Bab 2

10.3K 173 5
                                    

Peringatan

⚠️

Untuk pembaca, tolong ambil pelajaran baiknya saja dari bab yang aku publish.  Cerita ini tidak untuk dicontoh apa lagi ditiru di dunia maya apa lagi di dunia nyata.

[]

Sely diajak Kevin ke salah satu restoran mewah di kawasan Kemang Jakarta. Memakan hidangan dengan lahap, apapun yang ada di hadapannya. Tanpa rasa malu kepada Kevin yang sejak tadi hanya menatapnya. Tatapan Kevin tidak akan membuat perut Sely kenyang.

"Pelan-pelan aja, makannya." Kevin memberikan segelas minum air putih karena melihat Sely yang tersedak.

Sely menerimanya dan langsung meminumnya. Perutnya kenyang dan hatinya bahagia. Mungkin rasa sedih yang sebelumnya Sely rasakan telah menguap. Ada Kevin yang akan membantunya. Pikirnya.

"Makasih ya traktiran nya," ucap Sely.

Kevin mengangguk lambat dan tersenyum. "Kamu sebenarnya kenapa sih? Sedih di pinggir jalan gitu?" Kevin memang sengaja mengajak Sely makan, supaya suasana hatinya berubah. Karena Kevin pun merasakan, kala perutnya kosong dan lapar, yang terjadi adalah sulit merasa bahagia dan konsentrasi dalam segala hal. Namun, beda jika perut kenyang.

Sely menatap tajam ke arah Kevin. "Aku diusir sama yang punya rumah."

"Kok bisa?" Kevin memajukan tubuhnya untuk lebih fokus.

"Bisa, aku gak punya uang untuk bayar." Sely dengan santai malah menyandarkan tubuhnya di punggung sofa.

Kevin heran, dalam keadaan sulit saja, Sely masih bisa sesantai itu menghadapi nya. Apa mungkin karena perutnya kenyang? Entahlah. Yang jelas, Kevin melihat Sely saat ini beda dengan dengan Sely saat sekolah dulu. "Terus sekarang kamu mau kemana?" tanya Kevin.

"Enggak tahu juga mau kemana. Enggak punya saudara juga." Sely menatap piring kosong bekas dia makan. Dalam hati, kenapa Kevin terus nanya sih. Kenapa enggak langsung tawarin dia ke rumahnya aja.

Kevin menghela napas panjang sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. Dia juga melipat tangannya di dada. Yang punya masalah siapa, yang pusing siapa. Harusnya Kevin saat ini sudah berada di rumah bareng Zelin, istrinya. Yang juga adalah sahabat dari Sely dulu. Agak menyesal juga Kevin sekarang malah terlibat dengan Sely. Niat hanya berbasa-basi, tak tahunya malah ikut diribetkan dengan masalah Sely. Sebenarnya bisa aja Kevin sekarang juga pamit pergi dan pulang menemui istrinya di rumah. Tetapi, dia adalah pria. Tidak sopan jika meninggalkan wanita begitu saja.

"Sebenarnya aku harus pulang nih, Sel. Habis dinas luar kota, belum ketemu Zelin udah hampir 5 hari." Kevin mencoba mencari celah dengan alasan dinasnya.

"Memang sekarang kamu kerja apa sih? Kok dinas sampai berhari-hari gitu?"

"Grey Tower." Kevin menjawab dengan singkat supaya Sely paham jika Kevin harus pulang. Grey Tower sendiri merupakan perusahaan terkenal dibidang properti import.

"Wah, enak banget dong hidupnya Zelin sekarang ya. Aku yang cinta sama kamu, dia yang nikah sama kamu. Lucu banget." Sely tertawa dengan nada yang dibuat-buat.

Kevin juga tahu cerita itu, hanya saja memang Kevin lebih tertarik pada Zelin daripada Sely. Lebih menyukai dan mencintai Zelin dari pada Sely. Karena memang pembawaan Zelin yang kalem dan lebih memahaminya. "Duh, aku jadi gak enak nih, Sel. Terus setelah ini kamu mau kemana?"

Wanita Simpanan! [End] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang