author pov
"arunika."
sebuah suara indah mengalun, menyapa indra pendengaran jennie. yang bisa ia tebak siapa pemilik suara indah itu, jennie lantas menoleh kebelakang, dan menggeser duduknya sedikit kesamping, juga memberikan tempat untuk lisa duduk.
"lagi ngapain? ngelamun?" lisa bertanya lagi.
jennie tak membalas dengan suara, hanya mengangguk pelan dengan tersenyum kearah lisa.
memandangi hamparan lapangan yang luas penuh dengan tumbuh-tumbuhan ilalang. dan menikmati semilir angin yang menerpa helaian rambut keduanya, karna sama sama terurai.
lisa lalu mengubah duduk, dengan memeluk kedua lututnya dan menarik nafas dengan dalam. kedua netra miliknya beralih menatap jennie dari samping, gadis cantik itu lebih banyak diam hari ini.
"lisa."
"hm?"
jennie menatapnya, menatap raut wajah lisa yang kini juga sedang tersenyum kearahnya.
"apa cita-cita yang pengen banget lo raih?"
"ga ada."
mendengar jawaban yang kelewat santai, serta gelengan kepala dari lisa, membuat kedua alis jennie terangkat bingung.
dari sekian banyak hal yang mengganggu pikirannya saat ini, jawaban lisa barusan jelas telah berhasil mendominasi segala rasa penasaran yang ada pada jennie.
"tau ga kenapa?" lisa menawari pertanyaan untuk ia jawab dan jennie mengangguk.
"kenapa?"
netra tajam dan indah yang tadinya menatap jennie, kini berpendar kearah padang ilalang yang berayun-ayun di lapangan sana. lisa terdiam sejenak, menampilkan sebuah senyuman tipis sembari ia berbicara kembali.
"dalam selama hidup yang gue jalanin, gue cuma butuh kebahagiaan. cukup bahagia sederhana, yang bisa bikin gue senyum untuk hari ini. semua itu bagi gue, udah lebih dari sekedar cita-cita besar yang pengen gue raih."
senyuman itu kian tercipta, bersamaan kedua mata obsidiannya yang beralih melihat kearah jennie, lagi.
gadis berpipi mandu itu juga ikut membalas senyuman, tapi tak bertahan lama ketika ia memutuskan lebih dulu tatapan dari kedua netra milik lisa.
jennie menghela nafas, menyisir sebagian rambutnya yang menghalangi pandangan dan ia selipkan helaian rambut itu pada belakang telinganya sendiri.
"tuturan lo enak buat didenger, tapi ngga enak buat dijalanin." ucap jennie.
lisa balas terkekeh, dan mengangguk setuju.
"terlepas dari bahagia sederhana itu, kita ya juga masih makhluk sosial yang butuh duit, pendidikan sama pekerjaan." lisa membalas.
"jadi, apa yang ngebikin lo ngejawab lo cuma butuh kebahagiaan?" mata jennie menatapnya.
"karna lo."
"gue?"
"iya."
ada keheningan yang sekian detik tercipta dari keduanya. bersamaan dersik angin yang berhembus, tangan lisa terangkat untuk menyentuh tangan kanan jennie dan ia usap pelan menggunakan ibu jari miliknya.
"dari sekian banyak jawaban yang pengen gue jabarin buat pertanyaan lo, semuanya ga bisa keluar dari mulut gue. ketika mata lo, ketemu tatap sama mata gue." lisa melirih tersenyum.
"bahagia sederhana yang gue maksud adalah; kaya sekarang. kita duduk berdua, ngomongin sesuatu yang punya makna dan saling ngebuka beban pikiran yang kita simpen." lanjut lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA - JENLISA ✔
General Fiction❝ Karena Jennie adalah segala bentuk arunika terindah, yang pernah Lisa lihat. ❞