author pov
"hai, arunika."
gadis itu tersenyum, sembari menopangkan kedua tangan pada atas meja untuk memangku wajahnya dan menatap jennie dengan raut muka tersenyum jahil.
"lisa, nama gue jennie. bukan arunika!" balasnya cepat.
hampir saja sumpit pada mangkuk itu jennie lemparkan kearah lisa jika saja gadis itu tidak dengan cepat menghindar, mungkin ia akan meringis kesakitan. tapi lihatlah sekarang, lisa justru tertawa cekikikan melihat sahabatnya yang kesal.
inilah mereka, yang sudah bersahabat sejak awal masuk sekolah menengah pertama, hingga sekarang keduanya sudah memasuki dunia perkuliahan. tidak pernah tidak bertemu satu haripun, jennie dan lisa begitu sering berbagi canda dan tawa, juga suka duka.
keduanya terlahir dari keluarga yang berlatar belakang sama, hal itu membuat persahabatan jennie dan lisa semakin mengerat. apalagi pada setiap hari yang mereka lalui, selalu ditambah dengan sifat-sifat usil yang lisa miliki, juga suara tawa indah dari jennie.
tak ada satu haripun mereka merasa bosan, walau menjalin persahabatan hanya terdiri dari dua orang, tapi dengan itu justru bisa membuat jennie dan lisa semakin mudah dalam mengenal lebih jauh satu sama lain.
lisa lalu menggeser duduknya untuk duduk tepat disamping jennie.
"makalah lo udah selesai?" tanya jennie, tepat menoleh pada gadis disampingnya.
"iya, udah." lisa mengangguk, dan tersenyum.
"ngeprint dimana?" tanya jennie lagi dengan heran.
"nitip irene."
setelah mengenali gerakan mulut yang gadis tinggi itu katakan padanya barusan, membuat jennie beberapa detik kemudian langsung merubah raut muka menjadi ber-oh paham dan berhenti bertanya.
"jennie"
"hm?"
"liat lunar yuk?" ajak lisa.
"mie ayam gue belum abis, mau bantu ngabisin ga?"
lisa menggeleng sembari terkekeh merasa lucu. ketika matanya menatapi jennie yang sedang melanjutkan acara makan, tangan lisa terangkat, memperbaiki sekitaran anak rambut jennie yang terurai, sebab itu menutupi sebagian pemandangan indah yang bisa lisa lihat.
ia lalu menopangkan kembali sebelah tangan kanan, membuat wajah lisa kini total menghadap jennie.
"lo tuh keseringan makan malem-malem gini, pantes badan lo tambah gendut." tutur lisa.
jennie menoleh, mulutnya ingin memprotes namun ia urungkan. karna apa yang lisa katakan memang benar, jennie sendiri juga merasa bahwa tubuhnya akhir-akhir ini memang terlihat lebih berisi.
"daripada lo, kurus" balas jennie acuh.
"dih gue ga kurus, gue ini ciri-ciri tubuh yang berotot"
"berotot dari mana? perut lo aja rata gitu, lengan lo juga ga ada bisepnya, malah lebih keliatan kaya tulang doang."
"jennie mah body shaming"
bibir lisa lalu berpura-pura cemberut, yang berhasil membuat jennie terkekeh dengan gemas dan malah menjulurkan lidahnya, meledek.
"gue punya panggilan baru deh buat lo jen"
"udah bosen manggil arunika?"
"ngga, tapi kali ini lebih lucu."
"apa emang?"
lisa tersenyum sebentar, sebisa mungkin ia juga melipat kedua bibir guna menahan suara tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA - JENLISA ✔
General Fiction❝ Karena Jennie adalah segala bentuk arunika terindah, yang pernah Lisa lihat. ❞