author pov
"arunika."
"apa?"
"aku nyesel"
"nyesel kenapa?"
"harusnya aku udah ngungkapin perasaan ini dari dulu." lisa melirih tersenyum.
kedua kakinya yang tadi sedang berjalan lalu melangkah lebih cepat dan berhenti tepat pada hadapan jennie. lisa merentangkan kedua tangan dengan sengaja. juga tak memperdulikan bisingnya lalu-lalang kendaraan yang melaju pada jalanan raya disana.
seolah tanah yang mereka pijak saat ini adalah milik keduanya, lisa tanpa permisi memeluk tubuh jennie. dan pandangan jennie terangkat, menatap sorot teduh mata lisa dengan kedua ujung bibir yang melengkung tersenyum manis kearahnya.
lisa juga mengusapkan telapak tangan pada bahu gadis yang sedang berada dalam pelukkannya tanpa memprotes.
ada perasaan yang sudah tak asing untuk kesekian kalinya jennie rasakan kembali. debaran yang menyenangkan, serta kupu-kupu yang saling menari pada tubuh jennie, merasakan kebahagiaan yang begitu besar jennie bendung dalam benaknya.
apalagi ketika ditatapnya, wajah lisa penuh senyuman sambil menikmati usapan-usapan pelan yang lisa berikan.
tubuh keduanya menyatu, bersamaan dengan lisa yang mendekat untuk berbisik, mengucapkan beberapa kata perumpamaan yang membuat jennie terkekeh sendiri, merasa lucu.
"sayang" bisik lisa lagi.
"hm?"
"kamu tau? apa yang paling besar di dunia ini?"
"samudra?"
lisa menggeleng tersenyum, masih dengan memeluk tubuh jennie lalu sedikit melonggarkannya untuk bisa menatap mata indah yang jennie miliki.
udara malam yang menyelimuti keduanya, bukanlah menjadi suatu penghalang untuk mereka terus saling bertemu tatap pada sorot mata penuh binar rasa suka.
lisa menurunkan pandangan pada bibir jennie, namun hanya sebentar, lalu matanya beralih lagi pada netra jennie. gadis yang kini sudah berganti status, menjadi kekasihnya.
walaupun begitu, ikatan persahabatan antara keduanya tetap terjalin erat tanpa ada rasa canggung. justru malah semakin membuat lisa lebih berani, mencuri setiap ciuman singkat pada kedua pipi mandu milik jennie.
"terus apa?" tanya jennie bingung.
"yang paling besar di dunia ini adalah, rasa sayang yang aku punya buat kamu."
sebelum jennie ingin menyahut, gadis tinggi itu menggeleng sembari menaruh satu jari telunjuknya pada bibir jennie, mengisyaratkan jennie untuk diam lebih dulu.
"mungkin kalimat itu emang udah basi, termasuk kalimat murahan yang udah sering orang lain denger"
"tapi percaya, ketika aku ngucapin kalimat itu dengan berani ketemu tatap sama mata indah kamu, disana kamu bisa ngeliat betapa seriusnya aku, sama apa yang aku bilang." lanjut lisa.
tangannya melepas pelukan, menggantikannya dengan sebuah ggenggaman pada kedua tangan mereka dan berakhir mencium pelipis jennie sembari memejamkan mata.
jennie pun sama, kedua netra miliknya terpejam. menikmati bibir lisa yang kini menyentuh pas pada permukaan pelipis jennie, dengan begitu lembut. membuat tubuh jennie lagi-lagi merasakan desiran hangat yang menyenangkan.
lisa perlahan menjauh, tanpa melunturkan senyuman juga masih memusatkan fokusnya pada jennie.
"mulai sekarang, aku bakal panggil kamu sayang lewat kata arunika."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA - JENLISA ✔
General Fiction❝ Karena Jennie adalah segala bentuk arunika terindah, yang pernah Lisa lihat. ❞