beralasan kurang sehat, ia melanjutkan aktivitasnya di sekolah dengan tenang.

Sementara di kediaman Tsukishima . .

"Kei ada temanmu,"

"Suruh masuk saja,"

Akiteru membukakan pintu untuk Akaashi. Ia membawa sebuah kotak yang berisi makanan dan juga beberapa buku. Tsukishima yang sedang meringkuk berbalut selimut dengan mata yang sembap mengintip dari balik selimut dan segera duduk di sampingnya.

"Jadi, kau sakit?"

"Tidak juga. Hanya alasan agar tidak masuk,"

"Kenapa begitu,"

"Aku khawatir jika air mata sialan ini tidak bisa berhenti," ucap Tsukishima yang sedang mengelap wajahnya dengan tisu basah.

Awalnya Akaashi berpikir untuk membujuk Tsukishima agar segera melupakan perasaannya pada Yamaguchi, tapi manusia mana jika disuruh melupakan ia akan langsung lupa di saat itu juga? Bukannya lupa ia yang sedang dibujuk malah akan semakin mengingatnya. Akaashi masih berpikir hingga saat itu juga Tsukishima mengeluh ia makin sulit untuk membedakan beberapa warna. Akaashi langsung teringat dengan buku yang ia bawa, buku untuk mengetes warna.

Mereka berdua mencoba untuk menggunakan bukunya tapi keadaan semakin buruk, laki-laki berkacamata itu makin frustasi dan memilih untuk melakukan hal lainnya. Akaashi hanya diam menatap layar ponselnya hingga sesuatu terlintas di pikirannya.

"Tsukishima, apa kau masih ingat kejadian ketika kau masih kecil? Ketika bersama Yamaguchi mungkin,"

Tsukishima yang sedang makan onigiri yang dibawa Akaashi menoleh mencoba mengingat-ingat dan hasil yang ia peroleh nihil. Matanya melebar, kepanikan seperti melanda dirinya disaat itu juga, tangannya sedikit gemetar ketika memegang lengan Akaashi.

"A.. Akaashi-san, aku tidak bisa mengingatnya... Aku tidak ingat awal pertama kali aku bertemu Yamaguchi,"

"Aku harus bagaimana?"

Akaashi sedikit terkejut tapi ia tetap mencoba tenang. Ia memenangkan Tsukishima yang tengah panik, baru kali ini ia melihat orang di depannya panik setengah mati seakan seseorang akan datang membunuhnya tepat di bawah rumah ini. Akaashi memeluknya mengusap punggungnya sedangkan Tsukishima masih dengan kepanikannya, namun karena Akaashi yang sabar berusaha menenangkannya laki-laki pirang itu mulai mengatur napasnya pelan dan kembali tenang.

"Kita akan segera menemukan jalan keluarnya, aku akan membantumu."

Percuma. Satu pikiran negatif yang terlintas si pikiran Akaashi. Karena sekeras apapun ia mencari solusi dari Star Tear pada akhirnya semua yang ia lakukan percuma dan Tsukishima tetap dengan penglihatannya yang sekarang, tapi setidaknya ia harus mencari cara lain untuk tetap membuat Tsukishima berhenti panik dan terlihat baik-baik saja ketika ia beraktivitas dengan teman-temannya.

Akaashi meninggalkan beberapa buku untuk Tsukishima berupa manga dan novel lalu pergi keluar dari kamarnya. Secara kebetulan ia berpapasan dengan Akiteru yang baru saja akan masuk kamar adiknya untuk mengantarkan makan siang, Tsukishima sendiri memilih kembali tidur setelah Akaashi pergi, berusaha melupakan apa yang sedang terjadi. Akaashi berpamitan dengannya setelah itu ia segera menggunakan sepatunya lalu bergegas kembali setelah Konoha menelponnya untuk segera kembali.

Jujur saja ia merasa bersalah karena memberi harapan yang tak mungkin ada untuk Tsukishima tapi hanya itu satu-satunya jalan untuknya tetap bertahan.

Memories (Tsukkiyama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang