author pov
"boleh ga gue manggil lo pake sayang?"
suara lisa memecah keheningan, karna saat ini keduanya sedang duduk pada atas bukit kecil, menikmati cahaya matahari sore yang mulai tenggelam.
"kenapa?" jennie bertanya, dan menatap kearah samping.
lisa menggidikkan bahu dengan bingung. duduknya yang sedari tadi sedang memeluk lutut, ia selonjorkan kedua kaki itu dan menarik nafas terlebih dulu.
"karna gue sayang sama lo, boleh?"
"tapi, atas dasar apa?"
"lo maunya apa? pacar? sahabat? atau adek kakak?"
"apa sih"
lisa terkekeh gemas, dan melanjutkan pembicaraannya.
"arunika, seandainya ini sunset terakhir yang lo liat. apa lo udah bahagia sekarang?" tanya lisa, menatap tepat kearah netra jennie.
pandangan itu bertemu hanya selang beberapa detik, karena jennie lebih dulu memutuskannya dan menatap kearah depan.
matahari yang terbenam, cahayanya mulai menyurut kebawah. menandakan bahwa, sebentar lagi akan ada terdengar adzan maghrib.
namun keduanya tak perduli, sudah sering menghabiskan waktu bersama seperti ini, memandangi alam bersama pada waktu tertentu.
kadang keduanya hanya merebahkan diri diatas rerumputan hijau, di malam hari. atau hanya saling bersenda gurau dibalik hujan yang turun, karna menikmati hal seperti itu adalah hal yang paling jennie sukai.
pikiran jennie lalu kembali teringat akan ucapan lisa beberapa menit yang lalu.
"udah." jawab jennie pelan.
"walaupun beberapa keinginan kecil lo belum kecapai?" lisa bertanya lagi.
"iya, jawaban gue tetep sama. selagi waktu terakhir yang gue habisin itu sama lo, maka gue akan selalu berakhir bahagia."
sedetik kemudian lisa tersenyum, menggeser duduknya agar lebih dekat dengan jennie dan juga memberikan sebuah rangkulan hangat pada bahu gadis itu.
"arunika"
"panggil jennie aja."
"sayang aja?"
"lisa, gue serius."
"hehe iya iya"
"...."
"jennie."
"apa?"
lisa tak langsung bersuara, sengaja menciptakan sedikit keheningan sesaat setelah jennie membalas.
mata lisa yang awalnya masih menatap jennie dengan senyuman. perlahan memudar, tergantikan dengan tatapan teduh penuh rasa bercampur aduk tak karuan.
lisa tak tau ucapan ini akan menyinggung perasaan jennie atau tidak, tapi ia sendiri juga tidak bisa terus diam seolah tak mengerti apa-apa.
lisa menunduk sebentar, sampai kepalanya terangkat dengan sebisa mungkin menjaga senyuman tipis yang ia perlihatkan.
"kenapa lo betah sahabatan sama gue?"
"maksudnya?"
"iya, gue kan orangnya sering becanda, ngisengin lo terus, kadang nakal sama lo. apa lo ga risih?"
sebelum jennie menjawab, sebuah adzan maghrib terdengar berkumandang dari jauh, membuat mereka berdua memilih diam sejenak.
walaupun keduanya tak beragama islam, tapi mereka tetap sama sama menghormati suara adzan itu untuk selesai lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA - JENLISA ✔
General Fiction❝ Karena Jennie adalah segala bentuk arunika terindah, yang pernah Lisa lihat. ❞