tujuh

3.9K 869 87
                                    

author pov

"arunika."

"apa?"

"setiap ngedenger kamu nyaut 'apa?' dan sambil natap ke aku, thats when i started to fall in love with you."

"udah?"

"apanya?"

"ngegombalnya"

"belum." lisa lalu menggeleng penuh senyum.

ia ambil satu tangan jennie untuk ia genggam dan lisa taruh pada atas meja, tanpa perduli tatapan menggoda dari si mbok penjaga warung, yang juga duduk tak jauh dari mereka.

sebetulnya, mereka baru saja pulang sehabis dari kuliah. berhenti sebentar pada warung mbok karna sama sama merasa lapar. dan keduanya juga sepakat untuk istirahat sebentar dengan duduk pada bangku bagian ujung.

membuat si pemilik warung ikut terkekeh sendiri melihat bagaimana interaksi jennie dan lisa yang begitu saling menggemaskan dan mesra.

pada meja yang ada di depan mereka, kini hanya tersisa dua cangkir minuman yang tinggal setengah. matahari yang mulai beranjak memantulkan cahaya panas disana membuat keduanya benar-benar malas untuk pulang.

dan si mbok, perempuan yang sudah berumur sekitar lima puluh tahunan keatas itu, selalu mengijinkan dan memberikan ruang khusus untuk keduanya.

tak jarang juga menggratiskan harga makanan untuk lisa dan jennie, saking sayangnya ia pada dua gadis muda yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

namun keduanya hanya tersenyum, menolak dengan halus dan memilih untuk menawarkan kepada si mbok, lebih baik mengasihkannya kepada orang-orang yang lebih membutuhkan dan mereka berdua tetap membayar. itulah hal yang paling si mbok senangi, jennie dan lisa memiliki hati teramat pemurah dan selalu perduli satu sama lain.

kabar baik dari hubungan mereka yang baru saja si mbok tahu beberapa menit lalu sungguh membuat hati beliau ikut senang. sudah sangat lama rasanya melihat kedua gadis itu bersahabat, jarang sekali berpisah barang satu hari saja.

dan sudah tak mengejutkan lagi, jika keduanya memilih menjalin hubungan yang lebih serius ketimbang terus terjebak dalam perasaan frustasi yang sekedar hanya bersahabatan.

"apa lagi?" tanya jennie ketika menemukan lisa yang masih setia memandangi wajahnya dengan senyuman tipis.

"boleh ngga aku bilang cinta ke kamu permenit?"

"ileran nanti kamunya" jennie membalas dan tertawa lucu.

"ngga sayang, permenit itu lumayan lama. apalagi kalo tiap menit yang aku punya, aku gunain terus buat sama kamu." tutur lisa, namun jennie menggeleng.

"ga boleh"

"kenapa?"

"ya kamu mikir lah, buat apa coba? masa permenit bilang gitu"

sejenak, lisa terdiam. terpaku pada tatapan penuh rasa kagum dan cinta yang menyatu dalam dirinya.

bahkan ketika jennie mengedipkan mata sekalipun, lisa merasa dirinya telah dibuat jatuh cinta.

"sayang"

"apa?"

jennie menjawab kelewat santai, seperti sudah terbiasa dengan suara indah lisa yang memanggilnya dengan sebutan sederhana, sayang.

"aku beneran jatuh cinta permenit sama kamu."

"masa?"

"iya"

ARUNIKA - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang