"Cemburu, pak?"
Sehun langsung menoleh dan membulatkan matanya. Apa kata Seulgi barusan? Cemburu? Big No! Sehun membuang pikiran dan perasaannya jauh-jauh.
"Enggak." Sehun menggeleng mantap.
"Enggak gimana, sih? Sikap bapak aja kaya cemburu."
Tapi ya emang, barusan banget Sehun nunjukin kalau dia bener-bener cemburu sama temennya Seulgi. Tapi Sehun nggak cemburu--- cuma kesel?
"Enggak." Jawab Sehun lagi. Seulgi ketawa ngakak.
Tuh kan, cantik banget.
"Udah cepet makan, Gi. Abis jalan-jalan kan mau beres-beres lagi."
Setelah makan, Seulgi, Sehun dan Sean langsung menuju tempat wisata yang direkomendasiin Seulgi. Kata Seulgi, sekarang banyak tempat parkir palsu karena tempat parkir wisata begitu sangat penuh. Biasanya warga sekitar yang menawarkan untuk parkir di tanah atau rumah miliknya dengan bayaran yang bisa membuatnya jantungan.
Sehun awalnya nggak masalah, tapi Seulgi tetep kekeuh untuk mencari parkiran di tempat wisata walaupun mungkin agak lama menunggu.
"Tuh kan, tadi parkir di bawah aja." Ucap Sehun sambil menatap kedepan.
"Hadeeeeeh, nanti kalo dimintain seratus lima puluh ribu gimana?" Jawab Seulgi sedikit ngegas. Bossnya ini emang batu, padahal Seulgi yang paling tau Bandung.
"Berantem terus, sih." Ucap Sean di bangku belakang. Sehun dan Seulgi langsung melirik ke Sean dibelakang.
"Aunty, tuh."
"Daddy kamu, tuh."
Ucapnya bersamaan.
"Sean pusing denger daddy dan aunty berantem, mau cepet-cepet turun!" Kata Sean memasang wajahnya memelas.
"Sabar sayang, dikit lagi." Jawab Sehun masih menggenggam setir mobilnya. Sehun terus memperhatikan parkiran yang kosong sampai akhirnya Sehun menemukannya. "Tuh!"
Mereka bertiga langsung bersiap-siap untuk turun dan mereka harus berjalan cukup jauh untuk masuk kedalam karena tempat parkir yang mereka dapat cukup jauh.
Sehun menggandeng tangan kanan Sean, sedangkan Seulgi menggandeng tangan Sean sebelah kiri. Mereka jalan bersamaan. Selalu seperti ini, selalu terlihat seperti keluarga bahagia.
"Menurut bapak gimana soal lomba dance?" Tanya Seulgi kepada Sehun.
Sehun menoleh, "Ikut aja menurut saya."
Mata mereka saling menatap, "Saya besok mulai latihan, pulang cepet nggak apa-apa kan jadinya?"
"Nggak apa-apa, Gi. Orang tua sama adik saya besok udah sampe rumah kok." Jawab Sehun. "Saya bisa nitip Sean kesana. Kamu mulai latihan jam berapa?"
"Jam empat atau jam limaan si, pak." Jawab Seulgi.
Sejujurnya Seulgi merasa aneh harus meminta izin kepada Sehun seperti ini. Tapi bagaimanapun juga Sehun sekarang adalab majikannya, jadi dia memang harus izin kepada Sehun.
"Saya masih bingung kalo kamu dapet kerja, babysitter Sean siapa ya?" Ucap Sehun.
"No, aunty nggak boleh berhenti." Jawab Sean dengan cepat.
Seulgi mengelus kepala Sean sambil tersenyum, "Kan ada grandma dan grandpa. Terus juga ada yang bantu-bantu dirumah grandpa grandma." Lanjutnya.
Sean cemberut, "nooooo aunty!"
Seulgi dan Sehun tertawa. Sama seperti Sean, sebenarnya Sehun nggak rela ngelepas Seulgi dan berhenti menjaga Sean. Tapi Sehun bingung, antara dia takut karena harus mencari babysitter baru atau karena ia memang benar-benar nggak rela kalau harus nggak ada Seulgi?

KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA [next chapter]
Fanfichidup seulgi tidak lagi tenang ketika bertemu duda satu ini [next chapter 9 dan seterusnya] seulhun stories.